M. Mustafied *
nu.or.id 17/06/2012
Di pesantren, bahasa Arab merupakan salah satu materi pokok pembelajaran. Hal ini dilatarbelakangi paling tidak oleh tiga hal. Pertama, teks-teks kunci yang dipelajari di pesantren, dalam semua fan ilmunya, rerata masih menggunakan literatur berbahasa Arab.
Kedua, sumber paling dasar dan otentik ajaran pesantren, yakni Al-Qur’an, Hadist, dan Atsar (opini) Sahabat, juga menggunakan bahasa Arab. Ketiga, dalam Surah Yusuf Ayat ke-2 ditegaskan oleh Allah Swt, bahwa kitab suci umat Islam memang diturunkan dalam bahasa Arab. Penegasan ini secara sosiologis melahirkan dimensi teologis di mana mempelajari bahasa Arab bukan seperti mempelajari bahasa asing lainnya, namun ada dimensi “transendental”, dengan kata lain bagian dari ibadah.
Yang menarik, dan banyak disadari berbagai kalangan, materi pembelajaran bahasa Arab menggunakan teks yang disusun dalam bentuk –sekaligus juga metode– sastrawi, yakni puisi atau nazdoman (syi’ir).
Hal ini adalah sesuatu yang tidak ditemukan di komunitas maupun institusi pendidikan keislaman lain di Indonesia. Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah, Maqshud, Jauharul Maknun, hanyalah sebagian kecil contoh teks standar yang dipakai pesantren dalam mempelajari gramatika bahasa Arab.
Keberhasilan menghafal bait-bait syair dalam kitab-kitab tersebut merupakan prestasi tersendiri di mata santri. Bagi komunitas lain, menghafalkan hal tersebut barangkali akan menguras energi tersendiri.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tradisi sastra di pesantren sangat kuat, paling tidak dalam salah satu genre sastra, yakni puisi. Setahu saya, tidak ada satupun bahasa di dunia ini dirumuskan dan diajarkan dalam bentuk puisi secara utuh. Banyak pemikir dunia menggunakan puisi atau genre sastra lainnya seperti novel sebagai arena mengekspresikan gagasan mereka, namun tidak dalam konteks pembelajaran bahasa.
Jika dilihat lebih jauh, bukan hanya gramatika bahasa Arab, namun disiplin ilmu lainnya seperti akidah, syariah, tarikh, sampai tasawwuf, tidak jarang menggunakan genre puisi. Pada sisi lain, harus diakui, karya sastra seperti cerpen (qishoh qoshiroh), novel (riwayat), sangat jarang ditemukan di pesantren. Yang paling mendekati adalah semacam hikayat (cerita pendek yang mengandung hikmah).
Sementara karya-karya tassawuf besar yang ditulis dengan keindahan sastrawi tingkat tinggi seperti karya-karya Imam Qusyairi, Rumi, Imam Bushiri, lebih dikategorikan sastra sufi, sesuatu yang disebut Danarto sebagai genre tersendiri.
Barangkali dari khazanah di atas kemudian muncul istilah “sastra pesantren”. Sebuah istilah yang masih dalam perdebatan baik dalam kalangan pesantren maupun luar. Bagi yang setuju dengan istilah sastra pesantren, dapat dipetakan dalam beberapa hujah.
Pertama, pesantren memang kaya dengan tradisi sastra seperti diuraikan di atas. Hal ini lebih menunjuk pada konsumsi sastra oleh kalangan pesantren. Konsumsi sastrawi ini, yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, ketika dieksternalisasikan (diterjemahkan, dipentaskan, dinikmati publik) tersisa impresi sastrawi yang sublim dan mendalam. Kedua, banyak sastrawan lahir dari latar belakang sosio-religio-kultural pesantren. Karya sastra mereka sedikit banyak dipengaruhi oleh dunia pesantren sebagaimana terekspresikan dalam struktur psikologi dalam karya maupun settingnya.
Ketiga, sastra pesantren membedakan dengan dirinya dari sumber dan kandungan nilai yang hendak disampaikan kepada publik. Keempat, banyak karya sastra lahir dari dunia pesantren.
Sementara bagi yang tidak setuju membangun alasan sebagai berikut ini. Pertama, apa yang dimaksud dengan tradisi sastra di pesantren tidaklah berbeda dengan genre sastra konvensional. Artinya, sastra pesantren belumlah sampai pada pembentukan satu genre tersendiri, sehingga dapat mengidentifikasi diri sebagai sastra pesantren. Bahkan, produk sastra yang disebut sebagai sastra pesantren seperti Alfiyyah merupakan karya ulama luar, bukan dari pesantren sendiri.
Kedua, para sastrawan yang berlatar belakang pesantren adalah mereka yang mengalami proses dan pematangan sastrawi di luar habitus pesantren. Pesantren sebatas latar sosial, sementara proses kreatif itu lebih banyak dibentuk dalam interaksinya dengan elemen-elemen luar pesantren, atau institusi lain.
Ketiga, setiap karya sastra selalu memuat pesan, baik nilai, gagasan, ideologi, maupun kepentingan tertentu. Pendek kata, nilai yang tersirat bukanlah semata-mata khas pesantren. Keempat, banyaknya karya sastra dari pesantren hanyalah atributif, sebagaimana bisa juga dilekatkan pada sastra universitas, dan lainnya.
Tulisan sederhana ini tidak ingin masuk dalam debat tersebut. Bagi penulis, dalam derajat tertentu, tidak dibutuhkan identifikasi khusus sastra pesantren. Justru yang terpenting adalah menyadari bahwa susastra pesantren telah mempengaruhi sejarah panjang sastra Nusantara. Pengaruh tersbeut bukan hanya di ranah istilah (kasidah, burdah, hikayat) namun juga kandungannya.
Tulisan pendek ini hanya akan memberikan beberapa catatan. Pertama, pada periode tertentu, terutama, abad 18-19, telah muncul berbagai ajaran pesantren yang ditulis dalam bentuk puisi, baik itu berbahasa Arab maupun lokal.
Para penulis tersebut boleh dikatakan sepenuhnya murni produk proses pendidikan pesantren. Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari mengarang kitab al-Nurul Mubin, KH Abdul Hadi Zahid Langitan menerjemahkan kitab Qashidah al-Munfarijah dengan model kitab makna gandul, Mbah Kiai Dimyathi Tremas mengarang syair al-Asmaul Husna, seorang ulama asal Banjarmasin bernama Ahmad Jamhuri juga menulis syair Kanz al-Asna. Di Cirebon, Kiai Nur Khalish Hannan dari Ponpes Al-Hikmah, menulis nadzam 99 al-Asmaul husna. Itu sekedar contoh, yang tidak disebut lebih beragam dan lebih banyak.
Kedua, saat ini telah muncul karya sastra, baik puisi maupun novel, juga humor, yang lahir dari generasi muda pesantren. Karya-karya yang diterbitkan beberapa penerbit seperti Matapena, Diva, dan lainnya, secara jelas menggambarkan arus tersebut.
Meskipun, sekali lagi, proses mereka tidak hanya diperoleh di pesantren. Namun karya mereka telah menunjukkan sebentuk transformasi dari produk pada abad 18-19 tersebut. Dua hal yang mencirikan karya ini adalah latar sosial pesantren yang khas, dan nilai dasar yang hendak disampaikan. Silakan tengok karya-karya, misalnya Acep Zamzam Noor, D. Zawawi Imron, Hamdi Salad, Mathori A Elwa untuk puisi. Ahmad Tohari, Gus Mus, untuk novel, dan cerita pendek.
Ketiga, jika melihat struktur kurikulum, fokus utama pengajaran pesantren saat ini bukanlah pada aspek sastrawinya, namun pada aspek kebahasaannya. Hal ini barangkali juga menjadi penjelas kenapa modal sosial dan kultural pesantren belum juga mengarah ke pembentukan genra sastra khas pesantren. Hanya saja timbul pertanyaan, mengapa pesantren di era abad 18-19 berhasil melahirkan ulama-ulama produk murni pesantren dengan karya sastra yang bernilai tinggi, sedangkan saat ini cukup jarang? Sebagai pengecualian langka dapat disebut, seperti KH Sahal Mahfudz, yang menulis beberapa karya puisi seperti al-Tsamarat al-Hajiniyyah yang berisi 166 bait yang menjelaskan dasar-dasar fiqih.
Keempat, terlepas dari realitas di atas, pesantren merupakan ruang sosial-budaya, di mana modal sosial bersastra begitu kaya dan merasuk hingga sumsum kesadaran terdalam para santri. Di pesantren, tiada hari tanpa berpuisi. Dari pelajaran sampai berdoa pun kaya akan nuansa sastranya. Bermunajat di keheningan malam selalu sambil melafalkan bait-bait indah. Artinya, pesantren pada dasarnya sangat berpeluang menjadikan dirinya sebagai institusi yang produktif dalam menghasilkan kaya sastra.
Dalam konteks ini, politik identitas sastra pesantren tidak lagi relevan. Proses sejarah yang akan menjawab akan ke mana pada akhirnya tradisi sastra di pesantren. Jika pada akhirnya membentuk sebuah genre tersendiri, maka publik dengan sendirinya akan mengakui adanya sastra pesantren.
Jika tidak, tanpa menggunakan istilah tersebut, publik juga paham dan mengakui kontribusi pesantren dalam sastra dan perannya menjaga identitas sastra nusantara.
Untuk mewujudkan hal ini memang dibutuhkan sekian prasyarat. Prasyarat paling pokok adalah dua hal. Pertama, atmosfer akademik pesantren harus mampu menumbuhkan sekian kegelisahan ketika bersentuhan dengan realitas sosial. Kegelisahan adalah pertanda bekerjanya respons kreatif manusia terhadap berbagai anomali dan krisis sosial di lingkungannya. Tanpa kegelisahan mustahil lahir pemikiran besar.
Kedua, pengajaran bahasa Arab harus lebih disetimbangkan dengan pengajaran sastranya, sehingga santri memiliki kemampuan teknis berkarya sastra secara kreatif.
Titik temu akan kegelisahan santri dan kemampuan bersastra berpotensi melahirkan sastrawan-sastrawan besar dari pesantren dengan ide-ide transformatif dari pesantren. Kondisi objektif realitas sosial sangat membutuhkan arus sastra baru di tengah arus budaya pop yang hedonistik dan sekularistik (menjauhkan publik dari nilai-nilai profetik), dan materialisme kebudayaan yang menggerus tugas liberasi dan pencerahan sastra. Sastra pesantren merupakan salah satu kemungkinan yang paling mungkin diharapkan.
*) M. Mustafied, Pengasuh Pesantren Global Pelajar-Mahasiswa, PP Aswaja Nusantara, Mlangi Yogyakarta.
Dijumput dari: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,50-id,38393-lang,id-c,esai-t,Pengajaran+Bahasa+dan+Sastra+di+Pesantren-.phpx
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar