Selasa, 15 Juni 2021

Catatan Perjalanan untuk Menepis Kesia-siaan (I)

 

Muhammad Yasir
 
Lamongan menjadi kota pertama yang kudatangi setelah petualangan keluarga kecilku yang kesekian. Tidak ada yang menarik hatiku sekali pun aku telah melewati sebuah gapura dengan nama Lamongan terpampang lebih tinggi dari badan seorang buruh remaja yang baru saja keluar dari pintu gerbang pabrik menjelang dunia benar-benar gelap. Wajahnya murung dan khawatir seakan-akan semangat hidupnya luntur, perlahan dan pasti. Buruh remaja itu melangkah dan sesekali mendongak ke langit; harap-harap warna oranye menyelimuti langit gugur menjadi emas. Aku bertanya-tanya, di sinikah orang-orang hidup dengan luka di sekujur tubuhnya kemudian datang semacam bayangan terkutuk untuk memerah mereka hingga kering kerontang lalu melempar mereka ke tambak garam? Atau dengan terpaksa mereka memasukan diri mereka sendiri ke dalam pipa berkilo meter untuk selamat dari kehidupan adalah kutukan? Pertanyaan-pertanyaan ini justru menggiring kuda besiku ke warung kecil yang hidup segan mati-tak-mau yang dijaga seorang anak lelaki menyedihkan, sepertiku. Karena sama-sama menyedihkan, tangan kiriku memeriksa isi saku celana dan aku menemukan uang lima ribu rupiah, kemudian segera kugumpal. Perasaan malu muncul. Bagaimana pun, aku telah menghina si anak lelaki, sekali pun aku sebenarnya ingin membeli rokok ketengan. Diriku yang lain merasa iba kepada si anak lelaki. Dalam hukum akal sehat, hal demikian tidak lantas memerdekakan diri sendiri dan juga orang lain.
 
Sebelumnya, aku telah membuat kesepakatan dengan seorang Penyair Penyendiri yang berhasil keluar dari parabel estetika yang diciptakan serampangan oleh kaum Penyair “Iklan Kecap” yang bercokol di renda-renda batu kapur kekuasaan atau di jendela kaca gedung dewan kesenian; harap-harap mendapat proyek Antologi Puisi Jawa Timur Satu Miliyar Rupiah. Ini adalah pertemuan pertama kami, jadi sudah semestinya aku harus menyiapkan tata bahasa, mimik, dan gerak tubuh agar mampu menepis kesia-siaan yang mulai tumbuh dalam perjalanan hidupku dan serentetan pertemuan dengan Pejalan Pedang dalam dunia Sastra Indonesia. Tidak lama setelah matahari tenggelam di balik atap Universitas Islam Darul ‘Ulum, seorang lelaki jangkung berbaju merah menyebrangi rel kereta api dan melangkah pasti ke arahku. Benar, bahwa dialah Penyair Penyendiri itu. Kemudian kami saling menyapa, diam-diam menyembunyikan masalah masing-masing. Setelah itu, kami melaju menuju sebuah toko buku kecil di tepi jalan miliknya. Kami sempat berbincang - tentu saja catatan ini bukan tentang apa yang kami perbincangan - dan sesekali tertawa terbahak-bahak ketika di ujung perbincangan nama Sutardji Calzoum Bachri yang konon Presiden Penyair itu muncul dari balik aspal dan kemudian dilindas truk fuso. Sebagai pemanasan, kami bersepakat bahwa atmosfir Sastra Indonesia di Jawa bagian Timur ini seperti roti bakar yang dipotong-potong kemudian disiram anggur.
 
Bagaimana Sastra Indonesia di Jawa bagian Timur ini menjadi seperti roti yang dipotong-potong kemudian disiram anggur? Penyair Penyendiri ini menjawab bahwa dirinya telah melakukan pembacaan, penghayatan, pemetaan, dan kritik-otokritik terhadap gelagat para medioker Sastra Indonesia yang tidak benar-benar mencintai Sastra Indonesia atau memanfaatkan dunia Sastra Indonesia sebagai tempat pelampiasan syndrom-narsistik mereka belaka sejak abad 20 hingga abad 21 ini. Dan, tentu saja, sebagai seorang yang bermoril, Penyair Penyendiri ini menerbitkan beberapa buku dan jurnal kritik sastra - yang terbaru “Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”. Identifikasi yang matang terhadap syndrom-narsistik semacam di Jawa bagian Timur ini, baginya telah melahirkan mitos atau kebohongan besar dalam peradaban Sastra Indonesia. Pada akhir jawaban, dengan nada lirih dan sarat ironi, Penyair Penyendiri ini menganggap bahwa Sastra Indonesia di Jawa bagian Timur akan hancur oleh kekuasaan, apabila syndrom-narsistik yang diderita kebanyakan Sastrawan (banyak, tidak semua) tidak segera dibakar. Dalam fase mendengarkan ini, aku jadi teringat cerita pendek yang ditulis Leo Tolstoy dengan sangat epik yang bertajuk “Gandum Sebesar Telur” pada abad 19, 1886. Dalam cerita pendek itu, Tolstoy menggambarkan bahwa peradaban manusia sejatinya hanyalah persoalan ketundukan dan kepatuhan serta kemunduran yang mengerikan. Jika kita sama-sama mengingat cerita pendek itu, jelas di sana bahwasanya kritik Tolstoy terhadap semangat zaman kemunduran kehidupan manusia begitu menohok.
 
Setidaknya, ada tiga pola kemunduran yang menjadi pusat kritik Tolstoy. Pertama, ketika seorang lelaki - yang merupakan cucu dari tokoh pertama - yang berjalan dengan dua tongkat itu dipanggil menghadap Tsar untuk menjelaskan sebutir gandum yang diambilnya di tangan beberapa orang anak. Di sini, tampak bahwa peradaban baru manusia membuat banyak manusia itu sendiri mengalami ketidaktahuan sejarah. Kedua, ketika Tsar menyuruh pelayannya memanggil ayah lelaki itu. Rupanya, sama seperti anaknya, ayah lelaki itu berjalan dengan satu tongkat dan sama-sama mengalami ketidaktahuan sejarah mereka. Ketiga, Tsar yang teramat penasaran kembali menyuruh pelayannya untuk memanggil kakek lelaki itu. Kemudian datanglah seorang lelaki tua yang berjalan dengan gagah tanpa menggunakan tongkat seperti cucu dan anaknya sebelumnya. Kepada Tsar, dia berkata, “Hal ini bisa terjadi karena orang-orang sudah berhenti untuk hidup dari keringatnya sendiri, dan bergantung pada kerja keras sesama mereka. Di masa kami dulu, manusia hidup menurut Firman Tuhan. Kami berdiri di atas kaki kami sendiri dan tidak berhasrat merampas apa yang bukan menjadi hak kami.” Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa Gandum Sebesar Telur ini sebagai Sastra Indonesia dan si lelaki, ayahnya, dan kakeknya ini sebagai semangat zaman kemunduran kehidupan manusia di dalam Sastra Indonesia.
 
Selain Tolstoy, tentu kita sama-sama ingat kritik menohok yang ditulis Kuntowijoyo dalam novelnya yang bertajuk “Pasar”. Bahwa tidak ada kedamaian dalam kehidupan manusia - Sastra Indonesia - dewasa ini. Orang-orang senantiasa bertikai menyoal perut. Pagi bicara perut. Siang bicara perut. Sore bicara perut. Malam bicara perut. Seakan-akan, kehidupan hanya tentang perut. Mereka lupa bahwa ada yang menyebabkan kelaparan. Bagiku, begitu juga dengan Sastra Indonesia sekarang ini. Kenaifan mereka terhadap rezim dan realitas yang disebabkannya dan ketakutan mereka terhadap kelaparan telah membuat mereka karib dengan pelacuran dan tindakan hina lainnya. Tanpa sekali pun, atau barangkali sudah hilang, komitmen keberanian dalam diri mereka untuk keluar dari watak patronistik dan kapitalisasi teks. Kehidupan mereka seakan mengikuti konstruksi laku konsumtif yang apabila tidak melacurkan diri, mereka akan ditolak para tetangga atau mati kelaparan sebelum menjadi selebritis koran dan pasar, tentunya. Demikianlah, seiring gelisah menggumpal di dada masing-masing, Lamongan tetaplah tenggelam dalam aroma busuk limbah B3.

Surabaya, Juni 2021 http://sastra-indonesia.com/2021/06/catatan-perjalanan-untuk-menepis-kesia-siaan-i/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar