Kamis, 30 Mei 2013

Santet, Musik dan Narasi Kultural

Aris Setiawan
Jawa Pos, 27 Maret 2013

Santet, diksi dan kata sederhana yang sudah akrab bagi telinga masyarakat Indonesia. Santet secara sederhana merupakan sebuah usaha untuk mempengaruhi psikologis dan fisik atau memasukkan benda-benda tertentu pada tubuh seseorang. Santet subur bertebaran di Nusantara. Bahkan keberadaannya sudah kekal sebelum negeri ini merdeka. Santet tak semata sebuah aktivitas magis, namun darinya banyak menarasikan simbol-simbol kultural.
Uniknya, isu tentang santet beberapa waktu belakangan ini menyeruak kepermukaan. Indonesia darurat santet. Begitu pentingnya pembahasan tentang Rancangan Undang-Undang Santet, sampai-sampai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) harus melakukan studi banding ke Eropa. Namun, pada konteks ini penulis tak hendak berusaha menjawab legal-formalnya keberadaan santet di Indonesia, terutama dari kacamata hukum. Penulis justru tertarik bagaimana santet sejatinya telah turut mewarnai, merintis dan membentuk wajah kebudayaan (musik) di Indonesia.

Medium Bunyi

Santet di Nusantara memiliki berbagai medium yang menghubungkan antara penyantet (pelaku) dengan orang yang disantetnya (korban), tak terkecuali lewat bunyi. Di daerah Taeh Barueh Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, aktivitas dalam “mempengaruhi” seseorang bukanlah menggunakan senjata tajam atau sejenisnya, namun dengan Saluang Sirompak, alat musik tiup dari bambu dengan lima lubang. Kala cinta ditolak, sirompak bertindak. Nil Ikhwan lewat tulisannya Proses Magis Sirompak (2003) menjelaskan bahwa alat musik ini menjadi medium bagi seorang laki-laki yang dipermalukan oleh wanita karena cintanya ditolak. Dengan membawa syarat-syarat tertentu, laki-laki yang sakit hati itu kemudian mendatangi peniup Saluang Sirompak. Alat musik itupun dibunyikan. Tak lama berselang, si gadis akan tergila-gila pada laki-laki yang awalnya ditolak. Bahkan tak jarang, si gadis menjadi gila dalam arti sesungguhnya, tergantung dari kadar sakit hati yang diderita pihak laki-laki. Aktivitas ritus inipun semakin jarang dilakukan, terutama sejak Islam menjadi agama mayoritas masyarakat Sumatera Barat (Roni Febriandi, 2009).

Pada suku Dayak di Kalimantan juga begitu lekat dengan garantung (sejenis instrumen gong). Instrumen musik yang tak semata menjadi selebrasi profan, namun kental dengan aroma mistisnya. Alat musik berpencu itu menjadi medium yang menghantarkan manusia di bumi untuk menjalin hubungan dengan arwah-arwah leluhur. Garantung senantiasa menemai para Balian (dukun adat atau pemimpin upacara) dalam setiap ritus sakral. Lewat instrumen itu, para arwah leluhur akan melindungi anak keturunannya dari segala marabahaya, termasuk santet. Garantung ada dalam setiap prosesi penyembuhan bahkan bagi kematian seseorang. Garantung menjadi benda berharga sekaligus mistis. Tak semua orang berhak memiliki dan membunyikan. Hanya orang-orang terpilih dan dianggap mempunyai kemampuan kasat mata yang berhak.

Begitupun di Sulawesi, tepatnya masyarakat Kaili di Kabupaten Donggala dan Poso. Mereka menganal Lalove, instrumen tiup yang digunakan oleh para pemimpin upacara untuk memanggil arwah atau roh tertentu. Dengan mendengarkannya, tak jarang seseorang akan kesurupan, marah-marah bahkan hilang kesadaran. Instrumen ini memiliki arti penting dalam menarasikan arti sakral dan magis. Lalove juga menjadi medium yang menyembuhkan seseorang dari pengaruh-pengaruh ilmu negatif. Sebelum Islam masuk di Poso pada abad ke-17, aktivitas ritus lalove masih begitu lekat dengan kehidupan masyarakat Kaili. Walaupun saat ini, instrumen tersebut telah dianggap sebagai alat musik semata, namun darinya mampu mengguratkan kisah-kisah kebudayaan dan sejarah peradaban masyarakatnya.

Di Jawa barangkali lebih banyak lagi. Banyak instrumen musik yang dianggap sakral. Gong Sekaten misalnya, dianggap membawa petuah dan menghindarkan seorang pembawa saji dari rentetan marabahaya. Oleh karenanya, nama gong pun tak main-main, disebut “kyai” atau “nyai” (pemberi berkah). Berbagai warna dupa, kemenyan dan sesaji senantiasa menyertai keberadaannya. Selain itu, ada juga yang disebut sebagai Gending Gadhung Melati, gending sakral yang konon diciptakan oleh Nyi Roro Kidul. Barang siapa membunyikannya tanpa berpuasa atau memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, niscaya akan mengalami nasib sial, sakit bahkan kematian. Kepercayaan ini masih dipelihara hingga kini, terutama bagi masyarakat Jawa yang erat bersentuhan dengan dunia keraton.



Narasi Kultural

Santet banyak berbicara akan denyut kebudayaan bangsa Indonesia. Medium yang digunakan kadang tak semata silet, paku dan jarum atau benda-benda tajam yang selama ini kita kenal. Santet justru dengan lantang mengukuhkan jati diri yang mampu menjawab pertanyaan “siapa kita sebenarnya”. Aktivitas mistis ini mampu melukiskan keberadaan musik tradisional, bahasa tradisional, pakaian tradisional, bahkan senjata-senjata tradisonal. Bahasa santet adalah bahasa ibu yang hanya dimengerti oleh penganut kepercayaan di daerahnya. Bunyinyapun adalah instrumen musik tradisional (seperti penjelasan di atas), sebagai katalisator yang menghubungkan pelaku dengan ruang imajinasi mistis yang dipujanya. Sementara pakaian dan senjata tradisional adalah dua unsur yang kadang lekat dan tak mampu dipisahkan. Keris, rencong, pedang, tombak justru dapat dengan lentur kita lihat dalam budaya santet di Indonesia, di mana benda-benda itu kini sedikit demi sedikit telah lenyap dari peredaran.

Membicarakan santet berarti mendedah kebudayaan dan peradaban bangsa. Namun, melogikan sesuatu yang tak logis bukanlah pekerjaan mudah, butuh intensitas perumusan yang panjang. Pertanyaannya kemudian, sudahkah ahli-ahli santet Nusantara diundang untuk turut serta merumuskan rancangan undang-undang persantetan itu. Siapa ahli santet itu? Dukun? Pemain musik sakral? Atau pembawa keris dengan kemenyan? Penaruh dupa di Gong? Terminologi santet dan pelaku saja masih belum jelas, bagaimana kemudian hendak membakukannya. Di atas adalah salah satu gambaran singkat, bagaimana aktivitas yang disebut santet itu tak semata melibatkan unsur atau pihak yang salah dan benar, namun lebih dari itu, santet telah besentuhan mesra dengan kebudayaan tradisi di Indonesia, terutama musik.

Sayang, pikiran-pikiran jernih dalam memandang santet dalam sisi yang berbeda belum sepenuhnya muncul. Kita masih melihat santet dalam kisaran untung rugi, belum menelisik lebih jauh sebagai sebuah peristiwa budaya yang pada ruang-ruang tertentu kehadirannya masih sangat dibutuhkan. Kajian tentang santet memang masih jarang dilakukan, tak lain karena aktivitas itu bersentuhan dengan sesuatu yang di luar nalar. Namun melihat medium, alat dan syarat yang digunakan adalah simbol-simbol penting kebudayaan yang saat ini sayup-sayup semakin tak mampu lagi dijumpai. Santet adalah peristiwa budaya yang harusnya dapat dikaji dan dianalisis dengan mendudukkan pelaku sebagai subjek kajian. Lucunya, para pejabat Senayan justru harus belajar mengenal santet di Nusantara dengan berkunjung ke dunia penuh logika (Eropa).

Saran Saya, berkunjunglah para pejabat DPR ke daerah-daerah basis ritus itu diberlangsungkan. Maka terminologi santet yang selama ini menghantui kita mungkin akan sedikit memudar. Karena niscaya di balik sisi negatif yang menyeruak, kita akan menemukan Indonesia di dalamnya. Dan harusnya tak usah repot-repot membuat undang-undang, karena urusan santet adalah urusan rasa bukan logika. Menikmati santet, saya justru tertarik dengan kelindan bunyi-bunyian sakral itu, senjata tradisional itu dan tentu saja bahasa tradisionalnya. Menarik kiranya jika simbol-simbol itu kita kaji dan dituangkan dalam analisis akademik yang lebih intelektual. Hal ini tentu akan lebih bermanfaat dari pada mencari sesuatu yang tak bisa digapai.

*) Aris Setiawan, Etnomusikolog, Pengajar di Institut Seni Indonesia Surakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar