Jumat, 04 Januari 2013

Melampaui Kritik Sastra Baru yang Terbaru

Hasnan Bachtiar *

Aku ingin meletakkan sekuntum sajak di makam nabi, supaya sejarah menjadi jinak dan mengirim sepasang merpati – Kuntowijoyo –

UPAYA susastra seorang sastrawan, adalah aktivitas sejarah. Betapapun di era kontemporer ini marak dikumandangkan karya sastra yang dianggap otonom, maka penulis sastra tidak pernah terbang dari bumi di mana ia berpijak.

Dari sekian banyak kritikus sastra Indonesia, Nurel Javissyarqi adalah salah satu penulis yang ternaungi oleh berkah buminya. Ia mencoba menimbang syair-syair, puisi, prosa dan kritik sastra yang lahir dan tumbuh dari negerinya sendiri, khususnya penjelasan-penjelasan sastra dan kebudayaan oleh Ignas Kleden.

Dalam konteks ini, tidak ada sastra yang hanya sastra. Yang ada adalah sastra yang ditulis oleh latar belakang sejarah yang jelas dan untuk masa depan sejarah yang jelas pula. Jika seorang sastrawan seorang yang baik, maka kemungkinan besar karyanya tentu baik dan mencerminkan kebaikan.

Hal yang sama diungkapkan oleh Mursal Esten (1988) bahwa kreativitas bukanlah hal yang berdiri sendiri. Di samping merupakan aktivitas seorang seniman, kreativitas adalah suatu proses yang kompleks, menyangkut lingkungan sosiokultural. Subadyo Haryati dalam karyanya yang bertajuk “Seniman dan Seni di Indonesia” (1983) menegaskan bahwa seorang penyair sesungguhnya merupakan unsur masyarakat. Sebagai unsur, ia menghadapi lingkungan dan sejarah yang dihadapi oleh seluruh masyarakatnya.

Dengan kata lain, penulisan esai panjang “Membaca ‘kedangkalan’ logika Dr. Ignas Kleden? (bagian XX kupasan keenam dari paragraf tiga dan empat)” oleh Nurel, adalah aktivitas yang “penting” dalam sejarah sastra Indonesia. Dikatakan penting, karena memiliki maksud-maksud dan tujuan-tujuan tertentu. Dan harus dimaklumi sejak awal bahwa, karya-karya kritik Nurel bukanlah anak-anak rohani yang terlepas dari konteks di mana ia lahir. Inilah pandangan alternatif di era kontemporer dewasa ini yang menganggap bahwa sastra atau kritik sastra melampaui teks dan permainan teks.

Melampaui Kritik Sastra Baru yang Terbaru

Dewasa ini, “kritik sastra baru” menjadi kiblat kritik sastra di mana pun. Siapa yang keluar dari arus utama, berarti dianggap tidak menganggap penting trend dan pastilah akan tersisih sebagai anggota masyarakat sastra (teralienasi). Harap dimaklumi, dalam pengertian tertentu, salah satu jenis sastra kontemporer ini dapat juga dianggap sebagai gaya hidup.

Kritik sastra baru ini jelas berbeda dari sekedar aturan estetis Aristoteles dalam poetika. Michael Rifaterre secara gamblang menyebut bahwa sastra (puisi) hanyalah permainan belaka (this is an extreme case but exemplary, for it may tell us much about poetry’s being more of a game than anything else) (1984: 13-14). Umberto Eco, novelis dan pakar semiotika mengatakan hal yang sama bahwa sastra adalah kebohongan. Sedangkan teori sastra adalah teori tentang kebohongan. Persoalan ini jelas melebihi kerumitan tentang bahasa dan benda yang dibahasakan.

Dalam ungkapan Rifaterre, sastra adalah konstruksi dari hasil eksperimen senam kata-kata indah (a calisthenics of words), suatu kesibukan menenun kata-kata (a verval stting-up exercise). (Rifaterre, 1984: 13). Pada jalur ini, Roland Barthes merumuskan hakikat sastra dengan mengesampingkan roman-roman yag bercorak realisme, khususnya dari abad XIX di Eropa. Malahan ia menaruh minat pada Finnegans Wake. Ia menganggapnya sebagai hal yang sulit dimengerti dan tidak pernah bermakna pasti. Dari ketidakpastian inilah, kemudian ia menyimpulkan bahwa sastra seharusnya tidak punya kepastian akhir. Selama teks terus dibaca, – dengan demikian pembaca adalah produsen sastra yang baru – maka akan terus menjadi teks yang baru tanpa henti.

Atas nama obyektifitas, Barthes melanjutkan bahwa tidak mungkin memulai sejarah sastra yang baru, tanpa meninggalkan hak istimewa pengarang. Ia berargumen bahwa, “Kita harus memisahkan sastra dari individu.” (Roland Barthes, On Racine, 1963: 162). Sebaliknya, kendati Barthes menitikberatkan pada obyektivitas pembaca, di seberang jalan Rene Wellek mengingatkan agar pembaca pun, tidak perlu hingga melakukan anarki nilai dan akhirnya menuai skeptisisme yang kering. Pembicaraan yang impresionistis dan subyektif hendaknya dihindari. (Rene Wellek, Literary Theory, 1983: 74). H.R. Jauss, Wolfgang Iser, Norman Holland, Harold Bloom dan Stanley Fish mungkin adalah sederet kritikus yang sealiran.

Sementara itu, aliran sastra yang berkomitmen pada ikhtiar penemuan makna dalam benak pengarang ada pada karya E.D. Hirsch, Validity in Interpretation (1976). Dalam tradisi filsafat, mungkin hal ini lebih dekat pada tradisi fenomenologi. Praktik-praktik kritik sastra dalam bingkai fenomenologis bisa disimak pada Georges Poulet dan Jean-Pierre Richard.

Di luar itu semua, berkembang aliran dekonstruksi. Nama-nama yang patut dijadikan sebagai rujukan adalah Jacques Derrida, J. Hillis Miller dan Paul de Man. Inilah aliran yang paling tidak bisa dipahami, nilistik dan selalu berlari dalam kubangan teks yang mengalami pembaruan abadi.

Kendati demikian, di luar hutan rimba aliran kritik sastra yang ada, ada komentar yang sangat masuk akal dari William E. Cain bahwa, kontestasi teoritis sastra telah keluar dari jalurnya. Kritik sastra terlalu lepas menjulang ke langit dalam perdebatan filsafat. (William E. Cain, the Crisis in Criticism, 1987) Ia tidak pernah lagi tahu bagaimana cara menikmati karya sastra dengan penghayatan yang sederhana. Seolah terlupa bahwa di samping teks-teks yang terajut, ada manusia hidup yang mencicipi masakan, berhubungan seksual dan memiliki empati kepada sesamanya, bahkan mereka yang religius bisa merasakan ketenangan batin dari Yang Ilahi.

Penegasan ini mendapatkan pembelaan dari Steven Knapp dan Walter Ben Michaels. Keduanya mengingatkan bahwa perdebatan filsafat menyangkut teori sastra, membuat para kritikus sastra tidak lagi bekerja sebagai seorang kritikus. Dengan kata lain, konstalasi teoritis hanya melalaikan banyak orang dari upaya berkarya. Padahal, perdebatan teoritis itu, hanyalah upaya coba-coba belaka, tidak lebih. (W.J.T. Mitchell, ed., Againts Theory, 1985: 30).

Jika pelbagai rimba teoritis sastra itu dipetakan, maka kritik sastra lawas diwakili oleh aturan estetis Aristoteles. Sementara, kritik sastra baru, hadir sebelum Roland Barthes. Pasca Barthes, muncullah tradisi teori sastra yang “seksi” bernama dekonstruksi. Melampaui itu semua, marilah kita semua kembali pada penghayatan sastra yang paling tradisional, bebas dan terlepas dari jeratan bias-bias teoritis. Dalam konteks inilah kritik sastra Nurel menempati ruangnya.

Kritik sastra Nurel terhadap teks-teks Ignas Kleden, di luar dari substansi filolosofis, teologis, sosio-kultural dan estetika sastra, sebenarnya hanya ingin menunjukkan bahwa, tradisi dekonstruksionis dan relativisme interpretasi Kledenian bukanlah puncak gunung. Karya-karya Kleden, adalah karya yang patut diapresiasi dalam posisi yang sama di hadapan pengetahuan. Dengan kata lain, Nurel hendak menawarkan sedikit nilai etis egalitarianisme.

Ia sangat konsekuen terhadap pendiriannya, imannya. Egalitarianisme membawanya pada aktivitas kreatif yang melampaui upaya-upaya akademik civitas academia. Nurel sebagai kritikus, adalah pekerja keras yang disiplin, tekun dan punya etos intelektual yang sudah sangat jarang ditemui. Kesedarajatan kemanusiaan membawanya pada kesimpulan pentingnya kebebasan intelektual tanpa tendensi gelar akademik apapun. Dengan pelbagai catatan terhadap teks-teks Ignas Kleden, ia membuktikan bahwa, “Semua manusia memiliki derajat yang sama di hadapan pengetahuan. Semua manusia adalah murid di hadapan ilmu.”

Seperti yang diungkapkan sebelumnya, upaya “melampaui” bukanlah permainan teks belaka oleh Nurel. Kehendak untuk berbicara, berkampanye, mencoba membuat jernih persoalan dengan maksud-maksud dan tujuan yang mulia, keadilan, egalitarianisme dan kemanusiaan, semua itulah yang membuat karya kritik sastra Nurel adalah karya yang sangat penting dan berbobot.

Bukan hanya itu, artikulasi kritik Nurel sangat mudah dipahami jika dibaca secara utuh dan menyeluruh. Dengan bahasa yang manis dan meliuk-liuk, ia seperti para pujangga zaman kuno, pujangga kerajaan-kerajaan besar di Jawa. Mengambil pesan moralnya, maka akan menemukan betapa kritik sastra ini sangat tinggi nilainya. Tidak sembarang kritikus sastra, – bukan pembuat prosa, novel atau syair – dapat menciptakan ulasan atas teks sastra tanpa meninggalkan kekhasan bahasa yang dimilikinya, bahkan secara berani, ia sengaja memainkan kualitas estetis yang unik.

Secara akademik, dengan sedikit sosiologis, Nurel sebagai kritikus dapat dikatakan sebagai penulis yang turut menuliskan karyanya pada buku harian sejarah. Bahwa pembelaannya dalam mengapresiasi Ignas Kleden – yang menurutnya perlu direvisi dengan kearifan Islam-Jawa – adalah manifestasi teologisnya dalam memahami agama, kebudayaan dan dunia. Singkat kata, kritik sastra Nurel adalah ibadah. []

*) Anggota the Reading Group for Social Transformation, PSIF-UMM. Aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah.
Dijumput dari: http://www.facebook.com/notes/hasnan-bachtiar/melampaui-kritik-sastra-baru-yang-terbaru/10151844182965702?ref=notif&notif_t=note_reply

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar