Senin, 27 Oktober 2014

Dimensi Profetik: Kisah Penyair Mencari Tuhan di Hikayat Perjalanan Lumpur

Musa Ismail *
riaulive.com

Kalau kita merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profetik mengandung makna berkenaan dengan kenabian dan ramalan. Namun, dalam pengertian lebih tajam, profetik merupakan suatu istilah yang mengaitkan antara ruang lingkup sastra dengan aspek keagamaan. Abdul Hadi WM mengatakan, segi penting yang kerap ditekankan oleh para ahli dan pengamat yang tajam dalam membicarakan relevansi sastra keagamaan yang mendalam, termasuk sastra sufi, ialah segi profetiknya. Inilah yang disebut semangat profetik.
Profetik merupakan segi sentral, pusat bertemunya dimensi sosial dan transendental dalam penciptaan karya sastra (2004:1). Keadaan ini tentu saja berlawanan dengan nilai kemanusiaan yang bersifat profan. Hadi menambahkan, dimensi profetik memberi kedalaman pada suatu karya, menopangnya dengan nilai-nilai kerohanian, membuat suatu karya seni bersifat vertikal atau meninggi.

Kalau kita merujuk ke pemikiran Barat, ternyata dimensi profetik dalam sastra mendapat pengkajian dan perhatian khusus. Karya-karya yang banyak dikaji seperti karya penyair dan sastrawan profetik Goethe, Dostoyevski, Jalaluddin Rumi, Mohammad Iqbal, TS Eliot dan sebagainya. Bahkan, dari pengkajian itu, para pakar menyimpulkan, pesan profetik dan kerohanian sangat diperlukan oleh banyak manusia modern (lihat Hadi, 2004:2). Ini berarti napas dan semangat keagamaan sangat diperlukan untuk menyaring kebudayaan yang serba hedonisme. Suatu kebudayaan tanpa nilai-nilai profetik, akan mengalami kemerosotan dari berbagai sendi kehidupan. TS Eliot menegaskan, kebudayaan takkan bisa mengalami masa cerah tanpa dilandasi nilai-nilai keagamaan. Apa salahnya kalau saya mengatakan bahwa karya sastra takkan bisa mengalami masa cerah tanpa dilandasi nilai-nilai keagamaan. Pada dasarnya, sastra profetik merupakan pencarian jatidiri dalam kaitan dengan aspek ke-Tuhan-an. Ali Syariati mengatakan, segi penting lain dari sastra profetik adalah tolok ukurnya yang hakiki, yaitu sebagai sumber penemuan jatidiri manusia dan penyebab mekarnya kemungkinan-kemungkinan transenden.

Pakar lain, Roger Garaudy mengatakan, semangat profetik timbul karena adanya dorongan untuk menyampaikan makna dari realitas yang tak tampak. Para penyair yang memiliki semangat profetik menyadari, gejala-gejala kehidupan yang terlihat oleh mata dan pikiran yang biasa ini hanyalah ungkapan lahir dan simbol dari kenyataan hakiki yang tersembunyi. Gejala-gejala lahir ini adalah alamat-alamat Tuhan dan ayat-ayat-Nya yang mesti dibaca dan dihayati secara mendalam. Karena ia adalah kebenaran yang hakiki, maka bagi penyair religius tugas utamanya ialah menyampaikan berita kenabian. Berita bahwa ayat-ayat Tuhan terbentang dan tersembunyi di alam dan dalam diri manusia.

Suatu karya sastra bukan hanya mempersoalkan kemungkinan lahiriah kehidupan. Berbagai kemungkinan lain dapat jadi peluang untuk menungkapkan sisi-sisi kehidupan yang lebih dalam. Dimensi profetik merupakan salah satu sisi-sisi kehidupan yang lebih dalam itu. Pengungkapan sisi-sisi terdalam dalam karya sastra akan membangkitkan kegairahan transendental, baik secara mikrokosmos maupun makrokosmos.

Beberapa puisi dalam kumpulan puisi Hikayat Perjalanan Lumpur (selanjutnya saya singkat HPL) karya Syaukani Al Karim memperlihatkan dimensi profetik yang kental. Beberapa puisi lainnya, lebih banyak bicara tentang kepedihan, kesunyian (solitude) dan kenangan sejarah (nostalgia historik). Kalau selama ini kritikus Indonesia, Maman S Mahayana mengukuhkan bahwa Syaukani sangat kuat dengan puisi “Jazirah Luka”-nya, menurut saya, kekuatan Syaukani berikutnya adalah dimensi profetik pada puisi-puisinya dalam HPL. Dalam puisi berjudul “HPL” (2006:1), Syaukani menuturkan dengan kisahan berikut. Aku berkelana menapaki jalan-Mu, karena jiwa yang gundah/ini mencari jawab: siapa aku? Telah kusetubuhi waktu dari/ranjang ke ranjang, dari malam ke malam, namun air/kepuasan hanya jatuh ke lembah dan lebuh-lebuh berbatu. Membeku. Terasing.//

Secara singkat, puisi yang terdiri atas 11 bait itu menuturkan tentang perjalanan batin tokoh aku (akulirik). Pemakaian tokoh aku di sini bisa saja dikaitkan dengan sudut pandang (point of view) orang pertama, yaitu penyair sebagai pelaku dalam kisahan puisinya. Dalam puisi ini, Syaukani merenungi beberapa Alquran, yaitu QS Al Ashr:1-3, QS An Nashr:3 dan QS Asy Syams:10. Tentu saja ini suatu mahakiasan dalam puisi seperti pernyataan penyair sufi Persia abad ke-15, Abdul Rahman A-Jami, bahwa puisi merupakan kias tentang alam keabadian dan isinya merupakan hikmah yang dipetik dari Taman Mawar Ilahi (alam Lahut). Puisi “HPL” ini bertutur tentang tokoh aku yang jadi terasing dengan kitab suci Alquran yang merupakan kitab agama yang diyakininya selama ini. Puisi ini merupakan perjalanan batiniah tokoh aku sebagai tokoh yang selalu diliputi permainan-permainan kotor duniawi. Permainan kotor duniawi ini dapat kita tangkap dari simbol diksi lumpur. Dalam “HPL”, tokoh aku terjerembab dalam beberapa simbolisasi lumpur duniawi. Pertama, tokoh aku terjerembab dalam lumpur fitnah, nafsu dan ujub sehingga tak tahu arah tujuan hakiki. Kedua, tokoh aku terjerembab dalam lumpur kehinaan sebagai manusia batu (manusia yang buta dan tuli akan kebenaran). Ketiga, tokoh aku yang terjerembab pada lumpur ketidakpedulian terhadap para yatim, fakir, salat dan tak mau memahami ayat-ayat Ilahi dan terjebak kesombongan. Kendati demikian, pada 4 bait terakhir, ada keinginan tersirat dari tokoh aku untuk segera kembali ke jalan kebenaran dalam perjalanan panjang duniawi.

Tuturan perjalanan panjang tokoh aku yang terjebak ke perangkap duniawi ini berlanjut pada puisi “HPL 2”. Jika pada puisi “HPL”, Syaukani masih mengaburkan siapa tokoh aku, pada puisi “HPL 2” tokoh aku yang dimaksud penyair adalah penyair (nazim): Akulah sang nazim yang menyusuri pantai-Mu dengan hati/ gelap, membanggakan cinta lewat butir-butir pasir, menulis/ rindu dengan tinta-tinta buih, namun kutinggalkan juga kasih-Mu dalam kabut.//Akulah sang nazim yang membaca nukilan-nukilan nazam/yang Engkau berikan dengan cinta, catatan-catatan semesta-Mu tentang bumi dan langit, tentang syurga dan neraka/ tentang rindu dan murka, namun aku tenggelam dalam alif,/ba, ta yang berkhianat tatkala menjadi kata-kata.//

Dalam kedua puisi HPL ini, dapat dikatakan tokoh aku (penyair) secara teori, sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman akan hakikat kehidupan transendental. Namun, hakikat kehidupan tokoh aku masih jadi ‘malin kundang’ yang membatu (keras hati, pikiran dan perasaan). Sikap membatu itu dapat kita pahami dalam bait terakhir kutipan “HPL 2”: Datanglah pada-Ku sebab engkaulah sang tamu. Masuklah, tak pernah aku tutup pintu. Mencintailah, akan Aku ucap/ rindu’// Oh, kudengar kalam-Mu, namun belum mampu kuucap cinta dalam iman yang berbisik.// (2006:8).

Perjalanan batiniah yang dahsyat dapat kita tangkap dari kedua puisi HPL Syaukani. Berkemungkinan besar ini adalah perjalanan transendental sang penyair (Syaukani) dalam memahami, memaknai dan menerapkan nilai-nilai keagamaan pada dirinya, baik secara mikro maupun makrokosmos. Puisi ini merupakan puisi perjalanan atau petualangan mencari cinta sejati, yaitu cinta dari Ilahi. Dalam perjalanan ini, sangat kental dengan pergulatan emosional sang penyair.

Inilah perjalanan kerinduan yang panjang dari seorang penyair. Suatu perjalanan panjang, selalu dengan tahapan yang melelahkan. Namun, karena kerinduan hakiki pada Ilahi, kelelahan selalu tersembunyi di balik tembok keinginan yang kuat. Lanjutan kisah perjalanan sang penyair dapat kita pahami dalam puisi “Maafkan Manusiaku Ini, Tuhan” (MMIT). Syaukani sebagai penyair masih tetap menyatakan kerinduannya pada kemahasucian Ilahi. Penyair masih terus mengembara, mencari, dan memburu kalbunya yang telah hilang. Masih ada jarak terbentang jauh antara si akulirik dengan Tuhan. Namun, kesadaran akulirik masih saja dalam batas kesadaran yang kosong yang dapat kita pahami dalam kutipan larik berikut: Rinduku ingin merangkul cinta-Mu yang suci//Mencari kepingan-kepingan kalbu yang hilang, juga cahaya.// Rinduku mencari cinta-Mu yang suci.//Dalam cinta-Mu tersebut cintaku, tak dicintaku Engkau…//Maafkan manusiaku ini, Tuhan.//

Kisah perjalanan penyair mencari cinta Ilahi dalam HPL diakhiri dengan puisi ‘’Kepadamu Jua” (KJ). Judul ini mengingatkan kita dengan puisi profetik/sufistik lainnya, yaitu “Padamu Jua” karya Amir Hamzah. Meski beda, pokok masalah sama: mencari Tuhan. Dalam “KJ”, Syaukani mengungkapkan suatu kesadaran penuh makna dari kehidupan yang sebenarnya, yaitu hanya pada Tuhan-lah tujuan kehidupan yang kita kehendaki: Tiada yang setia memberi cinta,/selain Engkau.//Kepada-Mu juga,/rinduku kan sampai ke batas.-//.

Dimensi profetik dalam HPL karya Syaukani Al Karim merupakan gambaran kisah perjalanan dan petualangan sang penyair mencari hakikat kehidupan sebenarnya. Terkhusus dalam perjalanan mencari cinta dan rindu Ilahi. Dari puisi ini, dapat kita simak betapa perjalanan rohaniah lebih bermakna daripada lahiriah. Kebermaknaan itu dapat kita sandingkan dengan upaya mencari hakikat diri, pesan-pesan agung spiritual dan imbauan kewaspadaan akan bahaya kehidupan duniawi. Pada umumnya, demikianlah wujud dari sastra (puisi) profetik, yaitu ingin tetap zuhud dan meninggalkan ujub. Namun, Tuhan telah menyuguhkan ujub duniawi untuk berpasangan dengan perilaku zuhud. Di sinilah letak perjalanan mencari cinta Ilahi. Sehubungan dengan hal ini, Braginsky mengatakan, sastra agama atau tasawuf menggambarkan tahap-tahap perjalanan rohani, pengenalan hakikat diri, memberi peringatan tentang bahaya yang mengancam jiwa seseorang, serta penjelasan tentang cara-cara mengatasi bahaya tersebut (dalam Hadi W.M., 2004:49). Perjalanan rohani dalam HPL adalah kisah perjalanan manusia (penyair) yang terjerembab, terjerat, dan terjerumus ke lumpur dalam upaya mencari Tuhan.

*) Menulis tiga kumpulan cerpen, dua novel dan satu kumpulan esai sastra-budaya. Masih ada lima naskah yang belum dipublikasikan. Guru SMNA 3 Bengkalis ini sedang belajar di Pascasarjana Manajemen Pendidikan, Universitas Riau.

http://www.riaulive.com/dimensi-profetik-kisah-penyair-mencari-tuhan-di-hikayat-perjalanan-lumpur.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar