Minggu, 17 Februari 2013

MEMBACA SASTRA DARI LOKUS BUDAYA SANG PENGARANG

Studi “Serampangan” atas Buku Puisi Takdir Terlalu Dini karya Nurel Javissyarqi *
Mh Zaelani Tammaka
http://sastra-indonesia.com

KETIKA saya diminta untuk mengupas karya-karya puisi Nurel Javissyarqi, seperti yang terlumpul dalam Takdir Terlalu Dini ini, saya nyaris buta terhadap pengarang ini. Hal itu di antaranya karena faktor dekade kepengarangan dari yang bersangkutan, yang muncul pada paruh akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an, di mana pada periode itu lebih aktif sebagai seorang jurnalis daripada sebagai aktivis sastra.
Tentu saja akan berlainan dengan kawan-kawan penyair yang aktif menulis pada tahun-tahun paruh akhir 1980-an hingga paruh pertama 1990-an, saya lebih banyak mengenalnya secara pribadi, setidak-tidaknya lebih intens membaca karya-karyanya, karena pada waktu itu memang sebagai besar waktu saya banyak tercurahkan pada dunia sastra.

Tentu saja pengetahuan saya yang minimal ini terhadap diri si penyair, dan juga karya-karyanya, mau tidak mau sedikit merepotkan saya, setidak-tidaknya menyulitkan saya harus memulai dari mana ketika harus berhadapan dengan puisi-puisi tersebut. Namun demikian, ketidakkenalan saya ini bisa saja menjadi lebih menguntungkan, karena barangkali penilaian saya akan lebih obyektif, meskipun tidak menutup kemungkinan justru melahirkan ketersesatan. Bukankah studi strukturalisme dalam sastra justru mengharuskan adanya pengabaian terhadap latar belakang pengarang, karena bisa saja kehadirannya justru menjadi “kecap penyedap rasa” sehingga menenggelamkan nilai obyektif dari karya sastra itu sendiri.

Karena keminusan pengetahuan saya pada diri pengarang bisa melahirkan dua kemungkinan yang saling bertolakan – antara berpikir obyektif dan peluang ketersesatan – ditambah tiadanya kesempatan untuk melakukan studi yang mendalam, maka tidaklah terlalu salah kalau saya menamakan pembahasan ini sebagai sebuah “studi serampangan”. Semoga saja, sebagai “studi serampangan” atas pembacaan yang penuh ketergesa-gesaan ini, tidaklah melahirkan terlalu jauh “ketersesatan”, namun justru menghasilkan suatu pembacaan yang “otentik” karena kecilnya pengaruh-pengaruh di luar teks puisi – seperti biografi pengarang – yang kehadirannya justru bisa saja mencemari proses penyimpulan.

Fokus pembahasan ini memang saya hindarkan dari upaya penilaian atau penghakiman, karena tulisan ini memang bukanlah dimaksudkan sebagai kritik sastra, tetapi lebih upaya penyelaman terhadap lokus budaya si pengarang yang mau tidak mau sering kali akan mempengaruhi corak kepengarangan yang bersangkutan. Dari sini diharapkan akan lebih membimbing pada pemahaman dan penghayatan terhadap puisi- puisi yang ada, bukan sekadar memperoleh pengetahuan kognitif-struktural tapi lebih pada pengetahuan afektif-emosional-transendental.

SEORANG penulis (pasti) memiliki “rumah”. Demikian kata Cynthia Ozick, pengarang Yahudi Amerika ketika diwawancarai The New York Time pada awal 1990-an, sebagaimana pernah dikutip R. William Liddle ketika memberi pengantar buku Catatan Pinggir 3 Goenawan Mohammad (1991: VII). Ketika itu, dengan mengutip Shakespeare bahwa kehidupan moral memiliki “a habitation and a name” – bertempat tinggal dan bernama – , Ozick menegaskan bahwa seorang penulis mau tidak mau mencerminkan sifat-sifat kebudayaan dan peradaban tempat ia lahir dan dibesarkan.

Bahkan, dengan nada sedikit provokatif, Ozick memberi kredo, yang barangkali bisa dijadikan panduan bagi seorang sastrawan: “If you want to live the live that can best bring into a sense of being a civilized person, then you heve to suize it through your own culture.” Kalau anda ingin menghayati kehidupan yang akan menyebabkan Anda merasa menjadi orang beradab, Anda harus merebutnya melalui budaya Anda sendiri.

Memang, meski setiap orang memiliki “rumah”, yang tidak lain adalah kebudayaan sendiri, namun tidak semua orang berhasil menemukan “rumah”-nya tersebut. Butuh perjuangan panjang, dialektika yang tiada henti, agar seseorang menemukan “rumah”-nya, yang tidak lain adalah jati dirinya sendiri. Namun demikian, yang tidak dapat dielakkan, pastilah setiap orang pertama-tama dan pada akhirnya mestilah mereguk peradaban tempat ia lahir dan dibesarkan.

Lantas di mana “rumah budaya” Nurel Javissyarqi? Dari sedikit pengetahuan yang saya milki, khususnya setelah saya menemukan nama kunci Nur Laili Rohmat yang sedikit banyak telah saya kenal, saya mendapatkan kesan kuat bahwa Nurel pastilah “orang Jawa” yang berasal dan dibesarkan dari kultur santri. Memang, dari puisi-puisinya yang ada, termasuk banyaknya nama samaran yang dia pakai, tampaknya dia masih dalam periode “pengembaraan” dan belum sepenuhnya menemukan “rumah jati diri”-nya, namun dari potret perjalanan yang ada, alur “pesantren” tampak lenih dominan.

Kuntowijoyo pernah menyebutkan ada tiga loci kebudayaan Jawa, yaitu keraton, pedesaan dan pesantren dengan unsur wong agung, wong cilik dan santri. Tentu, kalau dilihat dari pendekatan tiga loci model Kuntowijoyo ini, kebudayaan yang dominan yang membentuk pribadi Nurel adalah loci pesantren, meski pada perkembangannya juga bersentuhan kedua loci budaya Jawa yang lain (wong cilik dan wong agung) dan budaya kosmopolitan (Barat dan Timur) khas kelas menengah (terdidik) di negara berkembang, seperti Indonesia ini.

Corak “kesastrapesantrenan” Nurel tampak dari kecenderungan gaya bertutur yang kuat dalam puisi-puisinya. Ini seakan mendekatkan pada puisi-puisi lisan pesantren, seperti syair puji-pujian, cara pembacaan kitab-kitab yang dilagukan, serta suluk yang berisi ajaran-ajaran tarekat (sufisme) dan sebagainya. Gaya ini juga ditunjukkan pada kecenderungan pada pola epik daripada lirik. Gaya epik kian terasa ketika membaca, misalnya “Balada Jala Suta” atau tiga sajak tentang Van Gogh. Dengan demikian, sajak-sajak Nurel lebih mengesankan sastra lisan yang ditulis.

Sebagai sastra epik, khususnya epik-tutur, puisi-puisi tampak mengedepankan “pikiran” daripada “perasaan”, khususnya ketika ia harus dihadapkan pada kesimpulan-kesimpulan filosofis-ideologis. Puisi-puisinya tidak lagi cenderung bernyanyi seperti sajak-sajak imajis yang banyak berkembang di Tanah Air, tetapi lebih mengajak berpikir dan berfilsafat. Gaya seperti ini barangkali ada pararelismenya – kalau tidak dikatakan terpengaruh – dengan sajak-sajak Iqbal yang juga berkecenderungan filosofis-ideologis.

Sekadar contoh pararelisme antara Iqbal dan Nurel tampak pada perbandingan berikut ini. “Kemarajaan Roma yang megah ada obat penawar/Sekali lagi telah kita turunkan mimpi Yulius Caesar/Kepada Musolini, anak cucunya, yang bertangan besi/Bangsa ini amat perkasa menjaga laut Itali/Dalam sejarahnya pernah megah kemudian jatuh tersungkur tanah” (kutipan “Parlemen Setan” Muhammad Iqbal). Sementara dalam bait XXIX puisi “Nietzsche, Aku Tetap Diet”, Nurel menulis: “Kau cemooh Socrates, dengan dialektikanya/kau tak sadar dengan dialektikanya sendiri/seperti serangga dalam kuluman bunga teratai/di atas kertas ia berdiam diri, sedang telaga-samudra Tuhan.”

NAMUN demikian, kecenderungan epik dan kelisanan Nurel bukannya tidak ada bahayanya. Yang paling nyata barangkali puisi-puisinya menjadi sangat “memprosa” dan sangat boros dengan kata-kata. Kata-kata tidak lagi diperas hingga diperoleh kata-kata yang metaforis, tetapi cenderung lugas dan apa adanya. Sesuatu yang barangkali bertolakan dengan prinsip-prinsip puisi modern, apalagi seperti yang dirumuskan oleh “wali” penyair Indonesia Chairil Anwar yang berkata, “ …tiap kata akan kugali-korek sedalamnya, hingga ke kernwood, ke kernbeeld.” (Chairil Anwar, Kartu Pos, 8 Januari 1944).

Bahkan, dalam tataran ekstrem, puisi-puisi Nurel menjadi terasa “anti-puitik”. Sebab, kalau hendak konsisten dengan teori-teori puisi modern, setidak-tidaknya syarat-syarat bahasa puisi yang bersumber dari tradisi sastra Barat-Modern, jelas sebagian puisi-puisi itu tidak memenuhi syarat sebagai puisi, setidaknya dianggap puisi yang gagal. Ini tampak, misalnya, pada sajak “Nyala Api Kehidupan”. Bait-bait dalam sajak ini lebih kumpulan jargon-jargon kata-kata mutiara, yang dalam hal tetentu sering kehilangan kepaduan. Bahkan, ada baik-bait yang berisi sumber-sumber inspirasi penyair, yang ditulis begitu saja dan terkesan kurang pendalaman.

Kelemahan lain yang tampak adalah penyebutan nama-nama tokoh atau sumber yang tidak akurat dalam puisi. Ini penting, sebab bila memilih bentuk ucap puisi epik-filosofis-ideologis seperti Iqbal, akurasi baik nama maupun sumber menjadi penting. Sebab, kalau tidak, bisa menimbulkan keraguan bagi pembaca bahwa itu sebagai perwujudan sikap kenes, sok filsafat, namun sebenarnya belum menyentuh inti filsafat itu sendiri.

Namun demikian, saya tetap merasakan hangatnya nyala semangat kepenyairan Nurel. Di lihat usianya yang relatif muda (kelahiran Kendal, Kemlagi, Lamongan, 8 Maret 1967), masih terbentang harapan perkembangan ke depan. Dan tampaknya kekuatan bentuk pengucapan epik tuturan, yang ini merupakan salah kekhasan sastra pesantrenan, sangat berpeluang untuk terus digali dan kelak pasti bisa ikut memperkaya khazanah sastra Indonesia yang terlanjur Eropa-sentris. Semoga!***
Solo, Wisma Ceremai V-14E, 10 Juni 2001


*) Sekadar bahan diskusi untuk Bedah Buku “Takdir Terlalu Dini” Karya Nurel Javissyarqi di Taman Budaya Surakarta (TBS), 11 Juni 2001.
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2011/10/membaca-sastra-dari-lokus-budaya-sang-pengarang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar