Kamis, 30 Mei 2013

TEATER YANG TAK ASOSIAL (Dari Festival Teater Arena Se-Jawa Timur)

Sosiawan Leak
Jawa Pos, 20 Jan 2013

Sudah satu jam petang menyergap kota Jombang. Saya dibonceng motor butut oleh seorang panitia yang baru saja saya kenal saat penjemputan. Saya tak paham jalan-jalan yang kami lewati dengan lebih banyak diam. Sejak jumpa di terminal kota, tak banyak pembicaraan saya lakukan dengan sang panitia yang berpenampilan khas seniman (gondrong, awut-awutan, pakaian serampangan, berselempang tas entah apa isinya). Tak lama, kami segera meninggalkan keramaian kota, menyusuri jalanan berkwalitas kampungan; becek dan lebih kerap ditabur gelap, katimbang gemerlap lampu kota.

Usai dipusing route yang penuh pertigaan dan perempatan, serta belokan ke kiri dan kanan, kami segera masuk wilayah pedesaan. Bau tanah basah usai hujan berbaur dengan aroma sawah, kebun dan ladang. Suasana pedesaan dengan nuansa pesantren mengentara. Adzan bergema dari setiap masjid yang kami lalui, juga orang mengaji atau melantunkan pujian dengan pengeras suara.

Mulailah kami masuk ke jalanan dusun dan desa, hingga sampai di keramaian pasar malam (dalam arti yang sebenarnya). Berawal dengan portal seadanya (kursi, bangku dan bambu melintang) dengan dua orang bersarung dan berpeci sebagai penjaga. Beda dengan yang mereka lakukan kepada pengunjung lain, kami dipersilahkan langsung melaju dengan mesin motor tetap menderu. Dari komunikasi selintas yang dilakukan penjemput saya, mengisyaratkan bahwa mereka menaruh hormat dan sangat mengenal penjemput saya.

Selebihnya saya disuguhi keramaian bazar aneka makanan, minuman dan pakaian dari berbagai stand. Berjibun arena bermain anak-anak serta para penjual cd melengkapi keriuhan dengan musik yang mereka putar dengan keras. Semua berbaur dengan aneka penawaran dari mikrophone beraneka kwalitas.

Saya jadi ragu bahwa saya diundang sebagai juri Festival Teater Arena Se-Jawa Timur 2012. Imajinasi saya tentang peristiwa teater yang ekslusif, kaku, dan kontemplatif pecah berkeping-keping. Bayangan saya soal peristiwa teater yang biasanya di gedung, terkucil, hening tanpa keriuhan sosial, goyah!

Sejujurnya, saya termasuk orang yang selalu berharap bahwa peristiwa teater tak semestinya a-sosial. Ia adalah bagian dari kehidupan riil masyarakat, berikut interaksi sosial yang terjadi saban hari. Itulah kenapa saya kerap merindukan pertunjukan teater kita (sebagaimana tradisi seni peran dulu) lazim digelar sebagai bagian dari ritual masyarakat. Sebagaimana pergelaran ludruk di arena hajatan perkawianan, sunatan atau syukuran. Sebagaimana pementasan kethoprak di arena persawahan usai panen raya. Pun seperti tarian dan tetabuhan yang diperontonkan di perempatan jalan sebagai acara utama bersih desa.

Belum habis penasaran saya atas keramaian yang tidak biasanya melengkapi hajatan suatu festival teater, motor yang kami kendarai berhenti di gerbang MTs Al-Ihsan Kalijaring yang bernuansa pesantren. Saya berjalan masuk ke tengah lapangan yang dikelilingi bangunan bertingkat. Di lapangan itulah berdiri tenda besar yang di bawahnya digunakan sebagai stage berkonsep arena, di kelilingi kursi panjang dan bangku yang biasa digunakan para siswa. Semua di tata rapi berorientasi tapal kuda, mirip mirip di gedung teater arena.

Di stage sederhana beralas paving yang baru dibangun sehari sebelumnya itulah, belakangan beraksi 15 kelompok teater dari Madura, Kediri, Tuban. Blitar, Mojoagung, Surabaya dan Jombang dengan berbagai konsep garapan dan naskah lakon beraneka. Sementara jauh di belakang penonton bagian kanan diesel penyedot air berikut selang besar disiagakan untuk mencegah air menggenang jika sewaktu-waktu hujan datang.

Mereka tampil sejak 18 hingga 20 Desember 2012, tanpa mempedulikan ancaman cuaca utamanya hujan. Juga tak peduli soal waktu pentas entah pagi, siang atau malam. Begitu giliran tiba, mereka tampil dengan intensitas permainan berikut unsur-unsur pertunjukan yang mereka kuasai.

Sebagaimana “Sang Ritual” yang dimainkan Teater Kertas Madura. Menggarap pertunjukan beridium gerak dan wujud-wujud artistik perangkai berbagai simbol menyoal proses kehidupan manusia, mereka menyandarkan seluruh narasi cerita via intensitas permainan para aktornya. Berbagai pola gerak dan eksplorasi artistik menjadi pilihan utama kelompok ini untuk berujar. Para pemain berkostum minimalis selalu berlumur cairan sesuai dengan karakter yang mereka mainkan. Ada yang berlulur lem mengkilat, berbalur zat pewarna, bahkan ada yang dibungkus plastik transparan saat menggambarkan proses kelahiran. Kelompok ini menyadari benar bahwa kekuatan mereka ada pada intensitas para pemain dalam mempresentasikan alur teatrik melalui gerak dan efek artistik secara ekspresif. Itulah kenapa mereka nekad menyajikan secara ekstrim namun tetap komunikatif. Sehingga interaksi dengan penonton (sebagai konsekwensi logis sebuah peristiwa teater) tetap terjaga. Di samping kelompok itu, ada pula Teaterku Unitomo yang bermain simbolik, namun mengkomplitinya dengan bahasa verbal.

Teater “S” Jombang menyajikan “Bapakku Koruptor” lewat tradisi ludruk dikawinkan dengan pengadeganan seni peran (teater) modern. Para aktor bermain longgar di tengah tata artistik (utamanya setting) berkonsep modern. Dengan memakai sejumlah gunungan raksasa bolak-balik berbeda gambar, mereka mempresentasikan penanda ruang dan waktu yang berbeda lewat beragam tata letak dan komposisinya. Tragedi yang dirasa oleh anak seorang koruptor lantaran terhina, berpilin berkelindan dengan celetukan komedis baik yang berasal dari penonton maupun improvisasi para aktor yang merespon atau lantaran tuntutan pertunjukan. Hingga imajinasi terbentuk lentur antara realitas teatrik (alur yang dimainkan) dengan realitas sosial (peristiwa pertunjukan) yang seolah tak berjarak. Kekuatan mencampur kedua hal itulah yang berhasil diolah maksimal oleh kelompok yang acap menang lomba ludruk tersebut.

Teater MGMP Bahasa Jawa Jombang, bahkan tampil murni besutan berikut segala unsur dan pakemnya. Sesuai dengan muasalnya, kelompok ini mengangkat tema perkelahian pelajar yang dibingkai dalam kisah klasik asmara antara Besut dan Rusmini yang dihalangi Jamino.

“Padhang Bulan” yang dimainkan Teater Semak-semak Tuban juga mengadopsi konsep seni tradisi (sandur) dalam pertunjukan mereka. Kelompok ini bahkan merasa perlu membuat instalasi berupa sebatang bambu yang berdiri menjulang di tengah arena. Di sanalah semua aktivitas pertunjukan dipusatkan. Mulai dari prolog, ritual doa, tari-tarian, hingga tempat keluar masuk para tokoh saat alur dramatik dicangkokkan. Bedanya, kelompok ini mengupas tema perubahan lingkungan dan transformasi sosial dengan style serius berhias ketegangan pada setiap konflik dan pengadeganannya.

Sangat berbeda dengan “Pak Walikota” dan “Ledek Jimbe” (masing-masing ditampilkan Teater Kawula Alit Blitar dan Teater KSP Blitar) yang memformat pertunjukan dalam ranah komedis dan komunikatif. Kedua kelompok ini juga “memeras” seni tradisi sebatas sebagai spirit yang tak mesti dimunculkan pakemnya secara verbal.

Menarik untuk dicatat adalah publik yang menyaksikan di hampir semua pertunjukan. Secara kwantitas mereka selalu hadir melebihi meja dan kursi yang disediakan. Mereka datang dari kalangan pelajar, guru serta warga setempat (anak-anak, remaja & orang tua) hingga para perangkat desa. Apresiasi mereka baik menyoal permainan, perangkat artistik, unsur-unsur pementasan maupun tema yang disajikan patut diacungi jempol. Semua respon yang mereka lontarkan selalu bersumber dan terkait dengan pementasan. Relevansi antara celetukan, ekspresi wajah dan gerak-gerik penonton dengan alur dramatik dan suasana di pementasan selalu terjalin secara naluriah. Tak ada hal-hal yang bersifat intruksional baik berupa tulisan atau pengumuman lisan dari panitia, sebagaimana lazim kita temua di festival-festival teater semacam itu.

Menyatunya realitas sosial (penonton) dengan realitas teatrikal (pementasan) menjadi indikasi tersendiri bagi keberhasilan peristiwa teater dalam festival tersebut. Event yang menunjukkan bahwa aktivitas kesenian tak tergantung kepada definisi “panggung” yang kerap direduksi oleh keberadaan gedung kesenian berikut standard perangkatnya yang tak membumi. Event yang menunjukkan bahwa masyarakat ternyata mampu berinteraksi dengan berbagai simbol dan ekspresi seni yang dilakukan dengan intens dan berkesungguhan.

Meski begitu sebagaimana event festival, saya selaku juri bersama Zaenuri (teaterawan dari Surabaya) dan Catur (kepala desa dari Jombang), tetap berkewajiban merujuk Teater Kertas Madura, Teater “S” Jombang dan Teater KSP Blitar masing-masing sebagai Penampil Terbaik untuk Tingkat SMP, SMA dan Umum. Di samping penghargaan Ilustrasi Musik Terbaik untuk Teater Purnama Mojoagung, Artistik Terbaik untuk Teater Kertas Madura, Sutradara Terbaik untuk Teater Semak-semak Tuban, M Achis R (Teater “S” SMAN Jombang) sebagai Aktor Terbaik, dan Titis (Teater KSP Blitar) sebagai Aktris Terbaik.

*) Sosiawan Leak, teaterawan & penyair tinggal di Solo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar