Rabu, 17 Oktober 2012

Nasib Si Buyung

Ahmad Zaini *
Sastra-indonesia.com

Pancaran matahari menerangi halaman rumah yang ditumbuhi pepohonan dengan daun rindang. Sinar cerahnya memantul saat menerpa daun yang digoyang angin lewat. Hembusan udaranya menerbangkan debu lembut kemudian berlabuh di wajah anak yang sedang bermain riang. Si kecil kemudian berlari sambil mengucek-ucek matanya yang kemasukan sebutir debu. Ia memanggil-manggil nama ibunda yang sedang menjahit pakaian sang bapak karena sobek pada lengan kanannya.

Si ibu dengan penuh rasa kasih sayang segera menghampiri anaknya yang tersedu di depannya. Tangan halusnya kemudian membuka kelopak mata. Sekali tiup debu yang mulai mencair bersama air mata kemudian meloncat keluar. Si kecil segera berlari meninggalkan sang bunda. Ia bermain lagi di bawah rindang pohon di halaman rumahnya.

Menjelang sore, gumpalan awan bergerak menutup pancaran matahari. Remang cahanya membias di atap rumah. Gumpulan awan semakin menebal disusul rintik hujan pelan mengetuk atap rumahnya.

“Buyung…….., masuklah ke rumah! Hujan segera datang,” seru sang bunda. Tumpukan debu yang diaduk dengan air lalu dibentuk menyerupai bangunan rumah, ia tinggalkan begitu saja. Si kecil segera berlari menuju beranda rumah tempat sang bunda memanggilnya.

Titik demi titik hujan menginjak bumi. Tak lama kemudian hujan benar-benar mengguyur pelataran rumah. Si kecil melihat mainan bangunan rumahnya digerus oleh air hujan. Segumpal demi segumpal bangunan rumah yang ia dirikan sepanjang siang ambruk. Kemudian roboh hanyut bersama aliran air yang masuk ke selokan.

“Tak usah kau sedihkan, Buyung! Esok masih ada waktu untuk membangun rumah-rumahanmu yang ambruk,” kata sang bunda.

Hujan semakin lebat. Deru suaranya mengalahkan rintih kesedihan sang anak. Ia meratapi rumah yang sesungguhnya yang kini ia tempati. Tetesan-tetesan air hujan menerobos celah atap yang mulai rapuh. Mata yang seharian berbinar karena senang dapat membangun rumah-rumahan, kini layu menatap kondisi rumahnya. Ia kemudian merapat ke dekapan sang bunda dengan mata yang berkaca-kaca.

“Ibu, kapan kita punya rumah bagus?” Tanya si anak kepada ibunda. Bibir sang bunda gemetar tak mampu menahan gejolak yang dirasakan anaknya.

“Sabar, Buyung!” jawabnya.

“Kalau rumah kita hanyut bagaimana?”

“Kita berdoa saja mudah-mudahan tak terjadi apa-apa!”

Sang bunda bangkit sambil menggendong si kecil ke dalam rumah. Ia kemudian melepas baju anaknya yang seharian dipakai bermain di halaman rumah.

Dengan tanggung jawab besar mengasuh anaknya, sang bunda memandikan si kecil di jambangan yang diletakkan di bagian belakang rumah. Jambangan yang penuh dengan air sedikit menghibur kesedihan si kecil. Ia menepuk-nepuk permukaan air lantas mememercik muka sang bunda.

“Berhenti, Buyung! Jangan diteruskan! Ibunda basah kuyup ini,” larang sang bunda.

Si kecil spontan menghentikan tawanya. Ia ngambek dan kecewa kepada sang bunda lantaran sang bunda telah menghentikan tawanya. Si kecil tanpa basa-basi langsung berlari menuju kamar. Tubuh yang masih basah kemudian ditengkurapkan di ranjang yang beralas tikar pandan.

“Kapan bapak pulang. Kapan bapak membangunkan rumah untuk si Buyung, Bu?” wajah polos menatap mata sang bunda.

Sang bunda sendiri tak mampu menjawab pertanyaan si kecil. Semenjak ayah Buyung minggat meninggalkan rumah, hingga kini ia tak mendengar kabar beritanya. Seminggu yang lalu tetangganya ada yang bercerita kepadanya bahwa suaminya kini bekerja sebagai tukang pukul pimpinan perusahaan pengeboran minyak. Tapi juga ada tetangganya yang bercerita bahwa suaminya sekarang menjadi penjudi di sebuah kasino di kota Surabaya.

“Entahlah, Buyung. Saya sendiri juga tidak tahu kapan bapakmu pulang. Yang penting engkau bisa sekolah, bisa makan walau dengan biaya hutangan,” jawabnya dengan suara memelas.

Ruang depan rumah yang berdinding bambu kini mulai sepi. Si kecil tertidur di pangkuan sang bunda. Dengan perlahan sang bunda membopong tubuh kecil itu ke atas ranjang. Hati-hati sekali ia merebahkan tubuh anaknya agar tidak terbangun. Pada sebuah bantal kumal kepala si bocah direbahkan lalu ditutup dengan lembaran kain sarung yang sudah bolong di sana-sini. Sang bunda segera meninggalkan si kecil tidur sendiri. Ia kemudian mengangkati timba yang berjajar di ruang depan. Timba-timba yang menampung tetesan air hujan dari celah atap kemudian ia angkat lantas airnya ditumpahkan di depan halaman rumah.

Bersamaan dengan itu, tak terasa air mata sang bunda tumpah saat ia teringat pertanyaan-pertanyaan lugu anaknya tentang kondisi rumahnya. Sang bunda tak habis pikir kenapa suaminya tak segera kembali untuk menambal bahtera keluarganya yang mulai meretak. Sang bunda kesal dengan pola pikir suaminya yang enggan membangun serpihan-serpihan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.

“Kasihan, si buyung!” ucapnya lirih.

Pagi hari si anak bangun tidur. Ia membuka jendela kamar untuk mencari sinar matahari pagi dan udara segar. Ia bangkit sembari menyingkap sarung yang menyelimutinya semalam. Sementara sang bunda sudah duduk di beranda rumah menyulam tirai yang dipesan oleh tetangganya. Kepala dengan rambut yang masih acak-acakan disandarkan di pundak sang bunda. Ia mengeluhkan rasa lapar yang tak tertahan.

“Di belakang sudah kusediakan nasi goreng. Silakan mandi dulu kemudian sarapan!” perintah sang bunda.

Tubuh terhuyung dengan langkah gontai merembet melintasi tanah becek di ruang depan. Percikan-percikan genangan air menerpa dinding bambu yang berlubang di sana-sini. Satu yang ia harapkan yaitu dia cepat dewasa kemudian membantu sang bunda bekerja. Hasil dari bekerjanya digunakan untuk membangun rumahnya yang sudah sangat memprihatinkan ini.

“Pyaaarrr!”

Suara piring pecah dari belakang dapur. Sang bunda yang sedang menyulam tirai kaget dan segera berlari menuju dapur. Ia melihat si kecil meringis memegangi kakinya.

“Kakimu berdarah, Buyung?” dengan mata terbelalak sang bunda bertanya kepadanya. Ia panik mencari obat merah. Akan tetapi, obat merah yang ia cari kini tinggal bungkusnya saja. Sang bunda berjalan tergopoh-gopoh menuju halaman rumah mencari daun tanaman yodium sebagai obat luka anaknya. Tangannya gemetar meraih daun yang kini mulai langka itu. Setelah memetik dua tangkai daun yodium kemudian ia berlari menghampiri anaknya dengan luka menganga dikakinya karena tergores pecahan piring. Getah daun yodium kemudian diteteskan pada bagian kaki yang terluka.

“Pedih, Bu…..!” rintihnya.

“Tahan, Buyung! Rasa pedih ini hanya sesaat. Besok luka akan mongering dan engkau bisa bermain lagi,” hibur sang bunda.

Sang anak berjalan terpincang-pincang sambil dipapah sang bunda. Ia menyoncong sepiring nasi goreng yang disediakan sang bunda. Sulaman tirainya yang tergeletak di kursi segera ia singkirkan. Sang anak perlahan didudukkan dengan pelan. Sambil mengangkat kaki kiri dan menjulurkan kaki kanannya yang terluka, ia memakan nasi goreng yang disuapkan sang bunda dengan lahap. Dalam sekejap nasi goreng itu telah lenyap tertelan rasa lapar sejak semalam.

Ketika mereka sedang berada di beranda rumahnya, tiba-tiba mereka dikagetkan mobil polisi yang berhenti di depan rumahnya. Hati sang bunda bertanya-tanya kenapa ada mobil polisi berhenti di tempat itu. Ia melihat pintu mobil yang perlahan mulai terbuka. Betapa terkejutnya dia karena yang muncul dari dalam mobil itu adalah wajah sang suami dengan tangan terborgol.

Diapit oleh dua polisi sang suami berjalan mendekat kepada anak dan istrinya. Halaman rumah yang berlumpur karena guyuran hujan sebelumnya hampir saja menggelincirkan kaki salah seorang polisi.

“Bapak, ada apa ini?” Tanya sang istri.

Sang suami diam seribu bahasa. Ia tak mampu berucap apa-apa. Dia hanya menundukkan wajah dengan air mata yang berjatuhan di tanah becek beranda rumahnya.

“Maaf, Bu! Suami Anda terpaksa saya tangkap karena terlibat penipuan,” kata salah seorang petugas.

“Maafkan saya, Bu! Maafkan saya, Buyung! Biarlah Bapak menjalani hukuman dari perbuatan yang selama ini kuperbuat pada kalian,” katanya.

Setelah meminta maaf, polisi segera menyeret laki-laki itu masuk ke dalam mobil. Sirinenya meraung-raung meninggalkan bekas kesedihan di hati keluarganya yang berbulan-bulan menunggu kedatangannya. Mereka terlihat pasrah dengan semua yang dialami suaminya.

*) Cerpenis lahir di Lamongan, 7 Mei 1976. Karya-karya sastranya baik berupa puisi maupun cerpen pernah dimuat di Tabloid Telunjuk, majalah sastra Indupati (Kostela), Tabloid Ma’arif Lamongan, majalah MPA (Depag Jatim), Radar Bojonegoro dan Kompas.com. Beberapa puisinya terkumpul dalam Antologi Puisi Bersama antara lain Bulan Merayap (DKL,2004), Lanskap Telunjuk (DKL, 2004), Khianat Waktu, Antologi Penyair Jawa Timur (DKL, 2006), Absurditas Rindu (Sastra Nesia Lamongan, 2006), Sehelai Waktu (Scolar, 2011). Sehari-hari penulis juga sebagai guru di SMA Raudlatul Muta’allimin Babat. Kini penulis berdomisili di Wanar, Pucuk, Lamongan, Jawa Timur. Alamat blognya http://www.zainicentre.blogspot.com/
http://sastra-indonesia.com/2012/09/nasib-si-buyung/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar