Musa Ismail *
riaulive.com
Kalau kita merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profetik mengandung makna berkenaan dengan kenabian dan ramalan. Namun, dalam pengertian lebih tajam, profetik merupakan suatu istilah yang mengaitkan antara ruang lingkup sastra dengan aspek keagamaan. Abdul Hadi WM mengatakan, segi penting yang kerap ditekankan oleh para ahli dan pengamat yang tajam dalam membicarakan relevansi sastra keagamaan yang mendalam, termasuk sastra sufi, ialah segi profetiknya. Inilah yang disebut semangat profetik.
Profetik merupakan segi sentral, pusat bertemunya dimensi sosial dan transendental dalam penciptaan karya sastra (2004:1). Keadaan ini tentu saja berlawanan dengan nilai kemanusiaan yang bersifat profan. Hadi menambahkan, dimensi profetik memberi kedalaman pada suatu karya, menopangnya dengan nilai-nilai kerohanian, membuat suatu karya seni bersifat vertikal atau meninggi.
Kalau kita merujuk ke pemikiran Barat, ternyata dimensi profetik dalam sastra mendapat pengkajian dan perhatian khusus. Karya-karya yang banyak dikaji seperti karya penyair dan sastrawan profetik Goethe, Dostoyevski, Jalaluddin Rumi, Mohammad Iqbal, TS Eliot dan sebagainya. Bahkan, dari pengkajian itu, para pakar menyimpulkan, pesan profetik dan kerohanian sangat diperlukan oleh banyak manusia modern (lihat Hadi, 2004:2). Ini berarti napas dan semangat keagamaan sangat diperlukan untuk menyaring kebudayaan yang serba hedonisme. Suatu kebudayaan tanpa nilai-nilai profetik, akan mengalami kemerosotan dari berbagai sendi kehidupan. TS Eliot menegaskan, kebudayaan takkan bisa mengalami masa cerah tanpa dilandasi nilai-nilai keagamaan. Apa salahnya kalau saya mengatakan bahwa karya sastra takkan bisa mengalami masa cerah tanpa dilandasi nilai-nilai keagamaan. Pada dasarnya, sastra profetik merupakan pencarian jatidiri dalam kaitan dengan aspek ke-Tuhan-an. Ali Syariati mengatakan, segi penting lain dari sastra profetik adalah tolok ukurnya yang hakiki, yaitu sebagai sumber penemuan jatidiri manusia dan penyebab mekarnya kemungkinan-kemungkinan transenden.
Pakar lain, Roger Garaudy mengatakan, semangat profetik timbul karena adanya dorongan untuk menyampaikan makna dari realitas yang tak tampak. Para penyair yang memiliki semangat profetik menyadari, gejala-gejala kehidupan yang terlihat oleh mata dan pikiran yang biasa ini hanyalah ungkapan lahir dan simbol dari kenyataan hakiki yang tersembunyi. Gejala-gejala lahir ini adalah alamat-alamat Tuhan dan ayat-ayat-Nya yang mesti dibaca dan dihayati secara mendalam. Karena ia adalah kebenaran yang hakiki, maka bagi penyair religius tugas utamanya ialah menyampaikan berita kenabian. Berita bahwa ayat-ayat Tuhan terbentang dan tersembunyi di alam dan dalam diri manusia.
Suatu karya sastra bukan hanya mempersoalkan kemungkinan lahiriah kehidupan. Berbagai kemungkinan lain dapat jadi peluang untuk menungkapkan sisi-sisi kehidupan yang lebih dalam. Dimensi profetik merupakan salah satu sisi-sisi kehidupan yang lebih dalam itu. Pengungkapan sisi-sisi terdalam dalam karya sastra akan membangkitkan kegairahan transendental, baik secara mikrokosmos maupun makrokosmos.
Beberapa puisi dalam kumpulan puisi Hikayat Perjalanan Lumpur (selanjutnya saya singkat HPL) karya Syaukani Al Karim memperlihatkan dimensi profetik yang kental. Beberapa puisi lainnya, lebih banyak bicara tentang kepedihan, kesunyian (solitude) dan kenangan sejarah (nostalgia historik). Kalau selama ini kritikus Indonesia, Maman S Mahayana mengukuhkan bahwa Syaukani sangat kuat dengan puisi “Jazirah Luka”-nya, menurut saya, kekuatan Syaukani berikutnya adalah dimensi profetik pada puisi-puisinya dalam HPL. Dalam puisi berjudul “HPL” (2006:1), Syaukani menuturkan dengan kisahan berikut. Aku berkelana menapaki jalan-Mu, karena jiwa yang gundah/ini mencari jawab: siapa aku? Telah kusetubuhi waktu dari/ranjang ke ranjang, dari malam ke malam, namun air/kepuasan hanya jatuh ke lembah dan lebuh-lebuh berbatu. Membeku. Terasing.//
Secara singkat, puisi yang terdiri atas 11 bait itu menuturkan tentang perjalanan batin tokoh aku (akulirik). Pemakaian tokoh aku di sini bisa saja dikaitkan dengan sudut pandang (point of view) orang pertama, yaitu penyair sebagai pelaku dalam kisahan puisinya. Dalam puisi ini, Syaukani merenungi beberapa Alquran, yaitu QS Al Ashr:1-3, QS An Nashr:3 dan QS Asy Syams:10. Tentu saja ini suatu mahakiasan dalam puisi seperti pernyataan penyair sufi Persia abad ke-15, Abdul Rahman A-Jami, bahwa puisi merupakan kias tentang alam keabadian dan isinya merupakan hikmah yang dipetik dari Taman Mawar Ilahi (alam Lahut). Puisi “HPL” ini bertutur tentang tokoh aku yang jadi terasing dengan kitab suci Alquran yang merupakan kitab agama yang diyakininya selama ini. Puisi ini merupakan perjalanan batiniah tokoh aku sebagai tokoh yang selalu diliputi permainan-permainan kotor duniawi. Permainan kotor duniawi ini dapat kita tangkap dari simbol diksi lumpur. Dalam “HPL”, tokoh aku terjerembab dalam beberapa simbolisasi lumpur duniawi. Pertama, tokoh aku terjerembab dalam lumpur fitnah, nafsu dan ujub sehingga tak tahu arah tujuan hakiki. Kedua, tokoh aku terjerembab dalam lumpur kehinaan sebagai manusia batu (manusia yang buta dan tuli akan kebenaran). Ketiga, tokoh aku yang terjerembab pada lumpur ketidakpedulian terhadap para yatim, fakir, salat dan tak mau memahami ayat-ayat Ilahi dan terjebak kesombongan. Kendati demikian, pada 4 bait terakhir, ada keinginan tersirat dari tokoh aku untuk segera kembali ke jalan kebenaran dalam perjalanan panjang duniawi.
Tuturan perjalanan panjang tokoh aku yang terjebak ke perangkap duniawi ini berlanjut pada puisi “HPL 2”. Jika pada puisi “HPL”, Syaukani masih mengaburkan siapa tokoh aku, pada puisi “HPL 2” tokoh aku yang dimaksud penyair adalah penyair (nazim): Akulah sang nazim yang menyusuri pantai-Mu dengan hati/ gelap, membanggakan cinta lewat butir-butir pasir, menulis/ rindu dengan tinta-tinta buih, namun kutinggalkan juga kasih-Mu dalam kabut.//Akulah sang nazim yang membaca nukilan-nukilan nazam/yang Engkau berikan dengan cinta, catatan-catatan semesta-Mu tentang bumi dan langit, tentang syurga dan neraka/ tentang rindu dan murka, namun aku tenggelam dalam alif,/ba, ta yang berkhianat tatkala menjadi kata-kata.//
Dalam kedua puisi HPL ini, dapat dikatakan tokoh aku (penyair) secara teori, sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman akan hakikat kehidupan transendental. Namun, hakikat kehidupan tokoh aku masih jadi ‘malin kundang’ yang membatu (keras hati, pikiran dan perasaan). Sikap membatu itu dapat kita pahami dalam bait terakhir kutipan “HPL 2”: Datanglah pada-Ku sebab engkaulah sang tamu. Masuklah, tak pernah aku tutup pintu. Mencintailah, akan Aku ucap/ rindu’// Oh, kudengar kalam-Mu, namun belum mampu kuucap cinta dalam iman yang berbisik.// (2006:8).
Perjalanan batiniah yang dahsyat dapat kita tangkap dari kedua puisi HPL Syaukani. Berkemungkinan besar ini adalah perjalanan transendental sang penyair (Syaukani) dalam memahami, memaknai dan menerapkan nilai-nilai keagamaan pada dirinya, baik secara mikro maupun makrokosmos. Puisi ini merupakan puisi perjalanan atau petualangan mencari cinta sejati, yaitu cinta dari Ilahi. Dalam perjalanan ini, sangat kental dengan pergulatan emosional sang penyair.
Inilah perjalanan kerinduan yang panjang dari seorang penyair. Suatu perjalanan panjang, selalu dengan tahapan yang melelahkan. Namun, karena kerinduan hakiki pada Ilahi, kelelahan selalu tersembunyi di balik tembok keinginan yang kuat. Lanjutan kisah perjalanan sang penyair dapat kita pahami dalam puisi “Maafkan Manusiaku Ini, Tuhan” (MMIT). Syaukani sebagai penyair masih tetap menyatakan kerinduannya pada kemahasucian Ilahi. Penyair masih terus mengembara, mencari, dan memburu kalbunya yang telah hilang. Masih ada jarak terbentang jauh antara si akulirik dengan Tuhan. Namun, kesadaran akulirik masih saja dalam batas kesadaran yang kosong yang dapat kita pahami dalam kutipan larik berikut: Rinduku ingin merangkul cinta-Mu yang suci//Mencari kepingan-kepingan kalbu yang hilang, juga cahaya.// Rinduku mencari cinta-Mu yang suci.//Dalam cinta-Mu tersebut cintaku, tak dicintaku Engkau…//Maafkan manusiaku ini, Tuhan.//
Kisah perjalanan penyair mencari cinta Ilahi dalam HPL diakhiri dengan puisi ‘’Kepadamu Jua” (KJ). Judul ini mengingatkan kita dengan puisi profetik/sufistik lainnya, yaitu “Padamu Jua” karya Amir Hamzah. Meski beda, pokok masalah sama: mencari Tuhan. Dalam “KJ”, Syaukani mengungkapkan suatu kesadaran penuh makna dari kehidupan yang sebenarnya, yaitu hanya pada Tuhan-lah tujuan kehidupan yang kita kehendaki: Tiada yang setia memberi cinta,/selain Engkau.//Kepada-Mu juga,/rinduku kan sampai ke batas.-//.
Dimensi profetik dalam HPL karya Syaukani Al Karim merupakan gambaran kisah perjalanan dan petualangan sang penyair mencari hakikat kehidupan sebenarnya. Terkhusus dalam perjalanan mencari cinta dan rindu Ilahi. Dari puisi ini, dapat kita simak betapa perjalanan rohaniah lebih bermakna daripada lahiriah. Kebermaknaan itu dapat kita sandingkan dengan upaya mencari hakikat diri, pesan-pesan agung spiritual dan imbauan kewaspadaan akan bahaya kehidupan duniawi. Pada umumnya, demikianlah wujud dari sastra (puisi) profetik, yaitu ingin tetap zuhud dan meninggalkan ujub. Namun, Tuhan telah menyuguhkan ujub duniawi untuk berpasangan dengan perilaku zuhud. Di sinilah letak perjalanan mencari cinta Ilahi. Sehubungan dengan hal ini, Braginsky mengatakan, sastra agama atau tasawuf menggambarkan tahap-tahap perjalanan rohani, pengenalan hakikat diri, memberi peringatan tentang bahaya yang mengancam jiwa seseorang, serta penjelasan tentang cara-cara mengatasi bahaya tersebut (dalam Hadi W.M., 2004:49). Perjalanan rohani dalam HPL adalah kisah perjalanan manusia (penyair) yang terjerembab, terjerat, dan terjerumus ke lumpur dalam upaya mencari Tuhan.
*) Menulis tiga kumpulan cerpen, dua novel dan satu kumpulan esai sastra-budaya. Masih ada lima naskah yang belum dipublikasikan. Guru SMNA 3 Bengkalis ini sedang belajar di Pascasarjana Manajemen Pendidikan, Universitas Riau.
http://www.riaulive.com/dimensi-profetik-kisah-penyair-mencari-tuhan-di-hikayat-perjalanan-lumpur.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar