Rabu, 20 Februari 2013

Novel di Zaman Janda Galak

Yulia Sapthiani, Nur Hidayati
Kompas, 7 Okt 2012

Buku tak lagi ranah milik sastrawan. Novel yang diangkat dari kisah nyata bukan lahir dari sastrawan besar. Memoar bukan lagi hanya tentang orang terkenal. Siapa pun boleh menuliskan kisah hidup, jadi buku laris, dan syukur-syukur menginspirasi banyak orang.

Gaun ketat membalut tubuh Aira Miranti Dewi (39). Potongan gaun itu membuat pundak dan punggung Miranti yang bertato terekspos memikat. Ia berdiri di atas panggung, menyapa sahabat-sahabatnya yang datang ke acara prapeluncuran novel tentang dirinya, Aku Jalak, Bukan Jablay, Kamis, (27/9), di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan.

Tamu undangan acara di kafe itu pun disyaratkan hadir dengan busana bernuansa fuschia—alias pink tajam—seperti warna gaun Miranti. Bersamaan dengan prapeluncuran novel itu, diputar pula video klip single perdana Miranti yang bertajuk sama dengan novelnya. Ia menyanyi dan menari di situ.

Aku Jalak, Bukan Jablay, kata Miranti, berarti ”aku janda galak, bukan janda jablay”. Jablay adalah bahasa gaul yang artinya jarang dibelai. Disebut prapeluncuran karena novel itu baru dijadwalkan naik cetak akhir Oktober ini. Jadi barangnya belum ada di toko. Uniknya, walaupun belum dicetak dan belum bisa dibaca, novel itu sudah terjual Rp 55 juta atau setara dengan hampir 1.000 eksemplar pada saat prapeluncuran. Ck… ck… ck…!

Novel ini diangkat dari kisah hidup Miranti. Novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata kehidupan seseorang adalah fenomena baru yang ditawarkan kepada pembaca di Tanah Air.

Miranti tak punya pengalaman menulis buku. Ia dulu pernah sukses berkarier menjual produk keuangan. Ia pernah jadi associate director Danareksa Investment Management. Ia hanya dua semester mencicipi bangku perguruan tinggi. Lalu ia menikah dan jadi ibu di usia muda. Lalu dua kali menjanda. Ketika menapaki tangga karier, cemoohan tak henti dialamatkan kepadanya. ”Aku mau ceritaku ditulis karena dendam,” ujar Miranti.

Lewat novel itu, ia ingin menyampaikan pesan, tidak mudah jadi orangtua tunggal, tetapi tak perlu pula menyerah karena ketajaman lidah orang lain. ”Kenapa jadi janda disebut aib, apalagi kalau si janda ini cantik dan merawat diri,” ujar perempuan yang sudah 14 tahun jadi orangtua tunggal dengan dua anak itu.

Miranti tak menulis sendiri kisahnya. Novel tentang dirinya itu ditulis oleh penulis profesional Dewi Ria Utari.

Anak sopir angkot

Pengalaman hidup pula yang dituangkan Iwan Setyawan (37) dalam novel yang ia tulis, 9 Summers 10 Autumns, dari Kota Apel ke The Big Apple. Novel yang disebut Iwan sebagai tulisan panjang pertamanya ini sudah dicetak delapan kali sejak pertama terbit Februari 2011. Kisah itu pun kini tengah difilmkan oleh sutradara Ifa Isfansyah.

Dalam novel itu, Iwan menceritakan perjalanannya, dari anak sopir angkutan kota di Batu, Jawa Timur, ia mengenyam pendidikan di Institut Pertanian Bogor hingga berkarier di Nielsen Consumer Research, New York, Amerika Serikat (2000-2010). Iwan menduduki jabatan direksi saat memutuskan mundur untuk kembali ke Indonesia.

”Saya ingin punya buku keluarga karena tak punya foto keluarga semasa kecil. Saya ingin menulis buku agar ponakan-ponakan saya tidak terputus dengan sejarah keluarga,” kata Iwan.

Berbekal keinginan itu, mulailah ia menulis. Ketika naskah siap terbit, ia sempat gamang. Namun, sang ibu membuat keberanian Iwan muncul lagi. ”Siapa tahu akan ada dua atau tiga anak sopir angkot seperti kamu yang akan baca dan terinspirasi,” kata ibunya.

Juni lalu, sebuah surat elektronik diterima Iwan. Isinya, cerita seorang pembaca muda yang akan segera kuliah di San Francisco dengan beasiswa. Si pengirim surat ini juga anak sopir angkot. ”Saya menangis membacanya,” kata Iwan.

Sulit menjawab

Oki Setiana Dewi (23) punya cerita lain. Namanya melejit sebagai pemeran utama film Ketika Cinta Bertasbih (KCB,) salah satu film terlaris Indonesia pada 2009. Tak kalah laris pula sekuel film ini dan sinetron bertajuk sama yang ditayangkan TV pada 2010-2011.

Sebagai artis, Oki yang sehari-hari berjilbab kerap ditanya wartawan, sejak kapan dan kenapa ia berjilbab. Bukan pertanyaan yang mudah ia jawab. Akhirnya Oki menuangkan kisahnya dalam buku memoar Melukis Pelangi (Mizania, 2011). Buku ini menjadi best seller. Kini buku itu sedang dalam proses cetak ulang ke-10.

Di situ, Oki menuturkan, sejak kecil ia bercita-cita jadi artis dan merantau sendiri ke Jakarta pada usia 16 tahun untuk mengejar mimpi itu. Gaya dia berpakaian pun saat itu jauh berbeda.

Sambil kuliah di Sastra Perancis, Universitas Indonesia, ia jatuh bangun mengejar audisi peran. Mimpi jadi artis itu ia hapus ketika ibunya divonis sakit serius. ”Saya cuma ingin jadi anak sholihah supaya Allah mendengar doa saya untuk ibu,” katanya.

Tak dinyana, justru saat itulah ia mendapat peran utama di film bertema religi itu. Dikenal sebagai artis, membuka jalan baginya untuk lebih banyak mengajak orang beraktivitas sosial. Bersama komunitas penggemarnya, Oki rutin berkegiatan sosial, salah satunya mengadakan program edukasi mingguan di Lapas Wanita Tangerang, sejak Oktober 2011.

”Saya menulis buku untuk menginspirasi orang, mengajak orang bersandar kepada Tuhan dan berbuat lebih dari sekadar untuk diri sendiri,” ujar Oki yang juga menjadi duta untuk organisasi Rumah Autis ini.

Buku memoar juga dipilih untuk mengawali kembalinya Ariel, Uki, Lukman, Reza, dan David —awak band Peterpan yang kini jadi Noah—ke kancah musik Indonesia. Buku Kisah Lainnya (2012) menceritakan perjalanan lima personel band ini, dari latar keluarga hingga saat berjuang melewati badai masalah yang sempat menghentikan langkah mereka bermusik, setelah Ariel terkena kasus.

Tren baru

Editor Fiksi Gramedia Pustaka Utama (GPU) Hetih Rusli mengamati, novel yang diangkat dari pengalaman pribadi penulisnya sedang menjadi tren dalam satu-dua tahun terakhir. Memoar atau novel itu dinilai inspiratif walaupun berkisah tentang orang yang belum dikenal luas.

Secara kuantitas, GPU misalnya, masih lebih banyak menerbitkan biografi orang terkenal. Namun, Hetih yakin, penulisan novel dari kisah nyata akan makin marak. ”Bahkan, orang yang tidak bisa menulis pun berpikir mereka bisa mencari orang untuk membantu menulis,” kata Hetih.

Berbeda dengan orang-orang ternama, yang dibukukan dalam bentuk biografi, kisah hidup mereka yang tak dikenal ini, menurut Hetih, lebih menjual ketika ditulis dalam bentuk novel. ”Novel sifatnya lebih ringan, ada unsur drama dan emosi yang disukai pembaca. Namun bukan berarti membohongi pembaca karena ceritanya tetap terinspirasi kisah nyata,” ujarnya.

Pengamat buku Arswendo Atmowiloto menilai positif maraknya penulisan buku dari penggalian pengalaman pribadi itu. ”Esai personal yang bersifat human akan lebih mudah menyentuh orang lain. Ketika pengalaman subyektif dibagi lewat buku, bisa dirasakan orang lain, dan memberi pembacanya inspirasi itu jadi karya obyektif,” ujarnya.

Berjuang Menulis BuKu Pertama

”Ahhh… Rasanya seperti habis melahirkan!” Begitulah Sundari Mardjuki (37) mengungkapkan perasaan lega dan bahagia melihat novel pertamanya, ”Papap, I Love You”, terpajang di rak toko buku.

Bagi Sundari, merupakan perjuangan berat untuk menulis sendiri novel setebal 424 halaman, menembus penerbit, hingga akhirnya karyanya terpajang di toko buku. Sehari-hari, Sundari bekerja sebagai Manajer Pemasaran dan Komunikasi PT Sony Music Entertainment Indonesia. Tekad Sundari menulis buku berawal tiga tahun lalu ketika ia menyaksikan pergulatan sahabatnya, seorang pria yang jadi orangtua tunggal.

”Saya bilang padanya, saya harus menulis cerita tentang dia. Waktu itu belum tahu dalam bentuk apa. Apalagi, saya juga tidak tahu teorinya,” ujarnya.

Ia pun kemudian mulai mengumpulkan bahan, termasuk dengan mewawancarai para pria orangtua tunggal lainnya. Ada kendala, karena sebagian besar pria-pria itu jadi orangtua tunggal karena bercerai. Mereka juga tak biasa curhat urusan pribadi. Toh, Sundari mengatasi kesulitan itu.

Pada 2010, Sundari tinggal setahun di Amsterdam, Belanda, mengikuti tugas suaminya. Di sana, di sela kesibukan mengurus dua anak, ia menulis cerita dari bahan yang sudah terkumpul. Keterampilan menulis juga ia asah dengan mengikuti beberapa lokakarya penulisan.

Setelah naskah selesai, perjuangan berikutnya adalah menggaet penerbit buku. ”Mendapat penerbit tak mudah. Saya senang ketika penerbit pertama langsung tertarik. Tetapi mereka meminta mengubah beberapa isi tulisan. Saya menolak karena tulisan ini seperti bayi saya. Kalau harus ada yang dihilangkan, esensinya juga hilang,” tutur Sundari.

Menggali kenangan

Iwan Setyawan (37) juga berjuang keras untuk menulis buku pertamanya. Ia menuangkan kisah hidupnya dalam novel 9 Summers 10 Autumns, dari Kota Apel ke The Big Apple (2011). Di situ, tergambar perjalanan anak keluarga miskin di Batu, Jawa Timur, ini jadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor, hingga menduduki posisi strategis di Nielsen Consumer Research, New York, Amerika Serikat.

Meski hobi menulis puisi, Iwan baru menyadari bahwa membuat tulisan panjang berupa buku butuh energi dan pengorbanan besar. ”Tetapi memberikan kepuasan luar biasa juga,” katanya.

Kampung halamannya di Batu, Jawa Timur, jadi tempat ideal bagi Iwan untuk menggali kenangan. Ia banyak berbincang dengan ayah, ibu, dan keempat saudara perempuannya untuk menyegarkan kembali ingatan. Bagi laki-laki yang gemar yoga ini, menulis bak meditasi. Karenanya, ia menulis sendiri kisahnya.

Sementara Oki Setiana Dewi (23) menggunakan buku harian sebagai sumber penulisan buku pertamanya, Melukis Pelangi (2011). Kata Oki, itulah cara termudah untuk mulai menulis buku.

Pemeran film dan sinetron yang baru merampungkan studi di Sastra Perancis Universitas Indonesia ini sudah menulis tiga buku dalam setahun terakhir. Dua bukunya yang lain adalah Sejuta Pelangi (2011) dan Cahaya di Atas Cahaya (2012).

Di buku pertamanya, Oki mendeskripsikan suasana batin dengan begitu menyentuh. ”Ada pembaca yang bilang ia nangis baca buku saya, itu karena saya nulis-nya juga sambil nangis,” ujarnya.

Saat ini, Oki masih menyimpan cita-cita untuk menulis buku tentang pengasuhan anak. ”Itu buku yang butuh ilmu dan pengalaman panjang,” ujar Oki, yang kini melanjutkan studi Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Negeri Jakarta.

Meski karya penulis pemula, memoar Melukis Pelangi karya Oki serta novel 9 Summers 10 Autumns karya Iwan laris di toko buku. Sejak 2011, Melukis Pelangi telah dicetak ulang sembilan kali, sedangkan 9 Summers dan 10 Autumns sudah delapan kali dicetak ulang.

Penulis dan pengamat buku Arswendo Atmowiloto menjelaskan, pengalaman pribadi menjadi titik awal yang baik untuk dituangkan jadi buku. Namun, untuk kelanjutan berkarya, pengalaman pribadi ini perlu diperkaya dengan opini, imajinasi, pengamatan, dan pendalaman wawasan.

Penulis Bayangan

Menuangkan pengalaman hidup menjadi buku tidak selalu harus ditulis sendiri. Miranti Dewi, misalnya, meminta Dewi Ria Utari menuliskan kisah hidupnya jadi novel Aku Jalak, Bukan Jablay. Selama dua pekan, Ria—penulis buku kumpulan cerita pendek dan novel—meluangkan waktu untuk mewawancarai Miranty, tiga hingga empat jam setiap hari.

”Awalnya mau bikin biografi dengan semua detail akurat. Tetapi Miranty kemudian merasa perlu menjaga orang-orang yang terlibat atau terceritakan di situ. Jadi diubah jadi novel,” ujar Ria yang pernah menjadi wartawan.

Dalam Aku Jalak, Bukan Jablay, Ria menuturkan kehidupan Miranti dengan lebih banyak dialog dan reka adegan. Kecuali nama Miranty sendiri, nama semua orang yang terlibat ia ubah. ”Substansi dan jalan ceritanya sesuai fakta, tetapi dituturkan dengan fiksi, ada detail yang dengan sengaja dibuat tidak presisi,” kata Ria.

Ini pengalaman pertama bagi Ria menulis novel berdasarkan kisah nyata kehidupan seseorang. Pengalaman sebagai jurnalis, membantu Ria menggali cerita lewat wawancara. Karena dua buku Ria sebelumnya diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, ia pun menawarkan cerita Miranti ke penerbit itu.

Seperti Ria, Kurniawan Junaedhie juga membantu orang lain menulis kisah mereka jadi buku. Bedanya, nama Kurniawan tak pernah tercantum sebagai penulis pada buku-buku itu. Ia jadi penulis bayangan alias ghost writer.

”Kadang saya hanya revisi, tetapi kadang juga menulis ulang secara utuh,” ujar pria yang berpengalaman sebagai editor dan wartawan ini.

Novel yang diangkat dari kisah nyata dan biografi termasuk jenis ”pesanan” yang paling banyak digarap Kurniawan. ”Sejak 2009, saya banyak menerima pesanan seperti ini. Biasanya ibu rumah tangga atau mantan pejabat, sebagai wujud aktualisasi diri.”

Menurut Kurniawan, tidak semua tawaran ia terima. Ia merasa perlu tahu motivasi si pemesan. ”Kadang mereka tidak peduli buku itu laku atau tidak. Buat mereka yang penting bisa disebut pernah nulis buku di biodatanya.”

Ada banyak cara untuk menghadirkan buku dari penggalian pengalaman pribadi. Yang dibutuhkan adalah semangat membagi inspirasi. Ditambah kerja keras, tentunya. (DAY/IYA)

Dijumput dari: http://indonesiabuku.com/?p=14047

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar