Selasa, 19 September 2017

Perihal Kritik Sastra

Yohanes Sehandi *
Majalah Kabar NTT (terbitan Kupang), edisi: 35, Sep 2017

Kritik sastra merupakan salah satu cabang ilmu sastra yang bersifat monodisiplin, di samping teori sastra dan sejarah sastra. Kritik sastra dimulai pada saat orang bertanya, apa makna, nilai, dan fungsi karya sastra yang dihadapinya. Istilah lain untuk kritik sastra adalah ulasan sastra, analisis sastra, telaah sastra, dan kajian sastra.

Secara etimologis, kata kritik (sastra) berasal dari  krites (Yunani) yang berarti hakim. Kata krites (kata benda) berasal dari kata krinein (kata kerja) yang berarti menghakimi, membanding atau menimbang. Sedangkan kata kritikus berasal dari kata Latin klasik criticus  artinya ahli kritik. Kata criticus mengandung nilai lebih tinggi daripada grammaticus (ahli tata bahasa) karena criticus juga berarti penafsir naskah dan penafsir kata-kata (ahli bahasa).

Apa itu kritik sastra? Rene Wellek dan Austin Warren dalam buku Teori Kesusastraan (1993) menyatakan, kritik sastra adalah pembicaraan tentang karya sastra tertentu. M.H. Abrams dalam Glossary of Literary Terms (1981) menyatakan, kritik sastra adalah cabang ilmu sastra yang berurusan dengan perumusan, klasifikasi, penerangan, dan penilaian terhadap karya sastra. H.B. Jassin (1917-2000) dalam Tifa Penyair dan Daerahnya (1983) menyatakan, kritik sastra adalah penilaian baik buruknya suatu hasil kesusastraan dengan memberikan alasan-alasan mengenai isi dan bentuknya. Andre Hardjana dalam Kritik Sastra: Sebuah Pengantar (1981) merumuskan pengertian kritik sastra sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.

 Kalau kita cermati rumusan pengertian kritik sastra yang dikemukakan para ilmuwan sastra di atas maka ketahuilah bahwa kritik sastra itu sebuah bidang ilmu, cabang dari ilmu sastra. Kritik sastra itu berusaha menyelami isi dan bentuk sebuah karya sastra untuk mendapatkan makna, nilai, dan fungsi karya sastra tersebut. Upaya yang dilakukan adalah dengan cara menggambarkan (deskripsi), menafsirkan (interpretasi), dan menilai (evaluasi) karya sastra yang dihadapi. Jadi, kritik sastra adalah upaya menggambarkan, menafsirkan, dan mengevaluasi bentuk dan isi karya sastra guna mendapatkan makna, nilai, dan fungsinya.

Kritik sastra tentu berlandaskan akal sehat dan rumusan konseptual sesuai dengan perkembangan ilmu kritik sastra. Untuk dapat menghasilkan kritik sastra yang baik, seorang kritikus perlu memiliki kemampuan mengapresiasi karya sastra, pengalaman dalam mengulas, menganalisis, dan meneliti karya-karya sastra, serta penguasaan terhadap teori kritik sastra. Di samping itu, seorang kritikus sastra perlu pula memiliki bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup luas, baik yang bersifat literer (berkaitan dengan sastra) maupun yang nonliterer (berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan pada umumnya).

Apa yang dilakukan kritikus dalam melakukan praktik kritik sastra? Pertama, kritikus memperkenalkan karya sastra secara garis besar, misalnya tentang data publikasi karya itu, posisi pengarang, gambaran tentang bentuk dan isi karya tersebut secara garis besar. Kedua, kritikus melakukan penafsiran sekaligus analisis terhadap bentuk dan isi karya sastra tersebut. Penafsiran dan analisis bisa saling melengkapi. Kadangkala penafsiran mendahului analisis, kadangkala pula analisis mendahului penafsiran. Tahapan penafsiran dan analisis merupakan bagian penting dalam sebuah praktik kritik sastra. Ketiga, kritikus memberikan penilaian atas keunggulan dan kelemahan karya sastra yang dihadapinya. Penilaian harus proporsional. Jangan sampai berat sebelah hanya karena faktor subjektif semata. Tentu saja seorang kritikus tidak perlu memaksakan diri untuk menilai unggul sebuah karya kalau karyanya memang tidak unggul. Demikianpun sebaliknya, menilai serba kurang atas sebuah karya padahal karya sastra itu ada keunggulannya juga.

Menurut kritikus sastra Indonesia Maman S. Mahayana dalam bukunya Kitab Kritik Sastra (2015: xliii-xliv), karya-karya agung tanpa penilaian sekalipun akan tetap tampak keagungannnya berasarkan penafsiran dan analisis kritikusnya. Oleh karena itu, ada sebagian kritikus yang beranggapan bahwa penilaian tidak diperlukan lagi dalam praktik kritik sastra, sebab dari kedalaman penafsiran dan analisis itu saja sudah akan tanpak keunggulan atau kelebihan karya sastra tersebut.

Namun demikian, lanjut Mahayana, ada juga sebagian kritikus yang memandang bahwa hakikat kritik sastra tidak lain adalah penilaian. Oleh karen itu, praktik kritik sastra mesti memuat secara eksplisit perkara penilaian. Pandangan itu juga didasarkan pada anggapan bahwa praktik kritik sastra dimulai dan diakhiri dengan penilaian. Jadi, apa gunanya praktik kritik sastra jika tidak ada penilaian. Begitulah kritikus yang berpegang pada anggapan tersebut menempatkan penilaian sebagai hal penting dalam praktik kritik sastra.

Dalam melakukan deskripsi, interpretasi, dan evaluasi atas sebuah karya sastra, seorang kritikus tidak bisa bertindak semaunya. Dalam mengemukakan kritiknya, seorang kritikus melewati suatu proses penghayatan keindahan yang hampir serupa dengan proses penghayatan seorang pengarang dalam menciptakan karya sastra. Perbedaan dari dua penghayatan itu terletak pada pangkal tolak dan titik akhirnya. Pangkal tolak seorang pengarang adalah penghayatan dan persepsinya terhadap realitas fakta ke dalam realitas fiksi yang menghasilkan karya sastra sebagai titik akhirnya. Sedangkan pangkal tolak seorang kritikus adalah penghayatan dan persepsinya terhadap karya sastra yang dihadapinya yang kemudian menghasilkan sebuah karya kritik sastra sebagai titik akhirnya.

Penghayatan keindahan seorang kritikus sastra bermula dari pengamatan dan pencernaan jiwanya atas suatu karya sastra. Setelah mengalami proses penghayatan keindahan itu, seorang kritikus merasa menemukan makna dan nilai, namun tidak menciptakan makna dan nilai. Proses penghayatan makna dan nilai itu tidak lain adalah proses penghayatan atau pengalaman estetik. Hasil dari penghayatan estetik atas sebuah karya sastra itulah yang disebut kritik sastra. Penghayatan estetik ini tidak selalu mudah karena suatu karya sastra yang diciptakan untuk semua orang seringkali tidak dapat diresapi oleh setiap orang. Apabila hal tersebut terjadi, menurut Andre Hardjana dalam bukunya Kritik Sastra: Sebuah Pengantar (1981: 16), ada dua kemungkinan, yakni pembacanya tertutup untuk menyerap sastra yang halus dan tinggi, atau karya sastra itu tidak cukup kuat untuk menggerakkan hati dan minat penikmat atau pembaca sastra.  

Dalam kritik sastra, ada tiga jenis penilaian, yaitu penilaian absolut, penilaian relatif, dan penilaian perspektif. Penilaian absolut dipengaruhi paham positivisme ketika perkembangan ilmu pengetahuan alam menggiring penilaian pada sastra yang menghasilkan penilaian benar atau salah serta baik atau buruk terhadap sebuah karya sastra. Penilaian relatif didasarkan pada impresi (kesan) kritikus terhadap karya sastra, sepuluh kritikus bisa jadi akan menghasilkan sepuluh penilaian. Adapun penilaian perspektif menekankan pada berbagai kemungkinan lain ketika satu pendekatan dengan teori tertentu tidak sesuai dengan unsur intrinsik karya sastra tersebut. Melalui penilaian perspektif inilah kekayaan teks digali dan diungkapkan. Dari situlah pendekatan baru ditawarkan, teori baru dapat dirumuskan.

Pemikiran tentang kritik sastra berkisar seputar bagaimana kritik sastra menjalankan fungsinya, pendekatannya, dan mengembangkan teori kritik sastra (theoretical criticism) yang representatif. Muaranya berkutat pada tiga bidang kegiatan ilmu sastra, meliputi teori sastra (literary theory), sejarah sastra (literary history), dan kritik sastra (literary criticism). Objek kajian kritik sastra adalah karya sastra. Penting dipahami, hakikat kritik sastra adalah evaluasi dan penilaian terhadap karya sastra, di dalamnya melekat pula apresiasi terhadap sastra. Jadi, bukan perkara pujian (hujatan), melainkan elusidasi (penguraian) dan eksplanasi (keterangan) yang meliputi deskripsi, interpretasi, evaluasi terhadap karya sastra.

Buku tentang kritik yang pertama dan lengkap yang kemudian dipandang sebagai sumber dari pengertian kritik sastra modern di tingkat dunia berjudul Criticus karya Julius Caesar Scalinger (1484-1558). Buku ini merupakan jilid ke-6 dari rangkaian bukunya yang berjudul Poetica. Dalam buku tersebut Scalinger mengadakan penyelidikan dan perbandingan antara pujangga-pujangga Yunani dan Latin dengan titik berat pada usaha pertimbangan, penyejajaran, dan penghakiman terhadap Homerus guna mengagungkan Vergillius. Berkat usahanya yang luar biasa itu, ia mendapatkan julukan sebagai kritikus besar di kalangan sastrawan Perancis (Hardjana, 1981: 3).

Menyangkut tradisi kritik sastra di Indonesia, kritikus Maman S. Mahayana dalam buku Kritik Sastra Indonesia Mencari Kambing Hitam (2017: xv) menyatakan bahwa sastra Indonesia sejak awal mempunyai tradisi kritik sastra. Kritik sastra Indonesia tidak mengadopsi dari Barat. Lebih lanjut Mahayana menyatakan bahwa istilah kritik sastra (criticism) itu sendiri awalnya diperkenalkan oleh Sutan Takdir Alisjahbana (STA) dalam artikelnya berjudul “Menoedjoe Kesoesasteraan Baroe” yang dimuat dalam rubrik “Memadjoekan Kesoesasteraan” (Pandji Posetaka, Mei 1932). Di sini STA menjelaskan ciri-ciri puisi baru, syair, kiasan, dan ibarat, berikut ulasannya. Sejak itulah istilah kritik sastra banyak digunakan untuk menunjuk sebuah tulisan (esai atau artikel di media massa) yang membicarakan (karya) sastra sebagai kritik sastra.

Selanjutnya, pada tahun 1930-an lewat majalah Pujangga Baru yang dipimpin Sutan Takdir Alisjabana (STA), tradisi kritik sastra mulai bertumbuh dan terus berkembang. Kritikus sastra pun mulai bermunculan. Dan kritikus sastra Indonesia yang paling menonjol dalam perkembangan selanjutnya adalah H. B. Jassin (1917-2000). Kedudukan kritik sastra dalam sastra Indonesia menjadi kokoh setelah H. B. Jassin menerbitkan bukunya yang sangat terkenal dengan judul Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai (1945) yang kemudian dikembangkan dan diperluas wilayahnya hingga mencapai empat jilid buku. Buku-buku kritik sastra H. B. Jassin inilah kemudian menjadi acuan dan model kritik sastra selanjutnya. Kritikus sastra Indonesia lain adalah A. Teeuw, M.S. Hutagalung, Umar Junus, Dami N. Toda, Jakob Sumardjo, Ignas Kleden, Maman S. Mahayana, dan lain-lain. *

*) Pengamat Sastra NTT dari Universitas Flores, Ende
https://yohanessehandi.blogspot.co.id/2017/09/perihal-kritik-sastra.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar