Handoyo El Jeffry
http://www.kompasiana.com/achazia.com
Borobudur, sebuah candi megah yang berdiri di sebuah bukit yang terletak kira-kira 40 km di barat daya Yogyakarta, 7 km di selatan Magelang, Jawa Tengah, diperkirakan dibangun sekitar tahun 824 Masehi oleh Raja Mataram Kuno bernama Samaratungga dari dinasti Syailendra. Candi yang terbesar di dunia dengan tinggi 34,5 meter, luas 15.129 m2 terlihat begitu impresif dan berat 1,3 juta ton itu berdiri “kokoh” tanpa ada satu paku pun yang tertancap di ‘tubuh’-nya.
Sampai saat ini ada beberapa hal yang masih menjadi bahan misteri seputar berdirinya Candi Borobudur. Salah satu misteri yang masih belum terungkap sampai sekarang adalah teknologi pembangunan candi Borobudur. Bagaimana membangun Borobudur tanpa menancapkan ratusan paku untuk mengokohkan fondasinya? Seperti diketahui, struktur dan konstruksi candi Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
Kecanggihan teknologi masa kini pun belum mampu mengungkap misteri ini. Berbagai penelitian para arkeolog memunculkan berbagai teori tentang teknologi pembangunan candi. Beberapa waktu lalu, 3 orang peneliti muda Indonesia dari Bandung Fe Institut, mengungkapkan teori, bahwa pembangunan Candi Borobudur menggunakan teknologi berbasis “geometri fraktal.”
Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip secara keseluruhan, berwujud kasar dan dapat dibagi-bagi dengan cara yang radikal. Fraktal memiliki detail yang tak terhingga, dan dapat memiliki struktur serupa pada tingkat perbesaran yang berbeda. Candi Borobudur sendiri merupakan stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil. Dari hasil penelitian itu terbukti, ternyata Candi Borobudur dibangun dengan prinsip-prinsip fraktal.
Suatu hal ‘keajaiban’ alam yang sulit diterima secara logika, jika ternyata peradaban dan teknologi nusantara ternyata telah mencapai puncak ‘kecanggihan’ di abad 9. Itu adalah 11 abad sebelum bangsa barat mengalami puncak keemasan seperti sekarang, sebab istilah ‘fraktal’ yang diambil dari bahasa Latin itu sendiri justru baru ditemukan oleh Benoit Mandelbrot pada tahun 1975.
Sementara selama ini kita mungkin menganggap bahwa grafik peradaban dan teknologi bergerak lurus, dan abad 21 adalah puncak dari peradaban dan teknologi dunia dan semua ‘wajib’ berkiblat ke barat (Eropa dan Amerika). Namun dengan ditemukannya ‘tanda-tanda’ dan kemungkinan teknologi modern dalam pembangunan Candi Borobudur, ini bisa menjadi bantahan atas anggapan itu. Grafik peradaban dan sains-teknologi (iptek) berbanding lurus, tapi keduanya tidak bergerak lurus terhadap waktu (zaman), alias fluktuatif.
Berarti, sangat dimungkinkan peradaban nusantara telah mencapai puncak peradaban dunia pada era abad ke-9. Ini didukung dengan catatan sejarah nusantara yang mencapai puncak kejayaan era pertama pada masa 4 abad kerajaan Sriwijaya (abad 7-11). Kejayaan Sriwijaya adalah simbol dari puncak peradaban dan sains-teknologi nusantara, termasuk di dalam intervalnya masa pembangunan Borobudur dan dinasti Syailendra. Lalu grafik ini mengalami penurunan dan mencapai titik nadir dengan runtuhnya kerajaan Sriwijaya.
Grafik peradaban nusantara baru mangalami kenaikan lagi dengan berdirinya kerajaan Singasari pada abad 13, peletak dasar fondasi kerajaan Majapahit yang akhirnya berjaya selama 3 abad (1292-1500). Meskipun belum dada penemuan bersejarah yang ‘setara’ dengan Borobudur, namun puncak peradaban dan sains-teknologi nusantara era kedua setelah Sriwijaya dimungkinkan ada pada masa Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, ketika dengan Sumpah Palapa pada 1336 berhasil mempersatukan wilayah nusantara.
Namun grafik peradaban menurun kembali dan mencapai titik nadir dengan keruntuhan Majapahit di awal-awal abad 16, semenjak kedatangan bangsa Eropa dan mulai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam nusantara, yang akhirnya juga sama-sama mengalami penurunan grafik peradaban, sejalan dengan keruntuhannya satu persatu setelah sempat berdiri dan berjaya selama beberapa abad.
Pola acak grafik peradaban antar bangsa-bangsa di dunia yang acak dan ‘unik.’ Di era ini Eropa justru sedang mengalami kenaikan grafik peradaban selepas dari ‘abad kegelapan,’ renaissance-humanisme, berbagai penemuan di bidang sains-teknologi, revolusi industri, penjelajahan samudera dan berkembangnya kolonialisme dan imperialisme di Amerika, Afrika dan Asia. Di saat yang sama, abad 16 ini pula grafik peradaban nusantara justru ‘terjun bebas.’
Seperti diketahui, kedatangan Portugal pada 1511, Spanyol pada 1521, VOC (yang kemudian diambil alih pemerintah Belanda 1816) pada 1602. 500 tahun penjajah dalam sejarah menjadikan peradaban nusantara terkapar di lembah terbawah. Di bawah kolonialisme Belanda selama 350 tahun nusantara berada dalam ‘zaman kegelapan,’ sebelum ‘era kebangkitan’ menggeliat di awal-awal abad 20. Politik Etis pemerintah Belanda 1901, termasuk investasi dalam pendidikan bagi pribumi dan sedikit perubahan politik, mengawali era ‘renaissance’ nusantara.
Transfer ilmu pengetahuan Eropa melalu pendidikan di era ini membuka kesadaran kaum terpelajar Indonesia dan menumbuhkan semangat nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan untuk mengembalikan peradaban nusantara. Berdirinya Boedi Oetomo pada 1908 (yang kini dijadikan sebagai Hari kebangkitan Nasional) menjadi titik awal kenaikan grafik peradaban nusantara. Revolusi peradaban membuahkan hasil pada 1945 setelah Indonesia memproklamasikan diri sebagai negara merdeka.
Kini, setelah lebih dari satu abad sejak kebangkitan nusantara modern, grafik peradaban nusantara masih fluktuatif, nusantara seakan sedang ‘kebingungan’ identitas diri. Peradaban dan sains-teknologi yang sempat terkubur lebih dari 11 abad (bertolak dari era pembangunan candi Borobudur) masih terlalu dalam untuk digali kembali. Gempuran peradaban dan sains-teknologi barat modern yang terlanjur diadopsi generasi awal era 1900-an masih begitu kuat membentuk ‘model’ peradaban Indonesia, bahkan semakin mengakar dalam tata nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kadang kita seolah lupa, bahwa jauh sebelum barat dengan teknologi modern yang fantastis seperti sekarang, peradaban kita juga lebih tinggi, bahkan dalam beberapa hal, tak terjangkau logika di abad ini. Kita terlalu berorientasi ke ‘barat’ dan melupakan ‘timur,’ peradaban penuh ‘mukjizat’ tempat ‘ruh’ kita sendiri ditiupkan. Ketika wacana sejarah masa lampau dimunculkan, kita lebih menganggapnya sebagai mitos yang tak sejalan dengan logika ilmiah, prinsip-prinsip dasar sains-teknologi modern.
Padahal teknologi borobudur yang jika benar terbukti lebih tinggi dari teknologi modern abad 21, ini belum seberapa. Muhammad Isa Daud dalam bukunya, “Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda” mengemukakan pandangan yang lebih ekstrem. 3.000 tahun lalu justru manusia telah menemukan sebuah teknologi yang lebih spektakuler, yang untuk saat ini hanya ada dalam film, dongeng atau legenda. Di zaman Nabi (Raja) Sulaiman (diperkirakan 989-931 SM), seorang manusia yang bernama Asif Bin Barkhiya telah mampu memindahkan singgasana istana Ratu Balqis (sekarang Yaman) ke istana Sulaiman di Palestina.
Dengan berpijak dari prinsip-prinsip dasar teori relativitas, teknologi ini memungkinkan seseorang memindahkan benda (materi) dari jarak yang jauh dalam kecepatan cahaya, utuh sempurna dengan kerusakan 0%. Sebuah ‘kecanggihan’ ilmu manusia, sebagian menyebutnya sebagai ‘mukjizat’ yang bahkan mengalahkan kemampuan ‘teknologi’ jin. Kisah ini diabadikan dalam Al Qur’an (An-Naml, ayat 38-40), ketika Sang Raja menawarkan ‘tender’ kepada dua orang ‘digdaya’ untuk memindahkan singgasana istana Ratu Balqis.
Salah satunya, jin Ifrit yang ‘jenius’ berkata, “…aku akan datang kepada ku dengan membawa singgasana itu kepada mu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu…” Lalu berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab, “Aku akan membawa singgasana itu kepada mu sebelum matamu berkedip.”Akhirnya teknologi manusialah yang sanggup melakukannya.
Jika di masa Nabi Sulaiman telah ada teknologi sedemikian tingginya, (mungkin sebagian dari kita menganggapnya tak logis karena tak terjangkau logika sains-teknologi terkini), dan di masa Syailendra (nusantara abad 9) juga telah ada teknologi yang juga masih belum terjangkau oleh logika kita, maka kecanggihan teknologi (barat) yang membuat kita terpesona akhirya menjadi sains-teknologi yang belum seberapa. Jika pembangunan candi Roro Jonggrang dalam semalam oleh Bandung Bondowoso yang selama ini kita kenal hanya sebagai dongeng juga ternyata telah menggunakan teknologi modern, masihkah kita juga belum bisa menerima sebagai sebuah kemungkinan (yang logis)?
Jika ternyata khazanah misteri yang tersembunyi di balik ribuan candi dan peninggalan bersejarah lainnya di negeri ini ternyata menyimpan kunci rahasia dari puncak peradaban dan sains-teknologi dunia, itu menjadi bukti bahwa kita sebagai bangsa sedang berada di titik nadir peradaban dan sains-teknologi. Konsekuensinya tentu akan selalu menjadi korban peradaban bangsa asing yang lebih maju. Dan kita harus menjadi pelengkap penderita dalam era kegelapan-perbudakan dan gerusan zaman. Kecuali kita semua kembali tersadar untuk bangkit kembali mengambil harta yang hilang karena terabaikan, menaikkan kembali grafik peradaban dan sains-teknologi yang telah diawali oleh para pendiri bangsa generasi seabad silam.
Salam…
El Jeffry
Dijumput dari: http://sejarah.kompasiana.com/2012/07/17/borobudur-teknologi-dan-peradaban-abad-9-nusantara-478372.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar