Senin, 14 Juli 2014

Ramadhan KH, Perjalanan Mengarifi Kehidupan

Zulfikar Fu’ad
Lampung Post, 30 Maret 2003

SENJA mulai tampak dari wajahnya. Kerut-merut dahinya membentuk bidang garis bertingkat. Flek-flek yang bertebaran di muka menyokong tengara kesepuhan yang paling diwakili rambut memutih. Ramadhan K.H. (76), sebuah nama yang kondang dengan karya-karya tulis monumentalnya. Sebuah nama yang hanya dipisahkan dinding tipis dengan mantan Presiden Soeharto, meskipun secara fisik sangat jauh.

Dari wajah itu, tersirat keletihan yang sangat setelah melalui sebuah perjalanan panjang tak bertepi. Hanya sedikit saja kemilau bekas tanda-tanda masa suksesnya. Sementara, bulir-bulir sisa air sembahyang lebih mendominasi warna masa tuanya.

Bahasa tubuhnya lamban ketika merespons keinginan batinnya yang masih gagah dan bersemangat. Dengan aksen Sunda yang kental, kalimat tuturnya lembut dengan tata bahasa terstruktur, bahkan condong formal. Pada usianya yang lebih tiga perempat abad, kelembutan deskripsi bicaranya makin halus saja, amat santun. Tak ada yang meledak-ledak.

Sebuah rumah yang relatif sederhana di bilangan Bintaro, Jakarta Selatan, menjadi tempat tinggal sekaligus kantornya. Salah satu sastrawan Indonesia terkemuka yang lahir 16 Maret 1927 ini masih terus menulis dan menulis.

Hari-hari ini, fisiknya jauh berbeda seperti yang banyak orang lihat di layar kaca dan media cetak tahun 1988 ketika ia disorot media massa dengan menulis biografi Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya. Itu lantaran presiden kita saat itu dianggap ”tak bisa disentuh”. ”Karena saya diminta, ya saya biasa saja,” katanya.

Satu hal yang tidak berubah dari seorang Ramadhan K.H. adalah tidak pernah bisa diam. Ia selalu sibuk bergulat dengan kata-kata, dengan sejumlah koran, buku-buku, dan kliping media yang berserak di meja, pada ruang tamu, dan ruang tengah rumahnya. Ia seperti tidak pernah letih dan energi berpikirnya tak pernah berakhir. Dan ketika ia sedang bekerja tak seorang pun mampu menghentikannya, sekalipun zaman menelannya.

Ramadhan K.H. adalah seorang yang memilih hidup bergulat dalam perjuangan kemanusiaan dengan dunia menulis. Ia mengalami sebagian besar episode sejarah Indonesia, mulai dari zaman perjuangan revolusi, kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, dan era kini, yang disebut-sebut sebagai reformasi.

Dalam masa-masa itu, ia telah menggoreskan sejarah penting bagi bangsa Indonesia. Tidak saja di dunia sastra dan pers, yang menyita sebagian besar hidupnya, tapi juga dunia ”politik” internasional. Lebih dari sekadar sebagai sastrawan, seabrek gelar disandangkan orang kepadanya: novelis, cerpenis, pendidik, biograf, pejuang, sejarawan informal, bahkan ”diplomat”.

”Sastra Ramadhan” menjadi sebuah genre yang menarik bagi perkembangan dunia sastra Indonesia. Dia selalu menjadi rujukan. Karyanya sudah berserakan dan tercatat dalam setiap benak peminat sastra Indonesia. Di antaranya, kategori novel; Priangan Si Jelita (1957), Royan Revolusi (1970), Kemelut Hidup (1976), Keluarga Permana (1978), Ladang Perminus (1989). Kategori novel terjemahan/saduran; Rumah Bernarda Alba (1957), Yerma (1959), Romansa Kaum Gitana (1976). Juga cerpen ”Enclave” dan ratusan judul puisi.

Puluhan tokoh ditulisnya dalam bentuk autobiografi, di antaranya Soekarno dan Inggit Garnasih, mantan Presiden Soeharto, A.E. Kawilarang, Ali Sadikin, Sukamdani Sahid Gitosardjono, Jenderal Polisi Hoegeng, Gobel, Kemal Idris, Jenderal Soemitro, Laksamana Sukardi, dan Dewi Dja.

Dari sekian banyak karyanya, yang menonjol salahsatunya adalah autobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya. Buku inilah yang membuatnya lebih dikenal tidak saja bagi masyarakat Indonesia, tapi juga bagi para Indonesianis di luar negeri. Buku ini menjadi rujukan dalam penelitian banyak ilmuwan tentang kepemimpinan Soeharto sebagai presiden dan juga tentang Indonesia pada masa Orde Baru.

Pengalaman menulis autobiografi Soeharto menanamkan kesan tersendiri bagi Ramadhan K.H. Banyak hal-hal yang tidak diketahui orang lain tentang Soeharto, diketahuinya sebagai penulis. Sebagaimana hal ini juga dialami O.G. Roeder ketika menulis buku The Smiling General, juga autobiografi Soeharto.

Ketika diminta Soeharto menulis kisah hidupnya, Ramadhan K.H. memilih menulis dalam sudut pandang orang pertama. Ia memosisikan diri seolah menjadi Soeharto. Itu artinya dalam bentuk autobiografi. Dengan demikian yang bertanggung jawab terhadap isinya adalah tokoh yang ditulis, Soeharto sendiri. Ramadhan hanya bertanggung jawab terhadap penyajiannya agar enak dibaca.

Berkali-kali hal ini ditekankannya kepada Brigjen G. Dwipayana, utusan Soeharto yang ditugaskan menyampaikan permintaan Soeharto kepada Ramadhan K.H. Sepakat dengan posisi itu, ia memulai pekerjaannya.

Pertanyaan panjang lebar sebagai pengganti wawancara untuk memperoleh data dan bahan tentang Soeharto disampaikan kepada Dipo, panggilan G. Dwipayana. Dari sekian banyak pertanyaan yang diajukan, tidak terdapat kesulitan untuk disampaikan Dipo kepada Soeharto.

”Tapi satu yang mendapat komentar dari Dipo adalah pertanyaan: ’Bagaimana kalau ajal Pak Harto sampai?’ Dipo merasa amat berat menyampaikan pertanyaan itu, dengan komentar ’sialan’ yang kemudian dikemukakan kepada saya. Sebab, menurut dia, tidak patut kita bertanya begitu di tengah kehidupan masyarakat Jawa. Saya mengajukan pertanyaan itu dengan perasaan tanpa beban, biasa-biasa saja, disebabkan rasa ingin tahu dan sering ditemukan dalam buku-buku memoar orang lain. Tetapi setelah pertanyaan itu diajukan, ternyata Pak Harto menjawabnya, dan kemudian bisa saya masukkan penjelasannya itu dalam satu bab di belakang (Bab 102, halaman 561),” ujar Ramadhan memberi pertanggungjawaban sebagai penulis.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban Ramadhan terhadap autobiografi Soeharto yang ditulisnya, ia membeberkan latar belakang penulisan buku itu dalam buku Panggung Sejarah, Persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard. Buku peringatan meninggalnya seorang Indonesianis Prof. Dr. Denys Lombard yang diterbitkan kerja sama antara Ecole Francaise d’Extreme-Orient, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, dan Yayasan Obor Indonesia tahun 1999.

Ramadhan mengatakan Soeharto sempat memberi pernyataan yang dianggapnya cukup peka, yakni mengenai ”petrus” atau penembak misterius pada 1980-an. Sebuah peristiwa yang menginternasional dan menjadi perbincangan dalam sidang PBB di Jenewa ketika itu. Apa yang dikatakan Soeharto kepada Ramadhan berbeda jauh dengan pernyataan wakil pemerintah Indonesia di PBB.

”Kita harus mengadakan treatment, tindakan yang tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya, mau tidak mau harus ditembak. Lalu ada yang mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi guncangan,” ujar Presiden Soeharto menjawab pertanyaan Ramadhan K.H. ketika itu.

Ramadhan merasa risih dengan pernyataan itu. Sebab sebelumnya juga Pemerintah Indonesia, baik di dalam negeri maupun pada sidang PBB di Geneva, sudah menyatakan itu terjadi karena tembak-menembak antargeng. ”Maka sampai tiga kali saya mengajukan pertanyaan lewat Dipo, apakah tetap begitu keterangan Pak Harto tentang ’petrus’ itu. Jawaban yang saya dapatkan via Dipo adalah ’tetap begitu’, ’sudah benar begitu’. Bahwa soal ini peka, sebelumnya sudah saya dengarkan pendirian Bung Adam Malik, bahwa ’Bagaimanapun, jangan kita membunuhnya sebelum yang bersangkutan dibawa ke pengadilan’,”

“Kemudian saya pun mendengar ada yang merasa kecewa dengan penjelasan Pak Harto itu. Yang bersangkutan merasa tersinggung karena dialah yang pernah menjelaskan bahwa itu terjadi karena tembak-menembak antargeng,” kata Ramadhan dalam buku itu.

Menjawab pertanyaan Ramadhan, Soeharto juga sempat membicarakan soal dibentuknya dua kelompok dari sembilan partai yang ada waktu itu, ditambah satu kelompok, yakni Golongan Karya. ”Soeharto mengatakan upaya itu dilakukannya tanpa paksaan. Apa yang terjadi di lapangan—yang pelaksanaanya waktu itu terutama diserahkan kepada Ali Murtopo—bisa diceritakan pihak-pihak lain yang mengalaminya. Apakah benar tanpa paksaan? Yang mencolok adalah cerita Pak Harto. Bahwa ia waktu itu menanyakan kepada Katolik dan Kristen, apakah akan berpihak kepada yang menonjolkan spiritualnya atau kepada yang menonjolkan materilnya?” tulis Ramadhan.

”Pihak Islam memang memilih yang spiritualnya. Tetapi toh juga saya tekankan, jangan menonjolkan agamanya, jangan menonjolkan Islamnya. Karena itu, namanya pun tidaklah menyebut-nyebut Islam, melainkan Partai Persatuan Pembangunan, dengan program spiritual-materil. Begitu NU, Parmusi, PSII, dan Perti mengelompok,” kata Presiden Soeharto.

Keterangan Soeharto ini menjadi renungan Ramadhan. Terpikir olehnya, jangan-jangan apa yang terbentuk waktu itu pun sebenarnya tidak memenuhi keinginan Soeharto yang sesungguhnya. ”Sejarah menunjukkan bahwa semua pihak yang menunjukkan kuat keberpihakan kepada spiritual (akhirat), semua yang memakai sebutan agama, tidak bisa bersatu dalam satu kelompok sampai sekarang,” kata Ramadhan.
***

Terlahir di Bandung dengan nama Ramadhan Kartahadimadja, adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Sehari-harinya oleh keluarga dan teman-temannya ia disapa Atun. Ayahnya, Rd. Edjeh Kartahadimadja adalah seorang patih pada masa kekuasaan Hindia Belanda. Ramadhan lahir dari pernikahan Rd. Kartahadimadja dan istri ketiganya, Sadiah.

Menyebut nama Ramadhan tidak dapat melupakan almarhum Aoh Karta Hadimadja, sastrawan Indonesia terkemuka yang meninggal tahun 1972. Ia adalah kakak seayah dengan Ramadhan. Aoh pula yang mengawali persentuhan Ramadhan dengan dunia sastra.

Pendidikan Ramadhan K.H. dilaluinya di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Ia pernah belajar di Institut Teknologi Bandung tapi hanya tujuh bulan, kemudian pindah di Akademi Dinas Luar Negeri. Di sini pun tidak sampai tamat.
***

* Ditulis berdasarkan wawancara Zulfikar Fu’ad dengan Ramadhan K.H. di kediaman Kawasan Bintaro, Jakarta Selatan medio Oktober 2002, diterbitkan harian Lampung Post-Media Group pada 30 Maret 2003.
Dijumput dari: http://penulisbiografizulfikarfuad.blogspot.com/2012/06/ramadhan-kh-perjalanan-mengarifi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar