Selasa, 01 Desember 2015

Membangun Kultur Sekolah melalui Profesionalitas Guru

Agus Prasmono *

Apakah betul, guru sebagai pembangun kultur sekolah? Di sini perlu diingatkan kembali, untuk mereposisi guru sebagai figur dan agen perubahan sosial (agent of social change) di masyarakat. Gurulah motor penggerak perubahan di sekolah. Apakah yang lain tidak perlu mengadakan perubahan. Tentu jawabnya bukan begitu. Adakah di dunia ini yang abadi? Semuanya mengalami perubahan, yang kekal hanyalah perubahan itu sendiri.

Berbincang mengenai kultur, harus dipahami sebagai budaya; wujud perilaku insan dalam hidup bermasyarakat. Dan masyarakat itu, sekumpulan individu bersegala aktivitas dari makhluk sosial. Individu yang “hidup” akan senantiasa hidup pula (baca: berubah). Perubahan kian cepat, bila manusia yang berperan jadi penggeraknya juga melaju dinamis. Orang yang cerdas (bukan pandai saja), punya trik-trik yang membuat hidupnya dinamis. Sebaliknya yang dungu (maaf terlalu kasar), selalu senang kemapanan yang dialami, apa pun bentuknya. Sedangkan yang cerdik-pandai, terus membuat perubahan di dalam hidupnya.

Apa saja yang harus berubah?

Berbicara perihal perubahan dalam pendidikan, pada dasarnya itulah esensi kultur sekolahan. Masih banyak perubahan yang harus dilakukan di dunia pendidikan. Pertama, cara berpikir atau pola pikir. Pola pikir patut berubah searah memperbaharui setiap saat, seiring pertumbuhan masyarakat serta kemajuan jaman. Pendidik adalah ilmuwan. Walau guru bukan satu-satunya sumber ilmu bagi siswanya, dan kini sudah berubah pula; sebagai fasilitator pembelajaran, maka patutlah cerdas. Sulit rasanya menghasilkan siswa cerdas dari guru yang tidak cerdas. Kabar menggembirakan dari LPTK (Universitas bekas IKIP), belakangan animo alumni SMA melanjutkan ke FKIP mengalami perkembangan luar biasa, sehingga LPTK bisa merekrut calon mahasiswanya yang berkualitas. Jika mahasiswa FKIP cerdas, berarti nantinya pendidikan akan diemban orang-orang yang dapat mencerdaskan.

Kedua, tindakan. Guru sebagai pendidik seyogyanya bisa dijadikan panutan (pemberi contoh), atau setiap perbuatannya patut mencerminkan keteladanan bagi siswanya. Guru tetap menjadi yang “digugu dan ditiru” :idiom itu perlu dibakukan. Selama ini, banyak tindakan guru yang kurang menggambarkan teladan yang baik. Mulai dari kasus perjudian, manipulasi, perselingkuhan, dan pelanggaran hukum lain.

Ketiga, kebiasaan. Sudahkah kebiasaan yang diciptakan memantulkan nilai-nilai luhur yang berdasarkan moralitas agama yang ada di republik ini? Ketika P-4 masih didewakan di negeri ini, dianggapnya semua nilai luhur berdasar Pancasila serta termuat di dalamnya. Mereka lupa, bahwa dalam kandungannya, ada sila Ketuhanan Yang Maha Esa; menempatkan agama di atas segalanya. Dengan kata lain, Pancasila mengakui agama sebagai sumber kebenaran paling utama, dan manusia Indonesia harus ber-Tuhan yang Esa.

Keempat, perubahan penampilan. Dulu, guru identik dengan pakaian abu-abu yang lusuh, sepatu jarang disemir, tas model tas “modin” seolah jadi trade mark. Guru, sepantasnya merubah penampilannya. Tidak perlu bawa banyak buku, cukup laptop tentengannya. Kalau guru belum punya laptop, berarti belum siap berubah, karena perubahan terbesar ada di alat teknologi tersebut. Penampilan fisik dan pakaian pun, patut senantiasa yang pantas.

Kelima, keberhasilan. Kini, guru harus terpandang sebagai seorang yang berhasil. Berhasil mendidik siswanya, sehingga menghasilkan siswa yang cerdas, dan terus meningkatkan prestasinya setiap tahun. Juga berhasil mendidik anak-anaknya sendiri. Bahkan, dengan tunjangan profesionalisme, tidak aneh jikalau guru bisa dikatakan berhasil secara ekonomi, tanpa harus memanipulasi kuitansi, pun menanti dana kontinjensi yang tak kunjung tiba.

Keenam, nilai dan keyakinan. Dalam hal ini guru tidak harus merubah nilai dan keyakinan yang ada, tetapi justru menjadi benteng terakhir terhadap pelestarian nilai serta keyakinan siswanya. Gempuran pada hancurnya nilai luhur bangsa ini terus datang bertubi-tubi dengan bentuk dan model berbeda, dan guru pantas berwaspada terhadapnya. Guru harus menjadi benteng bagi siswanya yang bimbang oleh perubahan membingungkan, bahkan kadang datang terlalu cepat, sehingga sulit beradaptasi dengan perubahan itu sendiri.

Ketujuh, perubahan interaksi. Dahulu, guru sering ditakuti siswanya. Dihormati, karena takut dan sungkan. Sekarang bukan jamannya. Hubungan yang elegan antara siswa dan guru harus terus ditumbuhkan secara mesra. Jangan sampai ada jarak di antara siswa dengan gurunya; lewat membangun komunikasi keilmuan, komunikasi pribadi, dan persoalan yang dihadapi siswanya. Kalau guru betul-betul jadi tempat curahan hati siswanya, itulah yang akan disegani, sebab bisa memecahkan batu permasalahan siswanya.

Guru  yang bisa menjadi  pembangun kultur

Pertama, guru yang siap berubah. Guru yang dinamis, energik, selalu ingin ada yang baru di tiap langkahnya. Kalau ada guru yang anti perubahan dan senang kemapanan (baca: kemandegan), guru tersebut rasanya pantas dimusiumkan. Bukankah agama mengajarkan bekerjalah seakan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah seolah kamu mati besok. Kerja yang dinamis, harus didukung moralitas tinggi.

Kedua, guru yang gila ilmu. Seberapa gelintir guru di negara ini yang gila ilmu? Banyak di antaranya menganggap ilmu yang diperolehnya ketika kuliah S-1 dirasa cukup. Bahkan penulis pernah dengar seorang teman guru berkata, “Kalau saya kuliah lagi dan menjadi pintar, malah murid saya nanti jadi kebingungan”. Jelas, kalimat itu menunjukkan sedari orang yang tidak cerdas. Bukankah seorang yang makin pintar, merasa kian bodoh, dikarena luasnya ilmu itu sendiri. Sebaliknya, yang merasa pintar justru menunjukkan semakin bodoh orang tersebut. Orang yang semakin pintar, akan pintar pula menyampaikan ilmunya. Maka tugas guru sebagai pengemban ilmu, sangat mulia.

Ketiga, guru yang haus keberhasilan. Haus keberhasilan akan tampak sedari ketidakpuasan pada prestasi yang pernah diraih. Baik prestasi dirinya pula anak didik yang dibinanya. Dengan begitu, guru selalu meningkatkan prestasinya, juga prestasi anak didiknya. Bukankah standar kelulusan UN, dibuat naik setiap tahunnya. Ini pancingan untuk menaikkan prestasi, tanpa harus guru memintanya, pemerintah sudah memancingnya lewat menaikkan standar kelulusan siswa.

Keempat, guru yang terus membangun interaksi dengan semua pihak. Guru yang baik, tidak boleh “kuper; kurang pergaulan” di dalam pergulatan dengan jamannya. Ketika jaman komputer sudah jadi jamannya anak-anak, kalau ada guru yang tak paham komputer, harus segera bertaubat menyesali “kedholimannya” dengan belajar dari muridnya. Senada paribasan “kebo nyusu gudel” :hal ini perlu, karena guru bukan segala sumber kebenaran dan ilmu.

Yang keempat, membangun kinerja yang bagus. Ketika ada wacana gaji berbasis kinerja, bukan berbasis golongan seperti sekarang, banyak guru dan pegawai lain yang gerah. Ini potret dari lemahnya kinerja mereka. Kalau kinerjanya baik, maka justru bermodel gaji berbasis kinerja adalah sangat menguntungkan, mengingat guru kerjanya diatur dengan jam yang padat. Selama ini, banyak guru yang kurang mencintai dalam menggeluti perannya, sehingga pekerjaannya belum bisa dijadikan ukuran profesionalitasnya.

Untuk itu, semua guru harus jujur terhadap dirinya sendiri. Apakah sudah mencerminkan hal di atas, atau telah bangga sekadar lulus portofolio sebagai guru yang profesional, namun di dalamnya kosong. Tentunya, hanya guru bersangkutan yang bisa merasainya. Kalau semua guru mau jujur, maka percepatan pembangunan di negeri ini tak usah disusu-susu dengan membuat Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, toh negeri kita ini, semuanya masih tertinggal.

*) Agus Prasmono, S.Pd.,  Guru SMA Negeri 3 Ponorogo. Tinggal di Kertosari Indah.
Sumber: Majalah Dinamika PGRI Ponorogo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar