Jumat, 30 Mei 2014

Ketika Puisi Melawan Korupsi

Alex R Nainggolan *
Analisa,1 Des 2013

SAAT kerumunan berita ikhwal korupsi merebak di negeri ini; saat korupsi menjelma sebuah tradisi di sebuah lembaga negara; saat korupsi terjebak di setiap pribadi – yang mulanya kita percaya jika dia seorang yang jujur; sesungguhnya apa yang terjadi pada mimik bangsa ini? Terkejut dengan penuh denyar yang panjang atau berpura-pura mengamini atas tindakan itu. Seperti sebuah tamparan, korupsi seperti sebuah wabah – yang menjalar, terkadang pula dilakukan secara massal (berjamaah).

Beberapa dari kita seperti dihantui rasa ketidakpercayaan, katakanlah saat seorang yang pernah dipuja -ternyata tak sesuci ucapan ataupun tindakannya- yang pernah kita lihat, dengar atau ketahui sebelumnya. Kita dapati rasa ketakpercayaan terhadap lembaga negara pun makin melebar, membesar – sehingga kitapun terjangkiti phobia yang sama. Tak ada lembaga/individu yang benar-benar bersih.

Puisipun menulisnya. Setiap rangkaian kata-kata yang meluncur dari penyair, mengungkapkan borok korupsi itu. Jika situasi negeri ini tengah genting, gawat dan kolaps. Puisi seperti menyibaknya, dengan sejumlah asumsi – setidaknya turut pula membeberkan setiap fragmen, rangkaian dari korupsi itu.

Dapatkah puisi merampas itu semua? Katakanlah menjelma sebuah ”teguran” lewat untaian makna terbalut di dalamnya, mungkin pula sekadar menyentil sisi-sisi kemanusiaan. Dengan kata lain, teks puisi-puisi ihwal korupsi semacam sebuah upaya untuk mengingatkan kita dari ”lupa” yang panjang. Mampukah puisi melawan korupsi? Setidaknya lewat untaian diksi yang mengudap di dalamnya, puisi semacam sebuah penanda. Penanda yang setia bagi zamannya, barangkali pula merupa cermin, bagi kehidupan manusia.

Semacam apa yang dikerjakan oleh Sosiawan Leak – koordinator gerakan puisi menolak korupsi, dengan menerbitkan antologi puisi. Kitapun berhadapan dengan sejumlah kerumunan kata – seperti ingin menghardik, memaki, berteriak atau sekadar menyentil perilaku para koruptor. Antologi puisipun terbit, puisi yang menolak korupsi – terdiri dari dua buku jilid kedua a dan b.

Di kumpulan puisi ini, beragam kata ihwal korupsi singgah. Mungkin puisi-puisi itu menawarkan sebuah kisah, yang ujungnya meminta kita berbenah. Kembali memikirkan negara ini yang tengah sekarat dihujani budaya korupsi. Simak bagaimana Sosiawan menulis di sampul belakang buku: Kini, biografi korupsi makin berseri. Terlebih saat manunggal dalam jiwa & tubuh kekuasaan. Dia rajin mengumpulkan serpihan biografi yang selama ini bertebaran. Serpihan-serpihan itu meramu diri menjadi kesatuan yang utuh, kuat, saling berkait & berkelindan. Ketika menyelinap ke tubuh kekuasaan tak lagi sekadar menjadi spirit, bahkan telah malih rupa sebagai sifat; jelmaan kekuasaan semata…

Memang dalam wilayah kekuasaan (negara), korupsi paling banyak menjangkiti. Terlebih lagi mental yang bobrok, sehingga membuat para individu yang bergelimang di dalamnya menjadi silau. Uang pun didewakan, dijarah – tak peduli bukan haknya sendiri. Rumitnya dinding birokrasi semakin menebalkan batasan itu. Dan yang hadir ialah anggaran ”bodong”, tandatangan tender tidak pernah jelas, ataupun segala hal fiktif yang disulap dengan lembaran kuitansi. Setelah itu, hasilnya memang masuk ke kantong pribadi dengan memperkaya diri sendiri.

Di wilayah cemas yang ganas itulah, puisi-puisi dalam antologi menolak korupsi berwujud. Sejumlah penyair menawarkan rasa empati terdalam – mereka rasakan. Barangkali lewat pelbagai berita yang hadir, bisik-bisik, ataupun fakta yang mereka temukan di keseharian. Dalam tipisnya dinding imajinasi dan fakta yang tertuang pada setiap puisi, mereka seperti menghidupkan sebuah ”jarak” terhadap korupsi itu sendiri. Berupaya agar tidak masuk ke sisi personal setiap individu.

Puisi adalah rangkaian imajinasi. Setiap pilihan kata, jeda antarkalimat merupakan sebuah kesatuan yang menciptakan dunianya sendiri. Penyair dalam ruang kesadaran batinnya, akan bergerak mengambil sekelumit jarak. Untuk merefleksikan semua daya yang pernah singgah dalam hidupnya.

Dalam dunia puisi yang dibentuknya, penyair mengolah timbunan tragedi, kenangan, separuh napas kesunyian, atau pernyataan hidup yang getir. Untuk sebuah cinta, puisi dapat menyentak, jika hidup tak melulu dipandang hitam putih, ada yang kelabu (sebagaimana tertuang dalam sajak-sajak Goenawan Mohammad).

Di sinilah sayap imajinasi puisi bergerak. Menciptakan gejala hubungan timbal-balik terhadap kehidupan itu sendiri. Saya tak bermaksud mengungkapkan teori, bagi saya teori hanyalah cecapan lidah, terkadang abai untuk dipraktekkan secara menyeluruh ketika berhadapan dengan karya sastra.

Membaca sastra adalah membaca “rasa” yang seringkali berhadapan dengan sisi subyektif. Meskipun sebagai pembaca dibekali dari pengetahuan yang sebelumnya. Imajinasi yang hadir dalam kumpulan puisi ini, memberikan sebuah “sketsa” lain – persentuhan antara imajiansi dengan realitas yang ada. Walaupun sebagian besar puisi dalam antologi ini aroma peristiwa (berita/realitas) begitu kentara.

Simaklah bagaimana Acep Zamzam Noor mengisahkannya: Ada banyak cara/Untuk bisa keliling dunia/ Salah satunya/Karena dikejar KPK// Ada banyak cara/ Untuk menangkal tuduhan korupsi/ Salah satunya/ Bersedia digantung di Monas// (hal. 37; Puisi Menolak Korupsi 2 a). Atau Isbedy Stiawan ZS yang mernulis akhir puisinya dengan sentakan yang parau: kau tak pernah akan mengerti anakku,/ kenapa ayah korupsi, kecuali ibumu yang tahu/ atau perempuan-perempuan yang kutemu di jalan/ mau pun kamar hotel…// (hal. 9; Puisi Menolak Korupsi 2 b).

Antologi puisi ini terbit dalam dua jilid. 2 a & 2 b; sebuah literer kata-kata yang panjang. Kumpulan yang memberikan semacam ”kabar” – jika korupsi telah menjadi tradisi yang bebal di negeri ini. Ditulis oleh 197 orang, yang setidaknya memberikan sejumlah gambaran bila korupsi telah memasuki wilayah yang sangat kritis di negeri ini. Suatu keadaan membuat citra negeri ini seperti tergadai, tak bisa bangkit lagi. Bahkan lebih gilanya lagi, korupsi muncul menjadi lintah – yang tak pernah kenyang untuk mengisap uang negara. Dengan berbalut pada sejumlah tender proyek, dana fiktif anggaran, seperti sebuah akar yang kuat di setiap lembaga negara. Akar yang mesti ”diamputasi” – tapi nyatanya muncul oknum-oknum yang membuat terperangah ihwal perbuatan korup-nya.

Puisi-puisi yang hadir memang sebentuk upaya untuk mengingatkan. Sekadar menepuk wilayah kesadaran setiap orang – dengan balutan realitas yang terjadi supaya tidak tercebur ke dalamnya. Jika korupsi, ternyata lebih berbahaya dari narkoba. Yang mematikan daya hidup sampai ke anak cucu.

Setiap nominal hasil korupsi, sesungguhnya berasal dari tetes keringat orang banyak. Hak orang yang digunting – padahal dalam kondisi yang sangat membutuhkan. Ihwal ”ketegaan” inilah yang menjangkiti perilaku para koruptor. Seakan-akan tak memiliki hati nurani.

Di antara kebobrokan masalah korupsi inilah, dengan kondisi yang mencemaskan puisi-puisi ditulis. Ia semacam obat, mungkin – untuk membuka semua topeng yang melingkupi keadaan sekarat negeri ini. Tentu harapannya, negeri ini tak segera tamat. Setidaknya, puisi-puisi ini dapat menjadi cermin diri, yang menjadikan pakem saat melakukan suatu tindakan. Menjadi tanda arah bagi generasi selanjutnya. Meskipun, ungkap Sutardji Calzoum Bachri dalam puisi ”Jembatan”: Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata bangsa// (hal. 282; Puisi Menolak Korupsi 2 b).

*) Alex R Nainggolan, penikmat puisi, tinggal di Poris Plawad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar