Dhanu Priyo Prabowo
web.budaya-tionghoa.net
KEDATANGAN orang Cina ke Indonesia (Jawa) ternyata tidak melulu bertujuan ekonomi tetapi juga ikut memperkenalkan kebudayaannya (termasuk sastra) ke tengah-tengah pergaulan masyarakat Jawa. Melalui usaha penerjemahan sastra Cina, orang Jawa dapat berkenalan dengan nilai-nilai universal manusia tentang cinta (lewat Sam Pek Ing Tae).
Di samping itu, tidak hanya kehadiran sastra terjemahan saja orang-orang Cina mencoba berakulturasi dengan kebudayaan Jawa. Usaha penerbitan (buku, majalah, koran) sebagaimana dirintis dan dikerjakan oleh orang Cina ikut mengentalkan usaha akulturasi itu. Misalnya seperti yang dilakukan oleh Tjoa Tjoe Koan (1816-1905). Pada tahun 1903 ia mendirikan percetakan untuk tiga bahasa. Selain itu, ia juga membuka toko buku dan menerbitkan beberapa surat kabar. Surat kabar itu semuanya diredakturi sendiri oleh Tjoa Tjoe Koan. Pada 1903, ia menerbitkan surat kabar Darmo Kondo dalam bahasa Melayu dan Jawa. Penerbitan itu ditujukan untuk kepentingan kalangan intelektual Jawa. Di samping Darmo Kondo, Tjoa Tjoe Koan juga menerbitkan koran khusus untuk orang Cina, yaitu Ik Po. Keinginan Tjoa Tjoe Koan untuk menerbitkan Darmo Kondo dalam dua bahasa, khususnya Jawa memberikan petunjuk bahwa keberadaan orang Jawa dengan bahasanya perlu untuk diapresiasi agar upaya mengenalkan sastra Cina dapat memperoleh tempat yang lebih tepat.
Diterangkan oleh Claudine Salmon bahwa antara tahun 1907-1923 di berbagai kota di Jawa bermunculan penerbit-penerbit/percetakan Cina, misalnya Malang, Bandung, Jombang, Cirebon, Pekalongan, dan Cilacap. Penerbit-penerbit itu sangat besar peranannya dalam usaha penerbitan karya sastra.
Pada 1915, Tan Khoen Swie (1884-1953) membuka usaha toko buku, percetakan dan penerbitan sastra Jawa di Kediri. Pria kelahiran Wonogiri sangat tertarik untuk menerbitkan karya-karya sastra Jawa yang sangat luas jenisnya, mulai dari masalah keseharian, perbintangan, sampai dengan masalah kebatinan. Tan Khoen Swie yang pernah bekerja di percetakan Sie Dhian Ho (Solo) itu, memang mempunyai kemampuan berbahasa Jawa yang baik sehingga keinginan terhadap masalah kebatinan Jawa pun memperoleh jalan yang sangat lempang. Bersamaan dengan itu, ia juga mulai belajar bahasa Cina dengan sungguh-sungguh sehingga ia kemudian juga menerbitkan terjemahan-terjemahan dari sastra Cina ke dalam bahasa Jawa mengenai Taosime, Budhisme, Konghucu. Kehadiran Tan Khoen Swie ke dalam pelataran sastra Jawa benar-benar memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan sastra Jawa.
Pada tahun-tahun ia berbisnis penerbitan dan percetakan, penerbitan sastra Jawa jenis kebatinan boleh dikatakan sangat minim dikerjakan penerbit swasta. Penerbit Balai Pustaka lebih banyak menerbitkan sastra-sastra didaktik yang sejalan dengan kebijakan "kolonialisme ideologi" pemerintah kolonial Belanda. Dengan kata lain, Balai Pustaka sangat sedikit menaruh perhatian dengan sastra-sastra kebatinan Jawa. Puluhan buku sastra kebatinan Jawa telah diterbitkan oleh Tan Khoen Swie dan sampai saat ini terus dibaca oleh orang Jawa. Usaha Tan Khoen Swie melalui penerbitan sastra Jawa dalam bentuk buku telah memberikan kesempatan yang lebih luas kepada orang Jawa untuk mempelajari kebudayaannya, Jawa (khususnya kebatinan).
Kenyataan itu memang tidak dapat dipungkiri, karena sebenarnya sastra Jawa adalah sastra yang sangat pekat dan merupakan cetusan kebatinan yang selalu terus diaktualisasikan dalam berbagai bentuk. Sastra Jawa, merupakan "pintu gerbang" yang tidak dapat dilewati apabila ingin belajar tentang "roh Jawa".
Dalam perkembangan sejarah sastra Jawa (memasuki dekade 1950-an dan seterusnya), orang Cina yang menaruh minat yang sungguh-sungguh terhadap sastra Jawa sebagaimana yang pernah dikerjakan oleh Tan Khoen Swie "tidak ada" lagi. Beberapa penerbit yang dikelola oleh orang Cina seperti Penerbit Keng (Semarang), hanya bertahan beberapa tahun menerbitkan sastra Jawa jenis panglipur wuyung. Ketika era panglipur wuyung berakhir (akhir dekade 1960-an), penerbit itu sudah tidak lagi terdengar kiprahnya. Penerbit itu tampaknya tidak ada dedikasi sebagaimana Tan Khoen Swie dalam menerbitkan sastra Jawa.
Jika dibandingkan, terbitan Tan Khoen Swie ibarat pohon jati yang kuat dan dapat bertahan puluhan tahun, sebaliknya buku-buku terbitan Penerbit Keng ibarat pohon bayem yang segera pudar hanya oleh hitungan hari. Memang, ada penerbit dan toko buku di dekade 1950-an dan 1960-an, milik orang Cina yang menaruh minat terhadap bahasa sastra Jawa, yaitu Hien Hoo Sing (sekarang menjadi Sari Ilmu di jalan Malioboro). Tapi, sayang penerbit ini hanya menerbitkan satu buku monumental Ngengrengan Kasusastra Jawa I-II (1953) karya S. Padmosoekotjo. Selain itu, menurut catatan saya, sudah tidak ada lagi.
Barangkali, kenyataan itulah yang ditangkap oleh orang Cina generasi penerus semacam 0ei Tjhian Hwat (Handoyo Wibowo). Di tengah kesibukannya mengurus bisnis toko pakaian yang cukup terkenal, ia membagi waktunya untuk menulis dan menerbitkan geguritan-nya dalam buku sastra, baik yang terangkum dalam Nurani Peduli (2000) maupun Geguritan yang akan segera direleasenya. Mengamati karya-karyanya, geguritan yang ditulisnya memiliki suasana yang sudah "cukup" nJawani. Ungkapan-ungkapannya ritmis mengikuti irama sebagaimana lazim nada yang sangat dibutuhkan dalam tembang-tembang Jawa (macapat). Misalnya, dalam geguritannya yang berjudul Emut sebagai berikut: pikiren sampun ting semramawut/dienteni kakanthi lega lulut/ati uwis ketrucut/diecekel gelem nurut/ati-ati lan emut/ojo nganti mrucut/ning apa iya sumbut//.
Penggurit yang lebih senang disebut memakai nama Cina-nya: Koh Hwat itu menyampaikan gagasannya dalam bahasa Jawa (sastra Jawa) karena ia merasakan bahwa dengan menulis puisi Jawa ia dapat melahirkan rasa jiwanya dengan lebih selaras.
Menurut pengakuannya, dengan memakai bahasa Jawa, ia merasakan ada persoalan-persoalan batin yang lebih pas jika diungkapkan dalam sastra Jawa. Oleh karena itu, sangat tepat pernyataan Suryanto Sastroatmodjo, budayawan Jawa, yang mengungkapkan bahwa puisi adalah sebuah pemeliharaan terhadap budaya baku the inner and locus yang secara tidak langsung mengajak dialog para penghuni belantara sepi. Oei Tjhian Hwat telah mencanangkan gurit-gurit merdu, sekaligus lantang menghentak. Lebih jauh dikatakan, bahwa penyair ini sebenarnya juga memperjuangkan sebuah rasa kangen terhadap tugu-tugu dan pilar kebersamaan (bukan Cuma kata-kata hebat solidarity) yang menggebrak.
Puisi-puisi pendek mirip haiku dengan postulat tegar, dirangkum pigur spritual dan impresi individual-telanjang bulat-utuh hadirnya, menyapa para pejalan zaman kini. Ia ibarat reformasi hidup, yang mengembalikan Alam pada anak-anak Alam, dan sirkel-sirkel rasa nalar nan pradah keharibaan intuisi, lepas dari penyenggol kepolosannya. Via media bahagia telah lepas dari terungkap ke-asmara-an yang terlalu megah, kenes, cumlorot, atas nama penyangga kultur Jawa yang jadi kanvas diri.
Kiranya tepat pernyataan Suryanto Sastroatmojo tentang penyair yang suka berderma suka-eklas kepada sesama ini bahwa penyair ini sebenarnya juga memperjuangkan sebuah rasa kangen terhadap tugu-tugu dan pilar kebersamaan. Dalam sebuah perjumpaan dan orasi sastranya di Sanggar Seni Sastra Kulon Progo, 27 Januari 2002, ia menyatakan bahwa menulis geguritan adalah menumpahkan kepedulian rasanya kepada sesama dalam bentuk kalimat dan seni. Lewat sastra, ia mereguk suatu suasana yang tidak ditemukan dalam dunia materi. Menulis geguritan adalah pengelanaan terhadap jati dirinya yang tidak ingin dikamuflase. Dikatakannya dengan berani dan jujur: ia lebih senang dipanggil dengan nama Cinanya daripada dengan nama Handoyo Wibowo. Persoalannya bukan pada masalah Cina dan Indonesia, tetapi lebih pada kejujuran dan keberanian untuk menerima kenyataan. Barangkali bukan sebagai promosi kalau ia lebih senang dipanggil Koh Hwat dari pada Pak Handoyo. Dengan dipanggil seperti yang disebutkan pertama itu, ia merasakan bahwa ia tidak ingin bersembunyi di balik namanya untuk tujuan-tujuan tertentu, bisnis upamanya. Sehingga pantulan rasa kangen itu terpantul dalam geguritannya yang berjudul Gathuk.
Di situ, Koh Hwat mencoba untuk memahami apa arti dari sebuah persambungan. Ia mencoba, sebagaimana Tan Khoen Swie, untuk merasakan keindahan kebatinan Jawa. Jika Tan Khoen Swie mencoba menerjemahkan keindahan itu melalui bagaimana menyebarkan melalui percetakannya, sebaliknya Koh Hwat mencoba untuk menghadirkan keindahan itu melalui sentuhan geguritannya.
Kehadiran seorang penggurit Cina sebagaimana Oei Thjian Hwat memang sebagai sesuatu yang wajar dalam dunia kesastraan Jawa, tetapi kesungguhannya untuk mencoba mempelajari kejawaan secara jujur dan eklas telah memberikan peluang kepadanya untuk dapat menempatkan sesuatu yang selama ini dipergunakan sebagai komoditas politik:SARA. Melalui sentuhan geguritannya dan interaksinya dengan kesastraan Jawa, ia telah mencoba untuk belajar memahami rimba misteri kemanusiaan di alam raya kebudayaan Jawa. [kedaulatan rakyat/100202]
*) Drs Dhanu Priyo Prabowo, MHum, pecinta sastra dan budaya Jawa, tinggal di Desa Kebonrejo, Temon, Kulonprogo .
SUMBER: Arsip Milist Budaya Tionghoa , Februari , 2004, Kedaulatan Rakyat , Februari, 2004
Dijumput dari: http://web.budaya-tionghoa.net/home/893-cina-sastra-jawa-dan-oei-tjhian-hwat-
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar