Senin, 07 Desember 2015

Cina, Sastra Jawa dan Oei Tjhian Hwat

Dhanu Priyo Prabowo
web.budaya-tionghoa.net

KEDATANGAN orang Cina ke Indonesia (Jawa) ternyata tidak melulu bertujuan ekonomi tetapi juga ikut memperkenalkan kebudayaannya (termasuk sastra) ke tengah-tengah pergaulan masyarakat Jawa. Melalui usaha penerjemahan sastra Cina, orang Jawa dapat berkenalan dengan nilai-nilai universal manusia tentang cinta (lewat Sam Pek Ing Tae).

Di samping itu, tidak hanya kehadiran sastra terjemahan saja orang-orang Cina mencoba berakulturasi dengan kebudayaan Jawa. Usaha penerbitan (buku, majalah, koran) sebagaimana dirintis dan dikerjakan oleh orang Cina ikut mengentalkan usaha akulturasi itu. Misalnya seperti yang dilakukan oleh Tjoa Tjoe Koan (1816-1905). Pada tahun 1903 ia mendirikan percetakan untuk tiga bahasa. Selain itu, ia juga membuka toko buku dan menerbitkan beberapa surat kabar. Surat kabar itu semuanya diredakturi sendiri oleh Tjoa Tjoe Koan. Pada 1903, ia menerbitkan surat kabar Darmo Kondo dalam bahasa Melayu dan Jawa. Penerbitan itu ditujukan untuk kepentingan kalangan intelektual Jawa. Di samping Darmo Kondo, Tjoa Tjoe Koan juga menerbitkan koran khusus untuk orang Cina, yaitu Ik Po. Keinginan Tjoa Tjoe Koan untuk menerbitkan Darmo Kondo dalam dua bahasa, khususnya Jawa memberikan petunjuk bahwa keberadaan orang Jawa dengan bahasanya perlu untuk diapresiasi agar upaya mengenalkan sastra Cina dapat memperoleh tempat yang lebih tepat.

Diterangkan oleh Claudine Salmon bahwa antara tahun 1907-1923 di berbagai kota di Jawa bermunculan penerbit-penerbit/percetakan Cina, misalnya Malang, Bandung, Jombang, Cirebon, Pekalongan, dan Cilacap. Penerbit-penerbit itu sangat besar peranannya dalam usaha penerbitan karya sastra.

Pada 1915, Tan Khoen Swie (1884-1953) membuka usaha toko buku, percetakan dan penerbitan sastra Jawa di Kediri. Pria kelahiran Wonogiri sangat tertarik untuk menerbitkan karya-karya sastra Jawa yang sangat luas jenisnya, mulai dari masalah keseharian, perbintangan, sampai dengan masalah kebatinan. Tan Khoen Swie yang pernah bekerja di percetakan Sie Dhian Ho (Solo) itu, memang mempunyai kemampuan berbahasa Jawa yang baik sehingga keinginan terhadap masalah kebatinan Jawa pun memperoleh jalan yang sangat lempang. Bersamaan dengan itu, ia juga mulai belajar bahasa Cina dengan sungguh-sungguh sehingga ia kemudian juga menerbitkan terjemahan-terjemahan dari sastra Cina ke dalam bahasa Jawa mengenai Taosime, Budhisme, Konghucu. Kehadiran Tan Khoen Swie ke dalam pelataran sastra Jawa benar-benar memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan sastra Jawa.

Pada tahun-tahun ia berbisnis penerbitan dan percetakan, penerbitan sastra Jawa jenis kebatinan boleh dikatakan sangat minim dikerjakan penerbit swasta. Penerbit Balai Pustaka lebih banyak menerbitkan sastra-sastra didaktik yang sejalan dengan kebijakan "kolonialisme ideologi" pemerintah kolonial Belanda. Dengan kata lain, Balai Pustaka sangat sedikit menaruh perhatian dengan sastra-sastra kebatinan Jawa. Puluhan buku sastra kebatinan Jawa telah diterbitkan oleh Tan Khoen Swie dan sampai saat ini terus dibaca oleh orang Jawa. Usaha Tan Khoen Swie melalui penerbitan sastra Jawa dalam bentuk buku telah memberikan kesempatan yang lebih luas kepada orang Jawa untuk mempelajari kebudayaannya, Jawa (khususnya kebatinan).

Kenyataan itu memang tidak dapat dipungkiri, karena sebenarnya sastra Jawa adalah sastra yang sangat pekat dan merupakan cetusan kebatinan yang selalu terus diaktualisasikan dalam berbagai bentuk. Sastra Jawa, merupakan "pintu gerbang" yang tidak dapat dilewati apabila ingin belajar tentang "roh Jawa".

Dalam perkembangan sejarah sastra Jawa (memasuki dekade 1950-an dan seterusnya), orang Cina yang menaruh minat yang sungguh-sungguh terhadap sastra Jawa sebagaimana yang pernah dikerjakan oleh Tan Khoen Swie "tidak ada" lagi. Beberapa penerbit yang dikelola oleh orang Cina seperti Penerbit Keng (Semarang), hanya bertahan beberapa tahun menerbitkan sastra Jawa jenis panglipur wuyung. Ketika era panglipur wuyung berakhir (akhir dekade 1960-an), penerbit itu sudah tidak lagi terdengar kiprahnya. Penerbit itu tampaknya tidak ada dedikasi sebagaimana Tan Khoen Swie dalam menerbitkan sastra Jawa.

Jika dibandingkan, terbitan Tan Khoen Swie ibarat pohon jati yang kuat dan dapat bertahan puluhan tahun, sebaliknya buku-buku terbitan Penerbit Keng ibarat pohon bayem yang segera pudar hanya oleh hitungan hari. Memang, ada penerbit dan toko buku di dekade 1950-an dan 1960-an, milik orang Cina yang menaruh minat terhadap bahasa sastra Jawa, yaitu Hien Hoo Sing (sekarang menjadi Sari Ilmu di jalan Malioboro). Tapi, sayang penerbit ini hanya menerbitkan satu buku monumental Ngengrengan Kasusastra Jawa I-II (1953) karya S. Padmosoekotjo. Selain itu, menurut catatan saya, sudah tidak ada lagi.

Barangkali, kenyataan itulah yang ditangkap oleh orang Cina generasi penerus semacam 0ei Tjhian Hwat (Handoyo Wibowo). Di tengah kesibukannya mengurus bisnis toko pakaian yang cukup terkenal, ia membagi waktunya untuk menulis dan menerbitkan geguritan-nya dalam buku sastra, baik yang terangkum dalam Nurani Peduli (2000) maupun Geguritan yang akan segera direleasenya. Mengamati karya-karyanya, geguritan yang ditulisnya memiliki suasana yang sudah "cukup" nJawani. Ungkapan-ungkapannya ritmis mengikuti irama sebagaimana lazim nada yang sangat dibutuhkan dalam tembang-tembang Jawa (macapat). Misalnya, dalam geguritannya yang berjudul Emut sebagai berikut: pikiren sampun ting semramawut/dienteni kakanthi lega lulut/ati uwis ketrucut/diecekel gelem nurut/ati-ati lan emut/ojo nganti mrucut/ning apa iya sumbut//.

Penggurit yang lebih senang disebut memakai nama Cina-nya: Koh Hwat itu menyampaikan gagasannya dalam bahasa Jawa (sastra Jawa) karena ia merasakan bahwa dengan menulis puisi Jawa ia dapat melahirkan rasa jiwanya dengan lebih selaras.

Menurut pengakuannya, dengan memakai bahasa Jawa, ia merasakan ada persoalan-persoalan batin yang lebih pas jika diungkapkan dalam sastra Jawa. Oleh karena itu, sangat tepat pernyataan Suryanto Sastroatmodjo, budayawan Jawa, yang mengungkapkan bahwa puisi adalah sebuah pemeliharaan terhadap budaya baku the inner and locus yang secara tidak langsung mengajak dialog para penghuni belantara sepi. Oei Tjhian Hwat telah mencanangkan gurit-gurit merdu, sekaligus lantang menghentak. Lebih jauh dikatakan, bahwa penyair ini sebenarnya juga memperjuangkan sebuah rasa kangen terhadap tugu-tugu dan pilar kebersamaan (bukan Cuma kata-kata hebat solidarity) yang menggebrak.

Puisi-puisi pendek mirip haiku dengan postulat tegar, dirangkum pigur spritual dan impresi individual-telanjang bulat-utuh hadirnya, menyapa para pejalan zaman kini. Ia ibarat reformasi hidup, yang mengembalikan Alam pada anak-anak Alam, dan sirkel-sirkel rasa nalar nan pradah keharibaan intuisi, lepas dari penyenggol kepolosannya. Via media bahagia telah lepas dari terungkap ke-asmara-an yang terlalu megah, kenes, cumlorot, atas nama penyangga kultur Jawa yang jadi kanvas diri.

Kiranya tepat pernyataan Suryanto Sastroatmojo tentang penyair yang suka berderma suka-eklas kepada sesama ini bahwa penyair ini sebenarnya juga memperjuangkan sebuah rasa kangen terhadap tugu-tugu dan pilar kebersamaan. Dalam sebuah perjumpaan dan orasi sastranya di Sanggar Seni Sastra Kulon Progo, 27 Januari 2002, ia menyatakan bahwa menulis geguritan adalah menumpahkan kepedulian rasanya kepada sesama dalam bentuk kalimat dan seni. Lewat sastra, ia mereguk suatu suasana yang tidak ditemukan dalam dunia materi. Menulis geguritan adalah pengelanaan terhadap jati dirinya yang tidak ingin dikamuflase. Dikatakannya dengan berani dan jujur: ia lebih senang dipanggil dengan nama Cinanya daripada dengan nama Handoyo Wibowo. Persoalannya bukan pada masalah Cina dan Indonesia, tetapi lebih pada kejujuran dan keberanian untuk menerima kenyataan. Barangkali bukan sebagai promosi kalau ia lebih senang dipanggil Koh Hwat dari pada Pak Handoyo. Dengan dipanggil seperti yang disebutkan pertama itu, ia merasakan bahwa ia tidak ingin bersembunyi di balik namanya untuk tujuan-tujuan tertentu, bisnis upamanya. Sehingga pantulan rasa kangen itu terpantul dalam geguritannya yang berjudul Gathuk.

Di situ, Koh Hwat mencoba untuk memahami apa arti dari sebuah persambungan. Ia mencoba, sebagaimana Tan Khoen Swie, untuk merasakan keindahan kebatinan Jawa. Jika Tan Khoen Swie mencoba menerjemahkan keindahan itu melalui bagaimana menyebarkan melalui percetakannya, sebaliknya Koh Hwat mencoba untuk menghadirkan keindahan itu melalui sentuhan geguritannya.

Kehadiran seorang penggurit Cina sebagaimana Oei Thjian Hwat memang sebagai sesuatu yang wajar dalam dunia kesastraan Jawa, tetapi kesungguhannya untuk mencoba mempelajari kejawaan secara jujur dan eklas telah memberikan peluang kepadanya untuk dapat menempatkan sesuatu yang selama ini dipergunakan sebagai komoditas politik:SARA. Melalui sentuhan geguritannya dan interaksinya dengan kesastraan Jawa, ia telah mencoba untuk belajar memahami rimba misteri kemanusiaan di alam raya kebudayaan Jawa. [kedaulatan rakyat/100202]

*) Drs Dhanu Priyo Prabowo, MHum, pecinta sastra dan budaya Jawa, tinggal di Desa Kebonrejo, Temon, Kulonprogo .
SUMBER: Arsip Milist Budaya Tionghoa , Februari , 2004, Kedaulatan Rakyat , Februari, 2004
Dijumput dari: http://web.budaya-tionghoa.net/home/893-cina-sastra-jawa-dan-oei-tjhian-hwat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar