Minggu, 06 Juli 2014

Teater Modern Indonesia dalam Opera Primadona: Melihat Kelahiran Kebangkitan

Husin
Riau Pos, 13 Okt 2013

PENONTON seakan terus diajak pada peristiwa sandiwara masa lalu. Keterlibatan penonton tidak hanya pada saat pertunjukan berlangsung, namun juga berada pada saat kelahiran sandiwara itu sendiri. seakan penonton ikut terlibat dan bertanggung jawab pada setiap persoalan yang dimainkan. Cinta, persahabatan, pengkhianatan, persaingan hidup, berbaur menjadi satu.

Naskah Lakon ‘’Opera Primadona’’, yang ditulis oleh Nano Riantiarno ini seperti mengisahkan tentang kehidupan sebuah grup yang lahir pada masa kebangkitan teater modern Indonesia (1925-1934). Periode kebangkitan teater modern adalah; Teater Miss Riboets Orion dan Teater Dardanella Opera. Di dalamnya memilki lika-liku kehidupan yang dialami oleh para pendukung grup, baik itu pemodal, sutradara, actor, penata artistic, penata rias busana, dan lain sebagainya. Oleh sutradara, Fedli Azis disadur ulang sesuai dengan kebutuhan daerah Melayu. Hal ini dapat terdengar pada nama-nama tokoh, seperti Megat, Seroja, Mis Kecubung, Atan Sengat, dan lain sebagainya.

Mereka sangat terkenal dan digemari oleh penonton pada masanya. Seperti yang terlihat pada adegan dalam pementasan Opera Primadona di Gedung Seni Idrus Tintin, pukul 19.30 WIB hari Kamis-Sabtu, 29-31 Agustus 2013. Aktor begitu disanjung-sanjung oleh penonton jika permainannya bagus dan dapat menghibur penonton, sehingga setiap actor tidak bisa menolok pemberian bingkisan dari penonton. Bahkan penonton bisa-bisa menaruh hati pada actor.

Seperti yang dialami oleh Seroja (Chairanny Putri) ia seorang Primadona baru dalam grupnya yang menggeser Mis Kecubung (Mimi Suryani) yang telah lama menyandang predikat sebagai Primadona. Setiap kali usai pementasan Seroja selalu didatangi oleh tiga orang pria yang berbeda suku. Ia didatangi oleh Raden Haryo (Sendi Alpagari) dari Jawa, Tuan Astuman (Kusnanto Eko Wibowo) dari Minang Kabau, dan Tuan Godam Pulungan (Roy Hendrikson) dari Batak. Namun tidak satupun dari ketiga pria ini cintanya diterima oleh Seroja. Cinta Seroja hanya bertaut pada Abang Megat (Ekky Gurin Andika) yang telah dikenalinya sejak lama. Ketenaran Seroja membuat Mis Kecubung menjadi cemburu dan sakit hati, karena Mis Kecubung menganggap Seroja telah merayu suaminya, Tuan Rojali (Sujarhadi) seorang sutradara di dalam grupnya. Sehingga Seroja terpilih menjadi Primadona yang telah menggantikan posisinya. Mis Kecubung tidak bisa terima, ia harus menyingkirkan Seroja. Meskipun dengan bantuan seorang dukun/bomo (Rehulina Sinuhaji), untuk diguna-guna.

Cerita ini diawali dengan penampilan seorang biduan di depan kanan panggung yang menyanyikan lagu tempo dulu. Lalu layar terbuka, di atas panggung terlihat tempat tidur dan di sampingnya kursi goyang. Seorang Nenek (Seroja) sedang asyik membaca surat cinta dari Megat yang selalu disimpannya. Setiap kali Seroja rindu dengan Megat, ia selalu membaca surat dari Megat. Hal demikian pulalah yang membuat Atan Sengat (M Fikri Satria Kamal), suami Seroja dilanda cemburu. Namun apalah daya, Atan Sengat tidak bisa marah. Karena dia sudah berjanji kepada istrinya untuk tidak marah, jika istrinya merindukan Megat. Dahulunya pernikahan mereka hanya siasat Mis Kecubung saja, supaya Seroja tidak dapat diganggu lagi oleh laki-laki lain. Padahal Seroja tidak mencintai Atan Sengat.

Sekejap, suasana menjadi berubah. Penonton dibawa pada dimensi yang berbeda, dimensi masa lalu. Terlihat bangunan sett seperti awan besar di panggung, ada juga yang bergantungan. Tiga sosok Jin, yang berpakaian ala Persia keluar dari awan, mereka menari dan bernyanyi. di dalam nyanyian, mereka ingin menculik seorang putri yang cantik, untuk melampiaskan hawa nafsu Raja Jin. Dengan cepat mereka beranjak untuk melancarkan rencana penculikan.

Dengan cepat sett kembali berubah. Terlihat seorang Putri Cina sedang kesal. Lalu ia memerintahkan pembantunya untuk menyediakan makanan kesukaannya. Pada saat pembantunya membawa makanan, datanglah sekelompok Jin ingin menculik Tuan Putri. Bermaksud ingin menculik Tuan Putri langsung dibatalkan, karena pembantunya lebih cantik. Keributan terjadi, Tuan Putri protes kepada Jin, kenapa bukan dirinya yang diculik. Namun Jin langsung mencela, ia mengatakan Tuan Putri seperti karung beras. Pada saat Jin hendak membawa, tibalah pendekar Melayu hendak menolong. Pertunjukan menjadi kacau, cerita keluar dari jalur, tidak sesuai dengan yang diinginkan. Karena pemain sudah tidak terkontrol lagi, Sutradara muncul di panggung dan meminta-minta maaf kepada penonton.

Setelah pementasan inilah segala konflik bermula. Setelah pementasan, grup teater ini berkumpul. Sutradara marah-marah kepada para pemain. Megat dianggap biang dari keributan ini, Mis Kecubung tidak bisa menerima kalau dia dibilang seperti karung beras oleh Megat pada saat pementasan, padahal itu tidak ada di dalam naskah. Megat tidak mau kalah, karena dia menganggap Mis Kecubung memang sudah tidak cantik lagi, sudah tidak pantas lagi menjadi Primadona dalam grup mereka. Sudah harus ada Primadona baru yang menggantikan Mis Kecubung. Dari sekian banyak perempuan di dalam grup mereka, pilihan tertuju pada Seroja. Mis Kecubung tidak mau terima, karena Seroja dianggap masih terlalu muda, masih berusia enam belas tahun. Tapi pilihan itu tidak dapat dicegah, karena sudah kesepakatan bersama.

Mulai saat itu, grup teater mereka menjadi kacau dan berantakan. Megat memetuskan untuk keluar dari grup dan hendak membentuk grup baru. Megat mengajak Seroja untuk ikut dengannya, tapi sayang Seroja menolak. Karena Seroja merasa Tuan Rojali dan Mis Kecubung yang telah menghidupinya selama ini. Setelah Rojali mendirikan grup teater, persaingan antar grup teaterpun terjadi. Tercatat bahwa pada masa kebangkitan teater modern Indonesia hal serupa pernah terjadi. Pada tahun 1930-an terjadi persaingan keras antara Orion dengan Dardanella .

Pada masa kejayaan Miss Riboet’s Orion di tahun 1926, A. Piedro seorang Rusia kelahiran Penang, mendirikan grup The Malay Opera Dardanella yang berambisi keras untuk menyaingi kepopuleran Orion. Kalau Orion menjadi popular berkat bintang panggungnya Miss Riboet, maka Dardanella juga mengandalkan seorang bintang, yakni Tan Tjeng Bok. Karena Miss Riboet ahli dalam bermain pedang, maka Tan Tjeng Bok juga mampu memainkan pedang pada saat pertunjukan. Pada tahun 1931 terjadilah persaingan keras antara grup Orion dan Dardanella. Perang teater itu dilakukan lewat publikasi berupa poster-poster menyolok, iklan di surat kabar dan majalah, propaganda di jalan-jalan dan lain sebagainya. Dalam persaingan ini rupanya Orion harus menyerah kepada Dardanella. Setelah tamatnya riwayat Orion, pada tahun 1934 penulis handal dari Orion, Nyoo Cheong Seng bersama istrinya menyeberang ke pihak Dardanella. Hal persaingan juga terjadi pada pementasan ‘’Opera Primadona’’

Tidak lama setelah Megat keluar dari grup yang dipimpin Oleh Rojali, Serojapun juga ingin angkat kaki dari grup Rojali. Karena Seroja tidak tahan dengan perlakuan Mis Kecubung terhadap dirinya. Alasan untuk untuk meninggalkan grup Rojali sangatlah kuat. Seroja ingin kembali kepada laki-laki yang sangat dicintainya, Seroja bisa menjauh dari kejahatan Mis Kecubung, dan grup yang dipimpin oleh Megat sudah sangat terkenal. Keprgian Seroja tentulah membuat hati Mis Kecubung menjadi senang, karena di dalam grup sudah tidak adalagi Primadona yang akan menyaingi dirinya. Tapi malang tidak dapat dihindari, setelah kepergian Seroja, Tuan Rojali meninggal dunia.

Cinta Megat yang diharapkan oleh Seroja berakhir dengan rasa kecewa. Megat yang berjanji hanya mencintai Seroja seorang dan tidak akan bercinta dengan perempuan lain, walaupun memang sudah tabiat Megat yang suka ‘bermain’ dengan perempuan. Seroja sangat kecewa sekali dengan Megat, pada saat Seroja melihat sendiri Megat bercumbu dengan perempuan lain. Megat sangat kaget sekali, ketika tiba-tiba Seroja memergokinya. Pada saat itu juga, Megat menjadi sangat malu dan menyesali perbuatannya. Padahal jauh sebelum kejadian, suami yang tidak dicintai oleh Seroja, yakni Atan Sengat sudah pernah mengingatkan Seroja, bahwa prilaku Megat yang suka bermain dengan perempuan tidak akan pernah berubah. Tapi apa mau dikata, semuanya sudah terjadi. Seroja dilanda kecewa yang paling dalam. Megatpun mengakhiri hidupnya.

Begitu banyak lika-liku kehidupan yang dialami oleh para grup pemain sandiwara. Tidak bisa lagi membeda antara dunia panggung dengan dunia nyata. Cinta, persahabatan, pengkhianatan, persaingan hidup, berbaur menjadi satu. Segala kerumitan hidup selalu dihadang meskipun berakhir dengan kematian. Dunia teater tidak hanya menyiapkan naskah, biaya pertunjukan, mengurusi latihan rutin para actor, membangun sett property, memilih tempat pertunjukan, menjual ticket, mengelola penonton. Tapi juga ikut mengurusi dan memanegerial kehidupan nyata para pendukung grup, kelompok, kominitas, atau sanggar itu sendiri. Banyak prilaku dan sikap para pendukung yang harus dinetralisir oleh pimpinan agar grup harus terus hidup dan berjalan dengan lancar.

Kerumitan bisa juga terjadi pada saat pertunjukan berlangsung. Seperti yang juga dialami oleh grup Teater Selembayung pimpinan Fedli Azis dan grup Teater Senja SMA Negeri 5 pimpinan Ekky Gurin Andika yang juga binaan Teater Selembayung. Pertunjukan teater ‘’Opera Primadona’’ karya Nano Riantiarno yang disutradarai oleh Fedli mengalami banyak kerumitan dan persoalan yang harus dihadapi.

Pertunjukan yang digelar selama tiga malam, menjalani tahapan peningkatan dan kerja keras.Hampir seluruh pendukung, baik itu pemain, crew panggung, penata sett, penata laighting, dan penata music bingung dengan lintasan pertunjukan. Kecelakaan pada saat pertunjukan tidak dapat dihindari. Cahaya yang terlalu cepat menyala, crew panggung yang kurang gesit memposisikan sett, pemain music yang tidak tahu lagi bagian apa yang dimainkan, pemain yang bingung keluar masuk panggung, belum lagi fasilitas listrik yang mati, segala kerumitan saling bersahutan pada malam pertama.

Tentulah kerumitan yang terjadi pada malam pertama, tidaklah dipelihara oleh pimpinan grup. Sutradara harus cepat mengambil tindakan dan sikap, segala kecelakaan panggung mulai diinfentaris satu persatu. Selurung pendukung harus bertanggung jawab dengan tugasnya masing-masing, kecelakaan yang terjadi pada malam pertama tidak akan terulang kembali. Belajar dari segala kesalahan, syukur Alhamdulillah segala kerumitan, kecelakaan, persoalan, dan kesalahan bisa diminimalisir pada malam kedua dan ketiga, meskipun vocal pemain terasa serak Ternyata segala kerumitan bukan membuat grup menjadi berantakan, malah yang terjadi solidaritas semakin tinggi antar pendukung. Suatu kerja keras yang patut diapresiasi.

Penonton yang juga harus bertanggung jawab dengan jalan cerita berdurasi hampir dari tiga jam ini, menjadi lega sekali dengan terbunuhnya kerumitan yang dialami oleh para pemain. Hingga penonton bisa mengerti dan setia menunggu akhir dari cerita Opera Primadona. Akhirnya terjawab, ‘’Oh.. ternyata nenek yang membaca surat cinta adalah Seroja bersama suaminya, Atan Sengat yang belum pernah berhubungan layaknya suami-istri selama lima puluh tahun usia pernikahan mereka. Malam itu Seroja sadar dan mengalah dengan kenyataan, lalu ia mengizinkan Atan Sengat untuk menyetubuhinya. Malam itu Atan Sengat sangat senang sekali bisa bermalaman dengan mantan seorang pemain teater sang PRIMADONA..!’’ n

*) Husin, Dosen Teater di Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR) dan pengamat teater. Saat ini melanjutkan study di Program Pasca Sarjana Institut Seni Indinesia (ISI) Padangpanjang.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/10/teater-modern-indonesia-dalam-opera.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar