Rabu, 10 Oktober 2012

Samin Surosentiko

Sabrank Suparno *
Sastra-indonesia.com

Sedetik kemudian petir menyambar berulang kali jati raksasa di kebun rumahnya. Lidah api menjulur bercecabang dari mendung pekat. Sesekali bunyi “dyarrr,” bebarengan pletikan api, selebihnya persis berondong mercon renteng, api yang menjilat-jilat, meledak-ledak. Sekitar lima menit serangan petir itu bagai gergaji mesin angkasa, meraung, menderu, mengiang, memekakkan telinga.

Alkhasil jati raksasa itu tumbang terbelah-belah, mulanya dedaunan rontok berhamburan, kemudian ranting dan dahan, lalu batang besar terpotong bergegal-gegal dan terbelah berlonjor keping, meski tak bertumpuk sekalian, namun serakan belahan jati itu tak terlempar jauh dari akar semula tempat ia menghunjam kokoh, tegar, rindang dan menjulang.

Seandainya ada beberapa pasang mata lagi yang menyaksikan peristiwa tersebut, tentulah mereka terpukau. Tetapi hanya Samin sendiri yang mengetahui gergaji angksa itu. Samin warga desa Klopoduwur yang oleh masyarakat terdekat dianggap banyak menyimpan rahasia, ya, lelaki penuh teka-teki.

Sedetik sebelumnya, Samin sambat ke garwane urip-sigarane nyowo: separuh ia bawa, separuhnya digenggam Tuhan. Beda dengan istri yang dianggap dulur tunggal karep-saudari sekeinginan. “Saudaramu ingin membenahi rumah! Apa tidak kau bantu?” Barulah saudara Samin yang di angkasa bertandang dengan gergaji musim hujan. Dari peristiwa itulah anak dan istrinya menjuluki Samin dengan sebutan Kakung Jati Kalong, lelaki yang bergantung pada alam.
***

Esoknya serdadu kompeni berduyun datang hendak menangkap Samin. Ia dituding menebang jati tanpa izin. Sedang satu pohon saja jika dibawa pulang ke Belanda akan menjadi still klasik rumah Eropa yang menor. Kompeni merasa setiap tetumbuhan di ladang Samin, sah direbutnya.

Kompeni tak cukup bukti menangkap Samin. Apalagi penjelasan Samin jika jati itu roboh disambar petir. Dan memang begitu. Di negri Samin, Belanda kerap terpagut dengan ulah seseorang yang tidak terumus dalam analoginya, dan menyimpulkan bahwa Samin bisa mengurangi jatah makan kompeni.

Tak hanya Belanda yang heran, anak dan istri Samin pun tercengang. Tiap anak anaknya makan bersama, istri Samin menyisihkan tiga kepal nasi. Selalu begitu, dan jika anaknya bertanya, “untuk siapa tiga kepal nasi itu mak?” ibunya selalu menjawab, “ untuk bapak kalian.” Padahal keesokan harinya tiga kepal nasi masih utuh, yang dimakan Samin hanyalah sari nasi, bukan ampas. Maka tak pernah dijumpai Samin buang air layaknya orang lain.
***

Selaku pesinggah tanah rantau, Samin menamai desa tersebut Klopoduwur. Ia berharap penduduk sekitar selalu mengeja pohon kelapa. Bahwa untuk mencapai ketinggian-duwur-seseorang harus memanjat. Supaya lebih nyaman memetik kelapa, pemanjat perlu menyamankan posisi di pelepah. Sambil duduk di pelepah, pemetik gampang memecah serta meminum air segar yang tidak tau persis bagaimana cara memasukkan air ke dalamnya, namun ada. Lajur berhelai dedaunan nyiur yang disebut blarak menamsilkan pemanjat agar memaknai arti pengembaraan hidup dalam belantara luas, gak blarah, kecuali selalu rindu kampung halaman. Pucuk nyiur dipenuhi janur perak nan melambai diterpa semilir angin, sangat elok di pelupuk mata. Begitu juga takdir tiap butir kelapa akan jatuh berserakan-sak paran paran-namun tak jauh dari pohonnya.

Sebagai petani tulen, Samin berkeseharian di sawah; membajak, mencangkul, menanam, mengairi, memanen, mencari rumput pakan sapi dan kambingnya, mengusung kotoran ternak untuk ditaburkan ke lahan sebagai pupuk. Awal musim penghujan datang, ia menanam kedelai, kacang ijo, ketimun, atau palawija lainnya yang berumur pendek; 40 hari. Daun kedelai dan kacang ijo yang rontok akan membusuk dan menggemburkan tanah. Selain itu, hama ulat yang hinggap di palawija akan bertapa ke dalam tanah dan mengepompong. Seminggu kemudian kapsul kepompong pecah dan mengeluarkan kupu-kupu yang terbang berhamburan ke taman-taman kota. Itu sebabnya Samin tidak pernah takjub dengan keindahan kupu-kupu, sebab ia tau persis proses terjadinya kupu-kupu yang dibanggakan orang-orang kota.

Setelah hujan sering dan deras, air membanjiri petak-petak sawah. Saat itulah Samin membajak sawahnya. Ia kemudian membedeng benih padi untuk ditanam pada usia yang cukup (antara 20-36 hari). Benih yang bergerombol dan sesak dicabut lalu ditancapkan di area yang luas dengan jarak teratur. Samin paham betul ilmu tersebut, bahwa kehidupan layaknya padi, berhijrah dari tempat semula agar tumbuh lebih matang dan berbuah. Saat tumbuh di Plosokediren distrik Sumoroto kadipaten Pajang, baginya adalah bedeng sesak, maka ia berhijrah ke Randubelatung dan Klopoduwur setelah menyinggahi Bojonegoro, alas Cabak, Jepon. Dan karena benih padi terus dibibit dan ditanam ulang, ia pun tak tahu di mana esok hari dirinya ditancap. Yang jelas, setiap Samin di sawah, ia selalu memakai capil daun jati. Ia berharap selalu menempuh kesejatian hidup, bukan sekedar nunut urip dan pokok urip.

Menginjak usia 40 hari, padi mulai hamil setelah kembang diarak semilir angin. Ujaran kehamilan ditingkepi tak ubahnya manusia. Sesaji khusus yang disuguhkan untuk tileman padi ialah jajan: pleret, uler-uleran, gedang sobo, horog-horog, blendung dan sesudahnya tiap petak sawah ditancapi umbul umbul klaras-daun pisang kering. Terutama gedang sobo, Samin berharap dirinya selalu nyobo, mengunjungi padinya setiap saat, sebab padi bagai anak yang akan tenteram jika sering dikunjungi dan diajak bercanda.

Samin juga sigap bila sewaktu-waktu padinya diserang hama atau penyakit. Keris Caluk Rancang yang berkasiat mengusir hama padi ditancapkan di tulakan-pintu masuk air-ujung sawah. Begitu pula jika hama tikus menyerang, Samin memendam empat ikan klothok di tiap bidang sawah. Kemudian Samin menginjak-injak rata celah padi supaya akar berubah dan menjalar lebih panjang. Akar yang panjang akan membesarkan batang dan memperbanyak bulir. Ia memahami bahwa tikus sangat kerasan di tempat yang tak pernah dijamah manusia.
***

Terasa ada yang aneh malam Jumat Wingit kala itu, balai rumah Samin yang jembar dipenuhi anak dan tetangga sejak sore. Kemumpunian Samin di kampung sekitar, menjadikan ia dianggap sesepuh yang disegani. Sehingga semua warga duduk bersila ngudi kaweruh tiap sebulan sekali. Mereka duduk berjajar dengan khidmat menghadap Samin yang juga dijuluki Raden Kobar. Seperti halnya Samin, mereka berpakaian penadon-serba hitam, celana hitam dan memakai ikat kepala-udeng. Satu pertemuan Samin pernah menjelaskan gambaran udeng. Bahwa dari kain persegi yang luas kemudian dilipat jadi dua dan berbentuk segi tiga, supaya pemakai udeng bisa ubet, memutar kebutuhan yang luas menjadi tersambung antara sesama manusia, alam dan Tuhan.

Seperti pertemuan terakhir malam itu, Samin mengudal wejangan cukup banyak hingga larut. Seperti ada yang tak tuntas dan ingin segera diselesaikan. Dengan suara serak, pelan namun mengalun ke seluruh ruangan, Samin bertutur, “kita ini sedulur sikep, urip sing embat-embatan antarane Eling, Percoyo lan Mituhu. Sebab suatu saat akan ada dari golongan kita yang mengaku Sangkak, Singgah dan Paniten, namun jangan tertipu. Maka yang harus kita sematkan dalam ceruk relung jiwa adalah memahami kembali asal usul manusia, sangkan paraning dumadi. Untuk mengenali kebenaran, camkan rumus: 1. Becik ketitik olo ketoro manggone ono ing gondo. 2. Temen bakal tinemu manggone ono ing pangarungu. 3. Ojo dumeh manggone ono ing paningal. 4. Mok mek awak dewe manggne ono ing roso. 5. Idi pesti wek e Gusti manggone ono ing cipto / pangucap. Untuk menempuh semua hal di atas harus berguru dan mondok di Ponorogo, pono=ngerti, rogo=awak. Supaya hidup punya pegangan dan tidak barang jantur. Saudaraku, kebenaran tidak akan dimengerti kebanyakan orang. Walau begitu, jangan menentang kesalahan dengan perang jantur, gontok-gontokan. Bicaralah dengan bahasa santan, sebab yang dibutuhkan kebanyakan orang hanya buih dan busa percakapan. Misal jika kalian ditanya dari dan hendak kemana? Jawablah dari belakang dan hendak ke depan, cukup.”

Tak terasa, Samin dan seluruh penghuni ruangan melewati pertengahan malam, lingsir wengi. Setiap ucapan Samin melesap ke dalam dingin dan lengang. Membaur bersama siluet tipis yang menerpa nafas dan raut wajah. Semebyar bersama harum wewangian gading kuning yang mengelembak ke belantara malam. Hingga esoknya terdengar kabar getok tular bahwa Samin ditangkap kompeni dan dibuang ke Digul. Samin ditanam ke persawahan yang masih luas menghampar. Dan kelebat bayangannya menerpakan aroma.

*) Cerpen ini hasil kunjungan ke suku Samin saat saya bersama Komunitas Suket Indonesia sedang pentas teater Negri Sungsang di Blora.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/09/samin-surosentiko/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar