Husin
Riau Pos, 13 Okt 2013
PENONTON seakan terus diajak pada peristiwa sandiwara masa lalu. Keterlibatan penonton tidak hanya pada saat pertunjukan berlangsung, namun juga berada pada saat kelahiran sandiwara itu sendiri. seakan penonton ikut terlibat dan bertanggung jawab pada setiap persoalan yang dimainkan. Cinta, persahabatan, pengkhianatan, persaingan hidup, berbaur menjadi satu.
Naskah Lakon ‘’Opera Primadona’’, yang ditulis oleh Nano Riantiarno ini seperti mengisahkan tentang kehidupan sebuah grup yang lahir pada masa kebangkitan teater modern Indonesia (1925-1934). Periode kebangkitan teater modern adalah; Teater Miss Riboets Orion dan Teater Dardanella Opera. Di dalamnya memilki lika-liku kehidupan yang dialami oleh para pendukung grup, baik itu pemodal, sutradara, actor, penata artistic, penata rias busana, dan lain sebagainya. Oleh sutradara, Fedli Azis disadur ulang sesuai dengan kebutuhan daerah Melayu. Hal ini dapat terdengar pada nama-nama tokoh, seperti Megat, Seroja, Mis Kecubung, Atan Sengat, dan lain sebagainya.
Mereka sangat terkenal dan digemari oleh penonton pada masanya. Seperti yang terlihat pada adegan dalam pementasan Opera Primadona di Gedung Seni Idrus Tintin, pukul 19.30 WIB hari Kamis-Sabtu, 29-31 Agustus 2013. Aktor begitu disanjung-sanjung oleh penonton jika permainannya bagus dan dapat menghibur penonton, sehingga setiap actor tidak bisa menolok pemberian bingkisan dari penonton. Bahkan penonton bisa-bisa menaruh hati pada actor.
Seperti yang dialami oleh Seroja (Chairanny Putri) ia seorang Primadona baru dalam grupnya yang menggeser Mis Kecubung (Mimi Suryani) yang telah lama menyandang predikat sebagai Primadona. Setiap kali usai pementasan Seroja selalu didatangi oleh tiga orang pria yang berbeda suku. Ia didatangi oleh Raden Haryo (Sendi Alpagari) dari Jawa, Tuan Astuman (Kusnanto Eko Wibowo) dari Minang Kabau, dan Tuan Godam Pulungan (Roy Hendrikson) dari Batak. Namun tidak satupun dari ketiga pria ini cintanya diterima oleh Seroja. Cinta Seroja hanya bertaut pada Abang Megat (Ekky Gurin Andika) yang telah dikenalinya sejak lama. Ketenaran Seroja membuat Mis Kecubung menjadi cemburu dan sakit hati, karena Mis Kecubung menganggap Seroja telah merayu suaminya, Tuan Rojali (Sujarhadi) seorang sutradara di dalam grupnya. Sehingga Seroja terpilih menjadi Primadona yang telah menggantikan posisinya. Mis Kecubung tidak bisa terima, ia harus menyingkirkan Seroja. Meskipun dengan bantuan seorang dukun/bomo (Rehulina Sinuhaji), untuk diguna-guna.
Cerita ini diawali dengan penampilan seorang biduan di depan kanan panggung yang menyanyikan lagu tempo dulu. Lalu layar terbuka, di atas panggung terlihat tempat tidur dan di sampingnya kursi goyang. Seorang Nenek (Seroja) sedang asyik membaca surat cinta dari Megat yang selalu disimpannya. Setiap kali Seroja rindu dengan Megat, ia selalu membaca surat dari Megat. Hal demikian pulalah yang membuat Atan Sengat (M Fikri Satria Kamal), suami Seroja dilanda cemburu. Namun apalah daya, Atan Sengat tidak bisa marah. Karena dia sudah berjanji kepada istrinya untuk tidak marah, jika istrinya merindukan Megat. Dahulunya pernikahan mereka hanya siasat Mis Kecubung saja, supaya Seroja tidak dapat diganggu lagi oleh laki-laki lain. Padahal Seroja tidak mencintai Atan Sengat.
Sekejap, suasana menjadi berubah. Penonton dibawa pada dimensi yang berbeda, dimensi masa lalu. Terlihat bangunan sett seperti awan besar di panggung, ada juga yang bergantungan. Tiga sosok Jin, yang berpakaian ala Persia keluar dari awan, mereka menari dan bernyanyi. di dalam nyanyian, mereka ingin menculik seorang putri yang cantik, untuk melampiaskan hawa nafsu Raja Jin. Dengan cepat mereka beranjak untuk melancarkan rencana penculikan.
Dengan cepat sett kembali berubah. Terlihat seorang Putri Cina sedang kesal. Lalu ia memerintahkan pembantunya untuk menyediakan makanan kesukaannya. Pada saat pembantunya membawa makanan, datanglah sekelompok Jin ingin menculik Tuan Putri. Bermaksud ingin menculik Tuan Putri langsung dibatalkan, karena pembantunya lebih cantik. Keributan terjadi, Tuan Putri protes kepada Jin, kenapa bukan dirinya yang diculik. Namun Jin langsung mencela, ia mengatakan Tuan Putri seperti karung beras. Pada saat Jin hendak membawa, tibalah pendekar Melayu hendak menolong. Pertunjukan menjadi kacau, cerita keluar dari jalur, tidak sesuai dengan yang diinginkan. Karena pemain sudah tidak terkontrol lagi, Sutradara muncul di panggung dan meminta-minta maaf kepada penonton.
Setelah pementasan inilah segala konflik bermula. Setelah pementasan, grup teater ini berkumpul. Sutradara marah-marah kepada para pemain. Megat dianggap biang dari keributan ini, Mis Kecubung tidak bisa menerima kalau dia dibilang seperti karung beras oleh Megat pada saat pementasan, padahal itu tidak ada di dalam naskah. Megat tidak mau kalah, karena dia menganggap Mis Kecubung memang sudah tidak cantik lagi, sudah tidak pantas lagi menjadi Primadona dalam grup mereka. Sudah harus ada Primadona baru yang menggantikan Mis Kecubung. Dari sekian banyak perempuan di dalam grup mereka, pilihan tertuju pada Seroja. Mis Kecubung tidak mau terima, karena Seroja dianggap masih terlalu muda, masih berusia enam belas tahun. Tapi pilihan itu tidak dapat dicegah, karena sudah kesepakatan bersama.
Mulai saat itu, grup teater mereka menjadi kacau dan berantakan. Megat memetuskan untuk keluar dari grup dan hendak membentuk grup baru. Megat mengajak Seroja untuk ikut dengannya, tapi sayang Seroja menolak. Karena Seroja merasa Tuan Rojali dan Mis Kecubung yang telah menghidupinya selama ini. Setelah Rojali mendirikan grup teater, persaingan antar grup teaterpun terjadi. Tercatat bahwa pada masa kebangkitan teater modern Indonesia hal serupa pernah terjadi. Pada tahun 1930-an terjadi persaingan keras antara Orion dengan Dardanella .
Pada masa kejayaan Miss Riboet’s Orion di tahun 1926, A. Piedro seorang Rusia kelahiran Penang, mendirikan grup The Malay Opera Dardanella yang berambisi keras untuk menyaingi kepopuleran Orion. Kalau Orion menjadi popular berkat bintang panggungnya Miss Riboet, maka Dardanella juga mengandalkan seorang bintang, yakni Tan Tjeng Bok. Karena Miss Riboet ahli dalam bermain pedang, maka Tan Tjeng Bok juga mampu memainkan pedang pada saat pertunjukan. Pada tahun 1931 terjadilah persaingan keras antara grup Orion dan Dardanella. Perang teater itu dilakukan lewat publikasi berupa poster-poster menyolok, iklan di surat kabar dan majalah, propaganda di jalan-jalan dan lain sebagainya. Dalam persaingan ini rupanya Orion harus menyerah kepada Dardanella. Setelah tamatnya riwayat Orion, pada tahun 1934 penulis handal dari Orion, Nyoo Cheong Seng bersama istrinya menyeberang ke pihak Dardanella. Hal persaingan juga terjadi pada pementasan ‘’Opera Primadona’’
Tidak lama setelah Megat keluar dari grup yang dipimpin Oleh Rojali, Serojapun juga ingin angkat kaki dari grup Rojali. Karena Seroja tidak tahan dengan perlakuan Mis Kecubung terhadap dirinya. Alasan untuk untuk meninggalkan grup Rojali sangatlah kuat. Seroja ingin kembali kepada laki-laki yang sangat dicintainya, Seroja bisa menjauh dari kejahatan Mis Kecubung, dan grup yang dipimpin oleh Megat sudah sangat terkenal. Keprgian Seroja tentulah membuat hati Mis Kecubung menjadi senang, karena di dalam grup sudah tidak adalagi Primadona yang akan menyaingi dirinya. Tapi malang tidak dapat dihindari, setelah kepergian Seroja, Tuan Rojali meninggal dunia.
Cinta Megat yang diharapkan oleh Seroja berakhir dengan rasa kecewa. Megat yang berjanji hanya mencintai Seroja seorang dan tidak akan bercinta dengan perempuan lain, walaupun memang sudah tabiat Megat yang suka ‘bermain’ dengan perempuan. Seroja sangat kecewa sekali dengan Megat, pada saat Seroja melihat sendiri Megat bercumbu dengan perempuan lain. Megat sangat kaget sekali, ketika tiba-tiba Seroja memergokinya. Pada saat itu juga, Megat menjadi sangat malu dan menyesali perbuatannya. Padahal jauh sebelum kejadian, suami yang tidak dicintai oleh Seroja, yakni Atan Sengat sudah pernah mengingatkan Seroja, bahwa prilaku Megat yang suka bermain dengan perempuan tidak akan pernah berubah. Tapi apa mau dikata, semuanya sudah terjadi. Seroja dilanda kecewa yang paling dalam. Megatpun mengakhiri hidupnya.
Begitu banyak lika-liku kehidupan yang dialami oleh para grup pemain sandiwara. Tidak bisa lagi membeda antara dunia panggung dengan dunia nyata. Cinta, persahabatan, pengkhianatan, persaingan hidup, berbaur menjadi satu. Segala kerumitan hidup selalu dihadang meskipun berakhir dengan kematian. Dunia teater tidak hanya menyiapkan naskah, biaya pertunjukan, mengurusi latihan rutin para actor, membangun sett property, memilih tempat pertunjukan, menjual ticket, mengelola penonton. Tapi juga ikut mengurusi dan memanegerial kehidupan nyata para pendukung grup, kelompok, kominitas, atau sanggar itu sendiri. Banyak prilaku dan sikap para pendukung yang harus dinetralisir oleh pimpinan agar grup harus terus hidup dan berjalan dengan lancar.
Kerumitan bisa juga terjadi pada saat pertunjukan berlangsung. Seperti yang juga dialami oleh grup Teater Selembayung pimpinan Fedli Azis dan grup Teater Senja SMA Negeri 5 pimpinan Ekky Gurin Andika yang juga binaan Teater Selembayung. Pertunjukan teater ‘’Opera Primadona’’ karya Nano Riantiarno yang disutradarai oleh Fedli mengalami banyak kerumitan dan persoalan yang harus dihadapi.
Pertunjukan yang digelar selama tiga malam, menjalani tahapan peningkatan dan kerja keras.Hampir seluruh pendukung, baik itu pemain, crew panggung, penata sett, penata laighting, dan penata music bingung dengan lintasan pertunjukan. Kecelakaan pada saat pertunjukan tidak dapat dihindari. Cahaya yang terlalu cepat menyala, crew panggung yang kurang gesit memposisikan sett, pemain music yang tidak tahu lagi bagian apa yang dimainkan, pemain yang bingung keluar masuk panggung, belum lagi fasilitas listrik yang mati, segala kerumitan saling bersahutan pada malam pertama.
Tentulah kerumitan yang terjadi pada malam pertama, tidaklah dipelihara oleh pimpinan grup. Sutradara harus cepat mengambil tindakan dan sikap, segala kecelakaan panggung mulai diinfentaris satu persatu. Selurung pendukung harus bertanggung jawab dengan tugasnya masing-masing, kecelakaan yang terjadi pada malam pertama tidak akan terulang kembali. Belajar dari segala kesalahan, syukur Alhamdulillah segala kerumitan, kecelakaan, persoalan, dan kesalahan bisa diminimalisir pada malam kedua dan ketiga, meskipun vocal pemain terasa serak Ternyata segala kerumitan bukan membuat grup menjadi berantakan, malah yang terjadi solidaritas semakin tinggi antar pendukung. Suatu kerja keras yang patut diapresiasi.
Penonton yang juga harus bertanggung jawab dengan jalan cerita berdurasi hampir dari tiga jam ini, menjadi lega sekali dengan terbunuhnya kerumitan yang dialami oleh para pemain. Hingga penonton bisa mengerti dan setia menunggu akhir dari cerita Opera Primadona. Akhirnya terjawab, ‘’Oh.. ternyata nenek yang membaca surat cinta adalah Seroja bersama suaminya, Atan Sengat yang belum pernah berhubungan layaknya suami-istri selama lima puluh tahun usia pernikahan mereka. Malam itu Seroja sadar dan mengalah dengan kenyataan, lalu ia mengizinkan Atan Sengat untuk menyetubuhinya. Malam itu Atan Sengat sangat senang sekali bisa bermalaman dengan mantan seorang pemain teater sang PRIMADONA..!’’ n
*) Husin, Dosen Teater di Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR) dan pengamat teater. Saat ini melanjutkan study di Program Pasca Sarjana Institut Seni Indinesia (ISI) Padangpanjang.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/10/teater-modern-indonesia-dalam-opera.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar