Sabtu, 02 Desember 2017

Membentuk Jiwa Bangsa Melalui Sastra

M Khoirul Anwar KH *
Radar Cirebon, 20 Apr 2017

Art is a lie that reveals the truth,
(Charles Dickens).
MEMBACA geliat literasi yang mulai tumbuh belakangan ini, imajinasi penulis seperti diajak bertamasya ke labirin masa lalu. Labirin yang mengetengahkan betapa daerah pesisir ini mempunyai tradisi literasi yang amat panjang dan dahsyat. Labirin yang membuat penulis memahami fakta sejarah bahwa Cirebon, tempat penulis lahir dan tumbuh, tidak melulu dibangun dari sisa-sisa adab pelabuhan dan perdagangan, tapi juga dari peradaban literasi yang sanggup menenun sejarah hingga bisa kita baca dan khidmati sampai detik ini. Di sini.

Penulis mengamini Untung Rahardjo yang telah coba meraba periodisasi dan kategorisasi tapak jejak susastra Cirebon di dalam bukunya: Kesusastraan Cirebon (Dalam Periodeisasi Kuna, Tengahan, Baru dan Modern). Untung memulainya dari masa kesusastraan Cirebon di era klasik (Kuna). Di era inilah kesusastraan Cirebon mengalami dentuman yang gigantik. Ini ditandai dengan massifnya karya-karya sastra yang lahir untuk menanggapi fenomena sosio-politik yang berkelebat saat itu. Periode ini dimulai dari alaf 1445 M hingga Pangeran Wangsakerta menggagas Gotrasawala pada titimangsa 1677 (Rahardjo, 2004:17).

Karya-karya masterpiece lahir di era ini. Dari mulai Purwaka Samasta Bhuwana karya Pangeran Losari (17 jilid), Pustaka dan Rontal zaman Panembahan Ratu (91 jilid), naskah Ramayana (7 jilid), Pustaka Agama Islam karya Pangeran Manis dkk (300 jilid), Sarwacarita yang muncul era panembahan Girilaya (75 jilid). Tak hanya itu, seperti yang sudah diketengahkan Wangsakerta dalam Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara, Parwa V, Sarga V, bahwa di era tersebut terdapat beberapa karya magnum opus seperti: Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara (25 jilid), Pustaka Pararatwan (10 jilid), Pustaka Negara Kretabhumi (12 jilid), dan puluhan bahkan ratusan naskah lainnya. Bahkan Sunan Gunung Jati sendiri menulis karya berupa Silsilah Raja-Raja Sunda.

Sedangkan produk sastra yang lazim digunakan pada saat itu di antaranya: Kakawen (sajak campuran), Kidung (tembang), Gugon Tuwon (nasihat kehidupan), dan Jawokan (mantra/doa). Kakawen banyak dijumpai di naskah-naskah Wangsakerta. Beberapa contoh kidung adalah Kidung Rajah Kala Cakra, Kidung Sarab Sawan, dan Kidung Tulak Tanggul. Gugon Tuwon sendiri lazim digunakan sesepuh-sesepuh Cirebon, seperti Sunan Gunung Jati, Pangeran Cakrabuana, dan Ki Kuwu Sangkan.

Setelah itu era sastra Cirebon masuk ke fase Tengahan. Ini berlangsung sejak 1700 M sampai 1800 M. Di fase ini, karya-karya yang lahir di antaranya: Carita Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Arya Carbon (1720 M), Pepakem Jaksa Pepitu (1765 M), Pustaka Pakungwati Carbon karya antologi Ki Wangsa Manggala dkk (1779 M), Babad Ratu Carbon Girang karya Ki Somad Manggala 1790 M, Wewacan Cerbon karya Ki Demang Pamayahan (1805 M), Catur Kanda karya Pangeran Arya Suradiningrat (1848 M), Babad Galuh karya Kiai Surengrana (1876 M). Tipologi sastranya meliputi Macapat, Pralampita, Sandisastra, Sasmita, dan Panyandra.

Periode Baru jatuh pada dekade 1800 akhir sampai pertengahan 1900 M. Produk literasi yang lahir di era ini bisa kita eja mulai: Sejarah Cerbon karya Harya Dendaningrat (1886 M) dan Serat Suluk Bangun Umah karya Raden Duliyas Bratakusuma (1956 M). Ekspresi susastranya sangat variatif. Dari Wangsalan, Parikan, Paribasa/Pribasa, Sanepa, Ukara Sesumbar, Basa Prenesan, hingga Basa Rinengga (Rineka).

Periode Modern diperkirakan dimulai 1950 hingga kini. Di periode ini sastra Cirebon sudah mulai terpuruk dan kurang bergairah. Ini ditandai dengan lahirnya bahasa ungkap yang hanya berupa geguritan. Baik yang bernafaskan macapat maupun yang tak beraturan seperti halnya puisi bebas. Sejujurnya, tak banyak karya yang bisa ditemukan di fase-fase ini selain karya-karya sambilan yang bisa kita temukan secara fluktuatif di beberapa media masa lokal atau antologi puisi komunitas yang masih menggenggam sastra Cirebon dalam dadanya.

Seperti ucap Syubanuddin Alwy: saat ini sastra Cirebon berada dalam lingkungan yang terbatas. Ia hanya ditulis oleh segelintir orang. Mayoritas ditulis dalam genre karya sastra yang ditulis dalam skala imajinasi para pemula (Apa Kabar, Bahasa dan Sastra Cirebon?, hlm: 07).

GEGAR LITERASI BUDAYA

Di musim pilpres dua tahun lalu, jagat media sosial kita kembali riuh-bergemuruh. Bukan lantaran selebrasi sensasional yang kerap ditebarkan para artis, juga bukan sebab ancaman radikalisme yang kini tengah kembali meradang. Melainkan karena pernyataan salah satu petinggi partai di republik ini yang berseloroh: pengumpulan data kecurangan pilpres ke Mahkamah Konstitusi tidak bisa dilakukan seperti Roro Jonggrang membuat Tangkuban Perahu (03/08/14).

Terlepas dari ramainya kontroversi yang mengemuka, ada hal substansial yang mustinya diperbincangkan lebih lanjut. Kita bisa memulainya dari pertanyaan sebagai berikut: bagaimana mungkin manusia Indonesia yang menduduki jabatan strategis dalam sebuah partai mengalami “buta literasi-budaya” sedemikian? Mengapa mayoritas orang dewasa abad ini seakan mulai mengalami penyakit psikologis berupa tuna literasi budaya? Tidak hanya mereka yang duduk di pucuk pimpinan semata, tapi nyaris seluruh lini masyarakat menganggap literasi budaya (dahulu) tak ubahnya klangenan atau bahkan hiburan semata.

Ini disebabkan, di antaranya, karena sedari dini kita tak dikenalkan dengan khazanah (kesusastraan) lokal dengan sungguh-sungguh. Muatan-muatan lokal yang lazim ditemui di sekolah hanya dianggap sebatas ekstra-kurikuler yang tak merasuk sebagai prioritas. Ini ditambah dengan dikotomi yang lahir di kalangan masyarakat terdidik bahwa eksakta jauh lebih menjanjikan ketimbang humaniora.

Padahal, sastra menghaluskan rasa dan eksakta menajamkan isi kepala. Keduanya seperti dua sisi mata koin yang tak dapat dipisahkan. Bukankah, manusia tak melulu produk akal-pikir seperti yang digaungkan oleh aufklarung maupun renaisans? Tapi juga entitas yang memiliki rasa dan jiwa.

RENAISANS SASTRA (DAERAH)

Melihat kondisi susastra daerah yang sudah sedemikian menggiriskan, tentu perlu beberapa langkah jitu agar sastra tak terperosok dalam jurang curam sejarah. Karena itu, tawaran di sini mungkin layak diperhitungkan demi kebangkitan kembali sastra daerah, Cirebon khususnya, menuju puncak kejayaannya seperti era Wangsakerta dulu.

Pertama, mentradisikan penggunaan piranti sastra daerah dalam hidup keseharian, semisal guritan atau lainnya. Kedua, mendidik anak sejak dini untuk mengenal sastra tidak saja dari bangku sekolah, tapi juga lingkungan sosio-kultur yang melingkupinya.

Ketiga, sedari kini pendidik musti coba memulai menggunakan pitutur sastra daerah dalam mentransfer pengetahuan di bangku-bangku lembaga pendidikan. Keempat, mengemas pelbagai khazanah sastra daerah yang kaya itu melalui seni visual (film) maupun media informasi lainnya (Suyanto, 10/15/15).

Kelima, kerja sama media massa dalam (kembali) mempopulerkan susastra daerah dalam bentuknya yang segar dan baru. Terakhir, tentu saja, itikad baik pemerintah baik pusat maupun daerah demi kemajuan sastra baik berupa legislasi maupun (terlebih) apresiasi.

Saatnya berhenti mengutuk kegelapan. Apa yang dicanangkan para pendahulu adalah langkah awal yang perlu kita urai lebih lanjut dan mendalam. Mari jadikan gagasan renaisans sastra (daerah) sebagai gagasan semesta.

Kita patut iri pada AA Navis yang mengungkap budaya Melayu melalui Robohnya Surau Kami, Linus Suryadi AG yang mengungkap tradisi Jawa melalui Pengakuan Pariyem, Ahmad Tohari yang menyingkap nilai budaya Jawa Banyumas melalui trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, dan semua sastrawan yang mengusung lokalitas budaya dalam setiap denyut karyanya.

Penulis ingin menutup esai ini dengan mengutip Kakawen dari Pangeran Wangsakerta. Kakawen yang musti kita renungkan dengan takzim dan seksama demi keberlangsungan susastra di masa depan: Awignam astu/ swasti/ telas sinusun mwang sinerat sayampratar tan henti/ dening pirang sang manurat sinerat ri Sakakala/ Nawa gapura marga raja/ eka suklapaksa/ Srewana masa/ Nihan ta/ mangdadiyakna dirga yusawastisanira sang manurat sang amaca/ sang anggogoh mwang sang angupakareka pustaka/ sang tasmat yadiyan hana kaluputan athawa kasasar ing serat sastrei/ waraksmakna ta.

“Mudah-mudahan tiada aral melintang. Semoga selamat. Telah disusun dan ditulis siang malam, tiada henti-hentinya oleh sejumlah penulis. Ditulis pada tahun saka: Nawa Gapura Marga Raja (1599 S./1677 M.), tanggal 1 paro terang bulan Srawana (02 Juli). Demikianlah semoga panjang-panjang usianya, bagi yang menulis, yang membaca, yang menyimpan, dan yang memelihara naskah ini. Maka apabila kesalahan atau kekeliruan tulisan sastra ini, maafkanlah” (cuplikan naskah Pangeran Wangsakerta, 1677 M., Rajya-rajya 1 Bhumi Nusantara, Sargah I, Parwa I, bait 224).

Saat ini kita butuh manusia-manusia yang memiliki kapasitas keuletan sekaliber Pangeran Wangsakerta. Manusia yang setiap inci waktunya mendedikasikan diri untuk membaca, menulis, mendokumentasi, dan mereproduksi karya susastra sesuai dengan konteks zaman yang melingkupinya. Manusia-manusia yang menganggap sastra tak semata sebagai korpus mati yang musti dielus-elus di laci museum sejarah. Tapi senantiasa diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pelbagai medium dan cara. Percayalah, hingga detik ini susastra merupakan piranti paling ampuh dalam membentuk gerabah karakter jiwa sebuah bangsa.

Penulis bermimpi, jika melalui Andrea Hirata dunia mampu mengenal Belitong sebagai negeri Laskar Pelangi, maka sudah saatnya masyarakat global mengenal titik koordinat Cirebon tidak semata hanya dari Tari Topeng, Sintren maupun Keraton. Tapi juga dari wisata literasi yang melimpah-ruah wujudnya. Begitu juga dengan susastra daerah-daerah lainnya di sekujur Indonesia yang menunggu untuk kembali dielaborasi makna dan bentuknya. Bagaimana menurut Anda?

*) Penulis adalah Penggiat Literasi.
http://www.radarcirebon.com/membentuk-jiwa-bangsa-melalui-sastra.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar