Rabu, 04 Juni 2014

Novel Tak Bertuan

(Expresi diantar­­­­­­­a nilai-nilai moral dan agama)
 Awalludin GD Mualif

Novel sebagai bagian dari karya sastra, mempunyai bentuk dan proses penceritaanya sendiri yang terikat dalam hukum-hukumnya. Proses dan bentuk yang menghasilkan kecemasan, ketakutan serta harapan, sebab akibat, penyampaian gagasan, nilai pesan-pesan dalam frame dan dunia yang diciptakan penulisnya. Seperti Tuhan yang menciptakan semesta, sebagai latar bagi insan, demikian juga manusia (penulis) mencipta karya sastra, dimana unsur sastra menjadi latar bagi para tokoh yang digambarkan oleh penulis.
Sang penulis dan tokoh

Tentu saja penulis boleh membuat alur cerita sesuai dengan gagasan yang akan disampaikan tanpa harus terhubung alam dan Tuhan. Latar, alur, tema masuk ke dalam sebuah novel, dan sosok tokoh yang dihadirkan dalam balutan cerita. Tanpa tokoh yang bergerak di latar, alur dan tema, maka novel hanya menjadi karya sastra yang membisu bagi pembaca. Karena kehadiran tokoh dapat membentuk jalinan makna bagi pembaca. Di situlah novel akan bertaruh dengan kedalaman jiwa sang tokoh. Entah tokoh itu diangkat dari sebuah kisah nyata maupun fiksi belaka.

Sebagaimana Tuhan yang menciptakan semesta, bumi langit seisinya yang beriringan dengan garis Takdir perjalanan penghuni (mahluk) di dalamnya yang telah ditentukan-Nya. Sang penulis pun mempunyai peranan sama seperti peran “Tuhan,” Tokoh yang diciptakan dalam karya novel menjadi bagian terpenting, sebagaimana Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai karakteristiknya, bersuku-suku, berbangsa-bangsa demi memimpin seluruh karya ciptaan-Nya yang agung berupa semesta. Penulis dalam novel pun berperanan sama. Menjadi sutradara besar dalam menentukan latar, alur, tema serta karakteristik tokoh yang dihadirkan.

Novel mengusung kebebasan imajinasi, berfikir, berexpresi tak terbatas oleh ruang dan waktu, ia dapat bergerak liar menjangkau dunia. Menjadi tandingan dunia dalam bingkai kata-kata. Tempat dimana manusia dapat memetik pelajaran, hikmah, pengalaman darinya. Novel mampu masuk ke alam pikiran pembaca selalu mengandung tragedi di dalam tubuh (novel)nya, isi kisah yang tertuang di alur cerita menempuh jalan berliku, dipenuhi oleh peristiwa, renungan, dan khayalan bahkan pengharapan.

Dilema novel, cerita dan asumsi

Apapun yang tergambar dari kisah di dalam novel, tentang kebaikan, keburukan, pun dikotomi dalam cerita, melalui tokoh yang menyuarakan suara agama, menggema dan memantul melalui dinding novel, menyebar dalam renungan tokoh-tokohnya atau penggambaran novel, yang dirindukan masyarakat (pembaca). Tetap saja novel dihadiahi cercaan, hujatan, penolakan bila ia berisikan dialektika yang mengumbar syahwat atau menceritakan tokoh-tokoh ekstrem yang mendekati agama secara tidak biasa. Padahal hal tersebut dapat menggambarkan manusia melalui jalan cerita yang melukiskan realitas kehidupanya.

Novel yang di dalamnya melukiskan tentang hal-hal tabu dalam kehidupan masyarakat terkadang sering dijahui, ditolak karena berbenturan dengan nilai-nilai moral yang tertanam dan “masih” dianut oleh sebagian besar masyarakat ke-timur-an. Terlebih jika pembaca memakai pendekatan moral semata, penganut “faham” ketertiban, maka novel “seolah-olah” menjadi karya sastra yang jauh dari nilai kemanusian. Maka tak jarang prespektif inilah yang menjadikan pembaca salah dalam mengartikan karya “novel”. Tapi justru berlaku hukum sebaliknya: Novel yang alur, tema, tokoh, sesuai dengan nilai-nilai moral dan agama, akan banyak mendapatkan sambutan hangat ditengah-tengah masyarakat.

Bagaimana M. Nurul Ibad menguraikan kisah percintaan seorang Gus (putra Kyai) bernama Rukh dengan seorang pelacur di daerah pegunungan mbulu dalam novel Pusparatri, adanya perselingkuhan hati dan tubuh, penuntasan hasrat biologis, dibalut dalam alur, tema, serta latar yang “nyata” dalam novel itu. Ibad menuliskan hal yang kontradiksi. Seorang Gus yang mempunyai keluasan ilmu pengetahuan agama, banyak kelebihan melihat rahasia-rahasia ghaib, dihormati dan punya banyak pengikut dari kalangan Ulama, pejabat sampai masyarakat biasa merajuk cinta dengan seorang wanita malam. (Seorang wanita yang dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat, tidak begitu mendapatkan tempat di tengah-tengah masyarakat, hina, dan terkucil diantara ramainya kemunafikan yang tampak arif dan bijak).

Pun Ayu Utami dalam novel Larung bercerita tentang tokoh yang bernama larung lanang. Dalam hubunganya dengan simbah, mendebarkan, penuh misteri. Kita digiring ke rana magis yang sangat meyakinkan. Ada goa kelelawar, nenek yang tidak bisa mati karena susuk dan ilmu kebal serta adegan larung memutilasi simbah setelah kematianya. Apakah alur cerita yang dibangun oleh ke dua penulis tersebut salah? Kalaupun iya, dalam konteks apa? Apakah dalam konteks moral dan agama?. Entahlah. Namun kedua cerita tersebut menggambarkan realitas sosial yang sering terjadi saat ini. Tapi itulah kenyataan yang terjadi ditengah masyarakat. Sering tidak perduli akan kenyataan, seolah kenyataan ditiadakan, dibenamkan, dilupakanya, atau kalau bisa dibunuhnya. Maka menjadi sebuah kewajaran jika yang terbayang hanyalah perilaku tertib. Perilaku yang bermanfaat dengan standart moral yang “masih terjaga”.

Novel, bingkai gender

Tri Utami seorang pekerja seni yang multi talent menulis novel berjudul Dunia Padmini. Menceritakan kisah seorang perempuan bernama Padmini. Sosok perempuan yang kuat, memiliki kecerdasan dan kepekaan membaca tanda-tanda yang mensiratkan realitas kehidupan. Melalui proses pengembaran yang “liar’. Ia seolah-olah mewakili suara hati perempuan yang terpenjara atas nama budaya jawadan ajaran Agama. Mencoba memberontak dari nilai-nilai yang “mendiskriditkan” kaum hawa, dapat merubah penderitaan menjadi harapan, kelemahan jadi kekuatan. Sekilas penggambaran terhadap sosok Padmini, seorang reformis, bisa jadi memang begitulah adanya dan bisa juga jauh dari nilai-nilai yang coba digambarkan oleh Tri Utami lewat Dunia Padmini. Masih teringat di pikiran ketika pada tahun 2011 novel ini dibedah di kota Malang dan kebetulan waktu itu saya menjadi moderator bedah novelnya. Kebetulan pula pada acara tersebut Agus Sunyoto jadi pembandingnya. Sosok yang “reformis” dalam cerita novel itu menjadi kabur, ketika dalam satu sesion Agus Sunyoto mengatakan “dari judulnya saya bisa menyimpulkan, kalau buku ini adalah buku curhatnya Mbak Tri”. Tanpa mencoba memberikan pelurusan, pembenaran, atau mencoba memberikan pembelaan atas statmen Agus Sunyoto, Tri Utami pun mengangguk sambil tersenyum dan berkata ya, anda benar Pak.

Cerita tentang pembodohan, penindasan perempuan atas nama “Agama dan adat jawa” yang belum berada pada rana kenyataan (mitos), seolah berbalik menjadi kenyataan berbeda, atas penempatan nilai-nilai penghormatan, pemuliaan kepada kaum hawa. Setidaknya hal itu yang diungkapkan Agus Sunyoto ketika menjelaskan wanita dalam bingkai budaya dan agama.

Bukankah kesempurnaan hanya milik Tuhan? Bukankah ketidaksempurnaan adalah sifat manusia? Apalah artinya Tuhan menciptakan mahluk yang bernama Iblis, jika penggambaran dari sifat-sifatnya diejawantahkan dalam tokoh yang tertuang pada sebuah novel yang dianggap tabu, salah, serta menjadi penyebab kemerosotan nilai moral. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Tuhan maha mengetahui sedang kamu (manusia) tidak mengetahui (Qs-Albaqarah: 286)”

Novel, kuasa aturan dalam tanda tanya?

Maindside yang terbangun atas nama moral dan agama dalam melihat novel terbangun sejak kapan? Apalagi saat ini monster bernama draf UU anti pornografi dan pornoaksi seolah-olah menguatkan “duga(an)tara prasangka novel dengan sudut pandang sebagian manusia yang mengatasnamakan moral dan agama.

Undang-undang (UU APP) akan memberangus setiap upaya kebebasan berexpresi, berpikir, berimaji, kedalam pasal-pasalnya yang dapat membelenggu tubuh dan jiwa seorang penulis. Novel akan tercecer terkapar di meja hakim. (Sang hakim akan bebas mengetuk “palu dengan kont(r)ol”-nya). Alur cerita cinta dibumbui sebuah adegan ciuman, perkosaan sebagai penguat tema. Apapun bentuknya. Sudah cukup bagi hakim untuk mengetukan palunya. Apalagi jika penulis menuangkan imajinya untuk melukiskan tentang sosok tokoh yang harus bersetubuh dengan mayat demi sebuah kadigdayan kanuragan, atau menciptakan tokoh seorang pelukis yang gemar melukiskan keindahan ciptaan Tuhan dalam balutan mahluk bernama perempuan yang menampilkan keseksian dan memberikan prespektif baru tentang sosok tokoh yang telah terlanjur di dewakan menjadi jahat atau sebaliknya. Maka semua itu akan menjadi tambang bagi hakim untuk memenggal novel.

Fenomena semacam ini pernah direspon penyair Taufik Ismail dengan Sastra Madzab Selangkangan (SMS) – atau sastra Fiksi alat kelamin (jawa pos 17 juni 2007). Pro kontra muncul dan ramai diperbincangkan saat itu, tentu saja Taufiq Ismail adalah lawan yang berat bagi mereka. Apakah hal ini murni datang dari sebuah keprihatinan atas terpenjaranya alam kebebasan dalam menuangkan expresi berkarya atau mempunyai tendensi lain. Entahlah? Rasanya perlu Saya kutib “Nabi tanpa Wahyu” (halaman 7) Hudan hidayat:

Menyebut Taufiq ismail lebih suka berteriak seolah “nabi tanpa wahyu” yang mengepalkan kepalanya kepada fenomena sastra yang berseberangan dengan dirinya. Maka bagaimana jika Taufik ismail malas berfikir, tapi serentak dengan itu dia gemar menghujat fenomena sastra yang disebutnya SMS dan FAK. Kategori yang dibuat Taufiq  dengan men-stigma SMS dan FAK, menimbulkan pesoaalan dalam memandang sastra, mengacaukan logika sastra. Seperti sms Goenawan Muhammad kepada saya “akan lebih berharga polemic yang timbul bukan seperti teriakan “copet” lonte lu!, atau babi serangan terhadapa satu tendensi dalam sastra akan lebih berharaga jika dikemukakan dengan cara kritik sastra: dengan telaah, argumentasi, penalaran yang kuat dan gaya menulis yang meyakinkan atau menggugah.” Karena itu, bagi saya, mematahkan kecenderungan sastra tanpa telaah sastra, tampak seakan “tujuan menghalalkan segala cara”.

Bisa jadi, pelukisan alur, tema dan tokoh yang diciptakan penulis mempunyai nilai kemanfaatan bagi profesi lain sebagai refrensi. Psikolog misal, atau dokter sampai pun kepada para ulama dan kyai. Apakah ayat Tuhan yang dengan apik dan penuh hikmah tentang kisah kaum “nabi luth” Sodom gomora, Adam dan Hawa yang turun ke dunia dengan selembar daun penutup, yang menggema ratusan tahun, dibabat sang hakim atas nama tegaknya “hidup”. Hidup yang mana? Hidup yang seperti apa? Manusia seolah menjadi Tuhan dalam hal ini, berhak menentukan serta memberikan acuan “baku” terhadap pandangan kebaikan bagi manusia lian, bahkan tak segan menjatuhkan hukuman atas nama “nilai-nilai moral dan agama”.

Yogjakarta 1 Januari 2014
AG. Alif  https://www.facebook.com/kanjeng.tok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar