Rabu, 20 Februari 2013

Semangat Indonesia Seorang Intelektual Kampung

Sapto HP
Antara, 5 Feb 2013

Buku “Burung Burung Cakrawala” karya Mochtar Pabottingi membawa ingatan kepada kekuatan lagu “Tanah Airku” dan “Rayuan Pulau Kelapa” dalam menanamkan kecintaan pada Indonesia.

Lagu karya Ibu Sud dan Ismail Marzuki tersebut menggambarkan Indonesia sebagai negeri tempat kembali setelah menjelajahi negeri-negeri mashyur.

Seperti gambaran dari kedua lagu itu, Mochtar Pabottingi juga selalu pulang ke Indonesia setelah berkelana ribuan kilometer ke Amerika Serikat walau tawaran untuk menetap di negeri impian itu menggoda batinnya.

Mochtar dikenal sebagai peneliti politik di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jauh sebelum itu, dia menghasilkan puisi dan cerpen yang disiarkan di sejumlah penerbitan utama.

Dalam autobiografi yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama tahun 2013, secara lugas dan argumentatif Mochtar bercerita panjang lebar mengenai pergulatan batinnya ketika harus memilih kembali ke Indonesia atau menetap di Amerika Serikat setelah menyelesaikan studi di negeri makmur itu.

Dengan gaya Gollum, makhluk aneh dalam novel epik fantasi “The Lord of The Ring” karya JRR Tolkien, dia berdialog dengan batinnya sendiri.

“Kamu akan menyesal.”
“Tidak. Aku tidak akan menyesal.”
“Kamu takkan tahan di Indonesia. Keadaannya runyam dan banyak yang tak beres di sana.”

Begitu sebagian dialog batinnya.

Ada dua tulisan yang memberatkan hatinya ketika dia memutuskan untuk kembali ke Tanah Air, “Si Anak Hilang” karya Sitor Situmorang dan “Si Malin Kundang” karya Goenawan Mohammad.

Awalnya, dua tulisan itu bagi Mochtar merupakan contoh pengelana sejati. Pengelana yang tidak akan pulang, seperti akhir dari puisi “Si Anak Hilang”:

Malam tiba ibu tertidur
Bapak lama sudah mendengkur
Di pantai pasir berdesir gelombang
Tahu si anak tiada pulang.

Panjang lebar Mochtar bercerita tentang pergulatan batinnya soal dua tulisan itu. Tulisan yang menguatkan jiwa pengelana yang terbina sejak dia masih remaja dan menjadikan bentangan laut di Pantai Losari, Makassar, sebagai tempatnya melarikan diri dari keresahan.

Tapi Mochtar adalah pembaca segala. Dia tahu keragaman dan kekayaan Indonesia. Bukan hanya keragaman suku dan kekayaan alamnya, tapi juga kekayaan dan keragaman pemikiran tokohnya.

Dia ingat Rendra yang berkata, “Di tiap negara ada penjara.”

Ketika itu Rendra ditawari untuk menetap di Amerika Serikat. Iming-imingnya, di Amerika, Rendra akan lebih leluasa berkarya.

Sedang ketika itu, tahun 1960-an, menurut Mochtar, pemerintah orde baru sedang doyan memenjarakan orang-orang berpikiran merdeka dan kritis.

Dia juga ingat banyak tokoh negeri ini yang mendahului dia pergi ke negeri jauh, seperti HB Jassin, Budi Darma, Romo Mangun, hingga NH Dini.

Bagi Mochtar, mereka ibarat flamingo, yang terbang menjelajahi cakrawala dan selalu kembali ke sarang tempat mereka tumbuh.

Dari pengalaman masa kecil, masa remaja, hingga pergulatannya pada pemikiran para intelektual Indonesia, dia pun membeberkan pertanyaan sendiri mengenai tulisan Sitor dan Goenawan Mohammad.

Bagian ini memperlihatkan kemampuan Mochtar sebagai penganalisis yang kuat. Dia melontarkan fakta, kemudian melemparkan pertanyaan, dia berikan analisis berdasarkan fakta lain, dan mengambil kesimpulan.

Ada kebebasan berpikir, kemerdekaan melontarkan pendapat, dan kesantunan yang diperlihatkan Mochtar.

Hal itu juga memperlihatkan perbedaan buku biografi Mochtar dengan banyak biografi lain. “Burung Burung Cakrawala” bukan sekadar cerita kisah hidup sang penulisnya, tapi juga buah pikiran Mochtar yang hidup berbarengan dengan perkembangannya.

Layaknya dalam buku ilmiah, Mochtar menuliskan pandangannya mengenai pemikiran banyak ilmuwan, misalnya mengenai pemikiran Nurcholis Madjid. Itu ketika dia dibenturkan oleh kenyataan kakunya pandangan Muslim asal Timur Tengah yang dia temui di Islamic Centre di Hawaii.

Ada peristiwa yang menggetarkan kebiasaan toleransi Islam Indonesia, yang tertanam dalam hati Mochtar ketika itu.

Sebagai intelektual yang terpapar banyak pemikiran dan pengalaman toleransi, dia pun menguraikan pemikirannya yang tidak bisa menerima sikap kaku yang diperlihatkan mahasiswa asal Timur Tengah yang tidak mau berjabat tangan dengan orang tak seagama itu.

Sikap ekstrem itu membuat Mochtar bersikap ekstrem pula: dia tidak mau lagi berkumpul di Islamic Centre.

Jujur

Mochtar menyatakan dia menyukai Amerika sama dengan dia menyukai Indonesia. “Aku menyukai dua-duanya….” Itu jawaban Mochtar saat ditanya oleh seorang petinggi sebuah universitas tempat dia belajar.

Lontaran jujur Mochtar bukan hanya ketika dia melontarkan kesukaannya pada kedua negeri itu.

Sejak awal tulisannya, ketika dia masih seorang anak kampung, begitu dia menjuluki dirinya sendiri, ada kejujuran yang polos dalam setiap ceritanya.

Kejujuran itu pula yang terlihat ketika Mochtar mengatakan bahwa dia seumur hidup berutang budi kepada mayoritas rakyat Amerika yang pajaknya membiayai lembaga-lembaga yang memberi dia beasiswa.

Rasa cinta itu juga beriringan dengan analisisnya yang mengatakan bahwa sejak tahun 1950-an Amerika makin lama makin kerap mengkhianati semangat dari prinsip-prinsipnya sendiri dalam The Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan).

Pergulatan batin Mochtar sebelum kembali ke Indonesia merupakan puncak ketegangan dari sekian banyak ketegangan yang ada dalam biografi yang ditulis sebagai sebuah novel itu.

Kisah masa kecil, keluarga, kegiatan berkesenian yang berseberangan dengan orang-orang komunis pada masa remaja, hingga kehidupan Yogyakarta yang menguatkan keIndonesiaannya, adalah ancang-ancang Mochtar mencapai puncak itu.

Akhirnya, bagi Mochtar, pengelanaan di Amerika selama 10 tahun tak mengubah dia sebagai “anak kampung”.

Dia berkata, “Bagiku, Tanah Air adalah kumulasi kampung.” Dan, itulah Indonesia.

Keahlian Mochtar sebagai penulis puisi dan penulis cerpen bercampur baur dengan keahliannya sebagai peneliti yang jago menganalisis.

Cerita dia tentang kesukaan bermain layangan saat di Barebba, di ujung paling selatan Sulawesi Selatan, sama ringannya dengan cerita dia mengenai pergulatan pemikiran sejumlah ilmuwan.

Kejagoannya bermain kalimat efektif membuat kota kelahirannya, Barebba, di Sulawesi Selatan, nyata keindahannya. Begitu juga Waikiki, Hawaii, tempat Mochtar mengajak bermain anak-anak dan istrinya semasa kuliah di sana.

Daya ingat yang kuat dan kelihaian Mochtar menulis juga menghadirkan ketegangan ketika dikejar seorang suami Bugis karena istrinya secara tak sengaja terkena lontaran batu dari ketapel yang dimainkan Mochtar remaja.

Ketegangan yang kuat juga hadir ketika Mochtar terjebak di tengah salju sepulang membeli popok bayi di sebuah toko di Amherst, Massachusetts.

Dua peristiwa tersebut bisa menjadi akhir hidup lelaki yang kini dikenal luas sebagai cendikiawan terkemuka itu. Dan jika itu terjadi, maka tak mungkin ada kisah panjang perjalanan hidupnya yang penuh warna.

Jika itu terjadi, tentu saja Mochtar tidak bisa menceritakan perkenalannya dengan Nahdia, gadis keturunan Minang yang menjadi istrinya.

Perjalanan kisah cinta dengan Nahdialah yang menjadikan autobiografi Mochtar berjalan sebagai novel sesungguhnya. Bagian Nahdia tersebar di banyak tempat di novel itu, menghadirkan kegenitan, keharuan, dan keliaran.

Mochtar juga tidak pelit bercerita tentang percintaannya dengan sang istri. Ada adegan orang dewasa dalam novel ini, yang juga ditulis dengan indah.

Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/02/semangat-indonesia-seorang-intelektual.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar