Sabtu, 24 Juli 2021

Aku Tak Rela Ia Mati Terhormat

AS. Sumbawi
 
Ia telah kubunuh. Kuceraikan anggota tubuhnya bagian perbagian. Kemudian potongan-potongan yang masih mengeluarkan darah itu kumasukkan ke dalam kantong plastik hitam.
 
Puas sudah hatiku. Plong. Apa yang selama ini menjadi obsesi terbesarku telah tercapai. Ia sudah tak berdaya. Tidak menakutkan lagi. Mampus oleh tanganku. Ya, aku tak rela ia mati dengan cara terhormat. Ia tak layak untuk itu. Maka, aku sendiri yang harus membunuhnya. Semua tahu, bahwa mati oleh tangan anaknya sendiri adalah jalan kematian paling hina. Aku yakin semua akan beranggapan bahwa ayahku bejat. Dan aku senang dengan hal itu, karena ia memang bejat.
 
“Yap, kataku seusai mengikat kantong plastik hitam.
 
Di kamarnya, darahnya berceceran. Tidak hanya di lantai, tapi juga di dinding, di kasur, di tubuhku dan pakaianku. Ah, nanti saja kubersihkan, pikirku. Ya, aku harus segera menyingkirkan potongan-potongan tubuhnya sebelum ada yang tahu.
*
 
Aku terkejut ketika kembali. Kulihat ibu duduk di kamar. Kepalanya bertumpu pada lengannya yang menyilang di atas sandaran kursi. Dan jari-jari tangan kanannya memegang sobekan pakaian bajingan itu. Aku mendekatinya.
Ibu mendongakkan kepala. Menatapku tajam. Matanya berkaca-kaca.
 
“Apa yang terjadi?” katanya. Aku diam.
“Kau membunuhnya?” Aku tetap diam. Ia berjalan mendekat.
“Jadi benar kau membunuhnya?”
“Hei…”
 
Tiba-tiba ia melayangkan tangannya ke mukaku. Aku hanya diam. Kulihat matanya bertambah merah. Kemudian ia buru-buru pergi.
*
 
Aku sedang menggulung seprei yang berlumuran darah ketika ibu kembali dengan setimba air dan kain pel. Ketika kutatap matanya, ia buru-buru melengoskan tatapan matanya dariku. Kemudian ia membersihkan darah di lantai tanpa berbicara serangkai abjad pun kepadaku. Sementara aku hanya berdiri menatapinya.
 
“Cepat. Sebelum adikmu tahu,” katanya tanpa memandang kepadaku.
Segera kubawa seprei dan setimba air yang telah berwarna merah kehitaman itu ke belakang. Kemudian aku kembali dengan setimba air bersih.
“Di mana jenazahnya?” katanya. Ia tak juga menatapku.
“Telah kusingkirkan.”
“Di mana?”
“Tempat yang aman. Ibu tak usah khawatir.”
*
 
Kamar telah bersih dari darah. Kini, aku tengah memasang seprei. Sementara ibu ada di belakang. Entah, apa yang dilakukannya. Sebenarnya, aku sudah menduga bahwa ibu akan shock dengan apa yang telah kulakukan. Membunuh bajingan yang ditakdirkan sebagai ayahku itu. Aku cukup maklum. Namun setelah lewat sehari-duahari, aku yakin ibu akan kembali bersikap baik kepadaku.
 
“Yap, selesai sudah,” kataku. Kupandangi kasur sejenak. Tiba-tiba wajah bajingan itu tergambar di benakku. Meronta-ronta kesakitan. Dalam hati aku tertawa. Ya, rasakan.
Aku berjalan keluar. Namun, sebelum mencapai pintu, mendadak aku ingin melihat sekali lagi tempat di mana aku menghabisinya.
 
Sebenarnya, sudah lama aku ingin membunuhnya. Namun, aku tak pernah mendapatkan kesempatan yang layak. Dan tadi pagi, ketika melihat bajingan itu tidur dan Suasana rumah cukup sepi, tiba-tiba aku merasakan bahwa semuanya seakan mendukungku untuk mewujudkan obsesi terbesarku. Buru-buru aku mengambil sebilah pisau yang cukup besar dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan, aku menghujamkan pisau ke dadanya. Ia tersentak. Meronta-ronta. Matanya menatap taja kepadaku. Aku panik. Segera saja kuhujam pisau ke dadanya sebanyak-banyaknya. Aku tak ingin ini gagal. Dan aku sangat lega ketika ia tak bergerak lagi.
 
Kemudian kuseret tubuhnya yang kaku bersimbah darah itu ke lantai. Tiba-tiba aku teringat kembali dengan apa yang selama ini sering aku pikirkan. Aku ingin menginjak-injak wajahnya. Menendang kepalanya seperti dalam sepakbola. Membanting kedua tangannya yang kerap memukulku dan memukul ibu. Menghantamkan kedua kakinya yang kerap menendang kami itu ke tembok. Mengodol-odol perutnya yang membuatnya tak peduli pada kehidupan keluarga. Memotong kemaluannya yang sering digunakan dengan pelacur. Menyakiti hati ibu. Dan sebagainya.
*
 
Sore itu, ibu menyuruhku pergi ke ruang makan dengan perantara adik perempuanku. Di meja makan, Ibu tak pernah menghadapkan wajahnya ke arahku.
*
 
Sudah dua hari bajingan itu tidak tampak di mataku, di mata ibu, di mata adikku. Tentu saja. aku telah membuatnya mampus. Ya, ia kini tak bisa lagi menyakiti kami. Ia tak bisa lagi memukul kami, menendang kami. Ia juga tak bisa berjudi lagi, menghabiskan uang hasil kerja ibu, tak bisa masuk lagi, dan membawa seorang pelacur ke rumah. seperti yang biasa dilakukannya. Aku cukup senang karena aku telah membebaskan keluarga dari duri dalam daging. Membebaskan ibu dari bajingan itu. namun kini, aku kecewa dengan ibu. Ia selalu melengoskan pandangannya dari tatapan mataku setiap kali kami bertemu. Entahlah. Padahal dulu, aku membayangkan ibu akan bergembira ketika aku menemuinya dengan membawa kabar bahwa aku telah membunuh bajingan itu. ibu akan mengucapkan ribuan terima kasih dan ribuan pujian. Seperti seorang putri yang diselamatkan oleh seorang ksatrian berkuda putih yang gagah berani. Tapi, tak apalah. Barangkali ibu masih perlu waktu.
 
Ya, seringkali kulihat ibu melamun ketika sedang melakukan pekerjaan. Matanya menerawang jauh. Entah, ke mana pikirannya plesiran. Tapi, aku yakin tak jauh-jauh dari peristiwa itu.
 
Pernah suatu kali kulihat ibu melamun ketika sedang mengiris bawang merah. Tanpa sadar, ia mengiris jarinya sendiri.
 
“Ibu!” ingatku. Ibu tersentak melihat jarinya berlumuran darah. Matanya nampak merah. Aku buru-buru mendekatinya dan memegang tangannya. Namun ketika aku hendak menghisap darah di jarinya, ibu mengibaskan tangannya lantas pergi.
 
Sementara adik perempuanku sering menanyakan perihal ayah kepada ibu. Namun, ibu selalu mengatakan bahwa ayah pergi karena urusan penting. Memang, adik perempuanku itulah yang selama ini yang menjadi kesayangan ayah ketika berada di rumah. ayah kerap mengajak adik perempuanku pergi. Dan ketika pulang, di tangan adik perempuanku pasti ada oleh-oleh.
 
Sebenarnya, aku tidak setuju dengan jawaban ibu kepada adik perempuanku itu. aku berharap ibu akan berterus-terang kepadanya bahwa bajingan itu telah mampus. Dan sudah sepantasnya ia mati dengan cara tidak terhormat. Mati oleh darah dagingnya sendiri.
*
 
Kini aku mendekam di penjara. Beberapa hari yang lalu ibu melaporkan perbuatanku kepada polisi. Ia telah menyakiti hatiku. Padahal, ia berhutang budi padaku. Seharusnya ia lebih menyayangiku karena aku telah menyelamatkannya. Karena itulah aku sangat membencinya. Apalagi ia juga maju menjadi saksi dalam persidangan kasusku. Sementara jenazah bajingan itu telah ditemukan oleh polisi dan kini sedang dalam pemeriksaan tim forensik.
 
Aku juga membenci para wartawan yang seenak udel-nya menuduhku sebagai pembunuh berdarah dingin. Padahal, apa yang mereka tahu. Kehidupan keluarganya sendiri pun mereka barangkali tidak tahu. Apalagi keluargaku. Dan aku yakin palu hakim ada di pihakku. Namun jika sebaliknya, maka palu hakim telah semena-mena kepadaku. Karena aku berbuat kebaikan dengan membunuh bajingan itu.
*
 
Tadi setelah persidangan, ibu membesukku. Tak seperti biasanya, tiba-tiba saja aku mau menemuinya. Aku tak tega melihat ibu bersedih. Aku sangat menyayanginya. Namun, lagi-lagi aku kecewa padanya. Katanya bahwa ia tak mau aku menjadi buronan dan hidup sengsara dalam pelarian. Makanya ia melaporkanku. Ia berharap setelah keluar dari sini, aku bisa menjadi orang baik. Sembuh. Katanya lagi, semua ini dilakukannya karena ia sangat saying kepadaku.
 
Ah, bajingan. Mereka semua menganggapku sakit seperti anggapan para dokter jiwa dan psikiater yang tidak valid itu. Psikopat. Namun, aku berharao cepat-cepat keluar dari sini. Aku ingin mengajarkan kebenaran kepada mereka semua.
***

http://sastra-indonesia.com/2008/12/aku-tak-rela-ia-mati-terhormat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar