Sabrank Suparno *
Sastra-indonesia.com
Sedetik kemudian petir menyambar berulang kali jati raksasa di kebun rumahnya. Lidah api menjulur bercecabang dari mendung pekat. Sesekali bunyi “dyarrr,” bebarengan pletikan api, selebihnya persis berondong mercon renteng, api yang menjilat-jilat, meledak-ledak. Sekitar lima menit serangan petir itu bagai gergaji mesin angkasa, meraung, menderu, mengiang, memekakkan telinga.
Alkhasil jati raksasa itu tumbang terbelah-belah, mulanya dedaunan rontok berhamburan, kemudian ranting dan dahan, lalu batang besar terpotong bergegal-gegal dan terbelah berlonjor keping, meski tak bertumpuk sekalian, namun serakan belahan jati itu tak terlempar jauh dari akar semula tempat ia menghunjam kokoh, tegar, rindang dan menjulang.
Seandainya ada beberapa pasang mata lagi yang menyaksikan peristiwa tersebut, tentulah mereka terpukau. Tetapi hanya Samin sendiri yang mengetahui gergaji angksa itu. Samin warga desa Klopoduwur yang oleh masyarakat terdekat dianggap banyak menyimpan rahasia, ya, lelaki penuh teka-teki.
Sedetik sebelumnya, Samin sambat ke garwane urip-sigarane nyowo: separuh ia bawa, separuhnya digenggam Tuhan. Beda dengan istri yang dianggap dulur tunggal karep-saudari sekeinginan. “Saudaramu ingin membenahi rumah! Apa tidak kau bantu?” Barulah saudara Samin yang di angkasa bertandang dengan gergaji musim hujan. Dari peristiwa itulah anak dan istrinya menjuluki Samin dengan sebutan Kakung Jati Kalong, lelaki yang bergantung pada alam.
***
Esoknya serdadu kompeni berduyun datang hendak menangkap Samin. Ia dituding menebang jati tanpa izin. Sedang satu pohon saja jika dibawa pulang ke Belanda akan menjadi still klasik rumah Eropa yang menor. Kompeni merasa setiap tetumbuhan di ladang Samin, sah direbutnya.
Kompeni tak cukup bukti menangkap Samin. Apalagi penjelasan Samin jika jati itu roboh disambar petir. Dan memang begitu. Di negri Samin, Belanda kerap terpagut dengan ulah seseorang yang tidak terumus dalam analoginya, dan menyimpulkan bahwa Samin bisa mengurangi jatah makan kompeni.
Tak hanya Belanda yang heran, anak dan istri Samin pun tercengang. Tiap anak anaknya makan bersama, istri Samin menyisihkan tiga kepal nasi. Selalu begitu, dan jika anaknya bertanya, “untuk siapa tiga kepal nasi itu mak?” ibunya selalu menjawab, “ untuk bapak kalian.” Padahal keesokan harinya tiga kepal nasi masih utuh, yang dimakan Samin hanyalah sari nasi, bukan ampas. Maka tak pernah dijumpai Samin buang air layaknya orang lain.
***
Selaku pesinggah tanah rantau, Samin menamai desa tersebut Klopoduwur. Ia berharap penduduk sekitar selalu mengeja pohon kelapa. Bahwa untuk mencapai ketinggian-duwur-seseorang harus memanjat. Supaya lebih nyaman memetik kelapa, pemanjat perlu menyamankan posisi di pelepah. Sambil duduk di pelepah, pemetik gampang memecah serta meminum air segar yang tidak tau persis bagaimana cara memasukkan air ke dalamnya, namun ada. Lajur berhelai dedaunan nyiur yang disebut blarak menamsilkan pemanjat agar memaknai arti pengembaraan hidup dalam belantara luas, gak blarah, kecuali selalu rindu kampung halaman. Pucuk nyiur dipenuhi janur perak nan melambai diterpa semilir angin, sangat elok di pelupuk mata. Begitu juga takdir tiap butir kelapa akan jatuh berserakan-sak paran paran-namun tak jauh dari pohonnya.
Sebagai petani tulen, Samin berkeseharian di sawah; membajak, mencangkul, menanam, mengairi, memanen, mencari rumput pakan sapi dan kambingnya, mengusung kotoran ternak untuk ditaburkan ke lahan sebagai pupuk. Awal musim penghujan datang, ia menanam kedelai, kacang ijo, ketimun, atau palawija lainnya yang berumur pendek; 40 hari. Daun kedelai dan kacang ijo yang rontok akan membusuk dan menggemburkan tanah. Selain itu, hama ulat yang hinggap di palawija akan bertapa ke dalam tanah dan mengepompong. Seminggu kemudian kapsul kepompong pecah dan mengeluarkan kupu-kupu yang terbang berhamburan ke taman-taman kota. Itu sebabnya Samin tidak pernah takjub dengan keindahan kupu-kupu, sebab ia tau persis proses terjadinya kupu-kupu yang dibanggakan orang-orang kota.
Setelah hujan sering dan deras, air membanjiri petak-petak sawah. Saat itulah Samin membajak sawahnya. Ia kemudian membedeng benih padi untuk ditanam pada usia yang cukup (antara 20-36 hari). Benih yang bergerombol dan sesak dicabut lalu ditancapkan di area yang luas dengan jarak teratur. Samin paham betul ilmu tersebut, bahwa kehidupan layaknya padi, berhijrah dari tempat semula agar tumbuh lebih matang dan berbuah. Saat tumbuh di Plosokediren distrik Sumoroto kadipaten Pajang, baginya adalah bedeng sesak, maka ia berhijrah ke Randubelatung dan Klopoduwur setelah menyinggahi Bojonegoro, alas Cabak, Jepon. Dan karena benih padi terus dibibit dan ditanam ulang, ia pun tak tahu di mana esok hari dirinya ditancap. Yang jelas, setiap Samin di sawah, ia selalu memakai capil daun jati. Ia berharap selalu menempuh kesejatian hidup, bukan sekedar nunut urip dan pokok urip.
Menginjak usia 40 hari, padi mulai hamil setelah kembang diarak semilir angin. Ujaran kehamilan ditingkepi tak ubahnya manusia. Sesaji khusus yang disuguhkan untuk tileman padi ialah jajan: pleret, uler-uleran, gedang sobo, horog-horog, blendung dan sesudahnya tiap petak sawah ditancapi umbul umbul klaras-daun pisang kering. Terutama gedang sobo, Samin berharap dirinya selalu nyobo, mengunjungi padinya setiap saat, sebab padi bagai anak yang akan tenteram jika sering dikunjungi dan diajak bercanda.
Samin juga sigap bila sewaktu-waktu padinya diserang hama atau penyakit. Keris Caluk Rancang yang berkasiat mengusir hama padi ditancapkan di tulakan-pintu masuk air-ujung sawah. Begitu pula jika hama tikus menyerang, Samin memendam empat ikan klothok di tiap bidang sawah. Kemudian Samin menginjak-injak rata celah padi supaya akar berubah dan menjalar lebih panjang. Akar yang panjang akan membesarkan batang dan memperbanyak bulir. Ia memahami bahwa tikus sangat kerasan di tempat yang tak pernah dijamah manusia.
***
Terasa ada yang aneh malam Jumat Wingit kala itu, balai rumah Samin yang jembar dipenuhi anak dan tetangga sejak sore. Kemumpunian Samin di kampung sekitar, menjadikan ia dianggap sesepuh yang disegani. Sehingga semua warga duduk bersila ngudi kaweruh tiap sebulan sekali. Mereka duduk berjajar dengan khidmat menghadap Samin yang juga dijuluki Raden Kobar. Seperti halnya Samin, mereka berpakaian penadon-serba hitam, celana hitam dan memakai ikat kepala-udeng. Satu pertemuan Samin pernah menjelaskan gambaran udeng. Bahwa dari kain persegi yang luas kemudian dilipat jadi dua dan berbentuk segi tiga, supaya pemakai udeng bisa ubet, memutar kebutuhan yang luas menjadi tersambung antara sesama manusia, alam dan Tuhan.
Seperti pertemuan terakhir malam itu, Samin mengudal wejangan cukup banyak hingga larut. Seperti ada yang tak tuntas dan ingin segera diselesaikan. Dengan suara serak, pelan namun mengalun ke seluruh ruangan, Samin bertutur, “kita ini sedulur sikep, urip sing embat-embatan antarane Eling, Percoyo lan Mituhu. Sebab suatu saat akan ada dari golongan kita yang mengaku Sangkak, Singgah dan Paniten, namun jangan tertipu. Maka yang harus kita sematkan dalam ceruk relung jiwa adalah memahami kembali asal usul manusia, sangkan paraning dumadi. Untuk mengenali kebenaran, camkan rumus: 1. Becik ketitik olo ketoro manggone ono ing gondo. 2. Temen bakal tinemu manggone ono ing pangarungu. 3. Ojo dumeh manggone ono ing paningal. 4. Mok mek awak dewe manggne ono ing roso. 5. Idi pesti wek e Gusti manggone ono ing cipto / pangucap. Untuk menempuh semua hal di atas harus berguru dan mondok di Ponorogo, pono=ngerti, rogo=awak. Supaya hidup punya pegangan dan tidak barang jantur. Saudaraku, kebenaran tidak akan dimengerti kebanyakan orang. Walau begitu, jangan menentang kesalahan dengan perang jantur, gontok-gontokan. Bicaralah dengan bahasa santan, sebab yang dibutuhkan kebanyakan orang hanya buih dan busa percakapan. Misal jika kalian ditanya dari dan hendak kemana? Jawablah dari belakang dan hendak ke depan, cukup.”
Tak terasa, Samin dan seluruh penghuni ruangan melewati pertengahan malam, lingsir wengi. Setiap ucapan Samin melesap ke dalam dingin dan lengang. Membaur bersama siluet tipis yang menerpa nafas dan raut wajah. Semebyar bersama harum wewangian gading kuning yang mengelembak ke belantara malam. Hingga esoknya terdengar kabar getok tular bahwa Samin ditangkap kompeni dan dibuang ke Digul. Samin ditanam ke persawahan yang masih luas menghampar. Dan kelebat bayangannya menerpakan aroma.
*) Cerpen ini hasil kunjungan ke suku Samin saat saya bersama Komunitas Suket Indonesia sedang pentas teater Negri Sungsang di Blora.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/09/samin-surosentiko/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Rabu, 10 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar