Idi Subandy Ibrahim
Majalah Biografi Politik edisi khusus kemerdekaan RI 64
“Nurani adalah matahari
Nurani adalah kompas kehidupan
Nurani adalah guru segala zaman…”
Penggalan Puisi “Nurani”, karya Moh Jumhur Hidayat (Penjara Sukamiskin, 16 Januari 1992).
Lahir dari keluarga kelas menengah di Bandung pada 18 Februari 1968, Dency—begitulah panggilan lain Moh. Jumhur Hidayat—dididik dan dibesarkan berturut-turut di Jakarta, Bali dan Bandung.
Meski dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga cukup berada, kelas menengah, atau katakanlah “borjuasi kecil”, kepedulian dan sikap kritis tak surut oleh berbagai fasilitas yang dirasakannya pada masa kecil.
Tumbuh sebagai anak dan pemuda di medan yang berbeda telah mewarnai karakternya. Berpindah dari satu kota ke kota lain, dalam formasi kehidupan seorang anak manusia, jelas menggoreskan bekas, untuk hadir sebagai pribadi yang kompleks dan sejak kecil terbiasa menyaksikan alam pluralisme sebagai bagian dari hidupnya.
Pembentukan Karakter
“Dengan terbiasa bergaul dengan anak kalangan biasa di sekitar tempat tinggal saya, saya bisa merasakan bagaimana kesusahan masyarakat dan apa artinya hidup berbagi dengan orang lain,” kenang suami Alia Febyani Prabandari ini.
Selama masa kecil dan remaja, ia menyaksikan kesenjangan sosial hadir menyolok di pelupuk matanya. “Mungkin pengalaman itulah yang ikut mempengaruhi saya,” aku Jumhur.
Mungkin itulah sebabnya pula semangat kemanusiaannnya terus tumbuh di tengah kepeduliannya melihat nasib rakyat. Sikap kritisnya kian menguat bersamaan dengan pertumbuhan usia remajanya yang penuh dengan spirit perlawanan, spirit pembangkangan.
Demonstrasi adalah mode gerakan yang sangat diidolakan oleh Jumhur muda. Dalam beberapa hal hingga kini sikap ini tak sepenuhnya hilang dari dirinya. Baginya gerakan massa yang terorganisasikan dengan baik masih tetap dibutuhkan untuk mengontrol jalannya kekuasaan atau parlemen yang mungkin menyeleweng dari amanat rakyat.
Sikap pembangkangan itu tidak hanya terhadap tembok kekuasaan yang hendak diruntuhkannya, tetapi juga termasuk terhadap orang terdekat yang sangat dicintainya.
Setahun dalam penjara, pada 4 September 1990, persis pada hari ulang tahun bapaknya yang ke-54, Jumhur menulis sepucuk surat dari Rutan Kebon Waru, Bandung, yang antara lain berbunyi, “…ada baiknya jika mulai sekarang Bapak tidak lagi memandang ananda sebagai anak yang masih perlu buaian.”
“Sebaiknya,” demikian tulis Jumhur, “pandanglah ananda sebagai pemuda yang sedang mengejar cita-cita yang sangat banyak menemui tantangan dan rintangan. Semoga apa yang ananda perbuat ini bukan saja bermakna untuk diri ananda, melainkan juga bagi seluruh rakyat Indonesia yang kita cintai.”
Kegelisahan
Surat itu menggambarkan kegelisahan seorang Jumhur muda yang sedang mengalami perubahan dan gejolak jiwa. Kegetiran dan harapan yang berkecamuk dari balik sangkar besi. Kepahitan yang dirasa oleh seorang pemuda usia 20-an tahun, di sebuah negeri di mana tidak sedikit harapan dan impian anak muda selalu menemui jalan buntu dan tak jarang berakhir tragis.
Membaca Surat-surat dari Penjara (Bende Press, 2000), tak sedikit pun nada kecengengan atau keinginan Jumhur muda untuk dikasihani. Ini juga menggambarkan wataknya.
“Mungkin Anda tahu bahwa sampai sekarang saya masih berada di balik terali besi, tetapi saya tidak meminta Anda agar mengasihani saya. Sudah cukup bagi saya jika Anda mau memahami mengapa peristiwa itu sampai terjadi. Cukup Anda memahami, betapa represifnya penanganan terhadap diri saya,” demikian Jumhur menulis surat dari Rutan Kebon Waru, Bandung, pada 5 Agustus 1990, persis untuk mengenang setahun Peristiwa 5 Agustus.
“Sekali lagi, saya tidak ingin Anda mengasihani saya. Karena saya begitu yakin dan serius dengan apa yang saya lakukan,” tegas Jumhur.
Watak ini tampaknya tidak hanya dibentuk oleh tempaan keluarga dan lingkungannya, tetapi mungkin sedikit-banyak juga dipengaruhi oleh bacaan-bacaannya, terutama selama dalam tahanan.
Ia melahap berbagai bacaan yang membuat ide-idenya penuh dengan benturan. Ini terlihat jelas dari kandungan surat-suratnya selama dalam penjara. Ide-ide utopis yang kadang-kadang berbenturan secara tajam dengan realitas kehidupan. Namun, Jumhur tidak menyerap begitu saja apa yang ia baca. Ia selalu membenturkannya dengan realitas yang ia hadapi. Di sini ia tampak reflektif.
“Selama 31 bulan dalam penjara, pilihan produktif yang mungkin dilakukan hanyalah membaca, menulis serta mengajar para narapidana yang masih buta huruf,” demikian tulis Jumhur dalam Pengantar Surat-surat dari Penjara.
Sosok pemikiran Jumhur muda lebih memperlihatkan dirinya sebagai humanis-radikal. Terkesan ia tak mengenal kompromi. Sikap kritisnya selalu bermuara pada kata kemanusiaan, kepedulian pada rakyat, nasib para petani yang tanahnya digusur, atau kepahitan hidup para buruh yang gajinya tak bisa mencukupi hidup seminggu. Khas suara mahasiswa era 80-an dan 90-an. Di masa Orde Baru, ini menyolok dan disaksikan Jumhur di pelupuk matanya. Rupanya, semangat kerakyatan inilah yang nanti mengantarnya ke bui.
Di tengah kegelisahannya itu Jumhur tak sendirian. Begitu banyak anak muda seusianya yang bermandi lumpur bersama rakyat untuk mengubah nasib mereka. Bedanya, Jumhur bersuara lantang terhadap kekuasaan yang waktu itu tampak angker dan ditakuti. Karena itu, “peristiwa 5 Agustus”, yang menjebloskan Jumhur dan teman-temannya ke bui, menjadi bermakna sebagai perlawanan yang berani dan lantang terhadap rezim yang korup dan menindas.
Jumhur juga ditempa oleh dunia akivisme yang menjadi bagian darah hidupnya. Ia tidak hanya aktif di organisasi internal kampus, di ITB waktu itu, tetapi ia juga aktif dalam berbagai gerakan mahasiswa. Namun, ia tidak hanya aktif dalam organisasi dan gerakan, ia juga menuliskan apa yang ia pikirkan dan rasakan.
“Dari penjara saya sesekali menulis artikel dengan nama samaran ke koran-koran untuk menuangkan apa yang saya pikirkan dan untuk mengkritik kekuasaan,” kata Jumhur menceritakan bahwa ia sering menitipkan tulisannya ke wartawan yang tengah berkunjung atau meliput selama ia dalam tahanan.
Dengan menulis, kegelisahan Jumhur sedikit tersalurkan. Dengan begitu suaranya bisa didengar, dikritik, dan dibicarakan. Tetapi dengan menulis juga, sebenarnya membuat idenya diabadikan dan dikenang, minimal, oleh orang-orang dekat, yang ia cintai dan mencintainya. Ya, Jumhur beruntung, ia didukung oleh keluarganya, terutama ibu dan bapaknya, yang dengan segala pengorbanan dan kekuatan doanya telah mengikhlaskan pilihan hidup anaknya.
Sejak mahasiswa di tahun-tahun awal, Jumhur begitu terpesona untuk “menjadi manusia yang sangat sadar”, sehingga pantas disebut sebagai “kaum intelektual pembaruan”. Di sini ia ingin mengingatkan bahwa kita (baca: mahasiswa) harus sadar dengan ilmu yang dimilikinya. “Sebab jika sedikit saja Anda lengah, Anda akan terjebak oleh keadaan yang membuat Anda terasing dari realitas sosial yang ingin Anda ubah itu,” tegas ayah dari Ahmad Moqtav Hidayat (1,8 thn) ini.
“Kelengahan itu bisa menyebabkan pikiran-pikiran dan ide-ide pembaruan Anda berada pada gerbang perubahan, tetapi akhirnya Anda tidaklah melakukan apa-apa untuk suatu perubahan, dan ini berarti Anda telah kalah. Sudah menjadi tugas Anda untuk merefleksikan terus-menerus antara pikiran dengan realitas sosialnya, dan jadilah Anda manusia terdepan di dalam gerbang perubahan itu,” tulis Jumhur.
Jumhur berkali-kali menulis surat dan mengatakan dengan lantang bahwa ia membenci ideologi pragmatisme. Beberapa aktivis yang seangkatan dengannya bertanya-tanya, apakah Jumhur masih konsisten atau sudah larut dalam ‘ideologi’ yang dulu hendak di lawannya?
Hanya Jumhurlah yang tahu jawabannya. Namun, tekadnya tak banyak berubah. Kepada Biografi Politik, ia mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa perubahan sosial jangan diartikan secara sempit sebagai pergantian pimpinan nasional semata. Baginya, pergantian kekuasaan yang tak disertai pergantian atau perubahan struktur atau sistem menjadi kurang bermakna.
Suara itu masih lantang, minimal tak banyak berubah dari baris-baris catatan penjaranya, yang ia tulis ketika usianya masih cukup muda, 20-an tahun. Masa usia, ketika banyak generasi kini yang justru hanya menjadi pendukung “budaya mall” dan “budaya sinetron” yang banal. Pada usia seperti itu, Jumhur justru berteriak lirih, “Nurani adalah matahari/ Nurani adalah kompas kehidupan/ Nurani adalah guru segala zaman…” ***
Dijumput dari: http://idisubandyibrahim.blogspot.com/search/label/Majalah%20Biografi%20Politik%20edisi%20khusus%20kemerdekaan%20RI%2064
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar