Kamis, 11 Oktober 2012

Yang Manakah Sastra Kita Sebenarnya? (Antara Kontekstual dan Universal)

Sutejo
Surabaya Post, Feb 1990

Setiap saat kita selalu dihadapkan pada pertanyaan klasik, namun bila kita bicarakan akan semakin asyik. Yakni, tentang manakah sastra kita? Sehingga jawabannya akan sangat perspektif sekali, tanpa ada suatu kepastian. Termasuk para ‘’dewa-dewa sastra’’ sekarang tak mampu memberikan jalan tengah. Mereka berpendapat sendiri dengan penuh kesubjektivitasan.
Di satu sisi, di dengungkan tentang sastra adiluhung yang mempunyai nilai sastra tinggi, dengan begitu orientasi diarahkan pada lapisan masyarakat tertentu, yakni para kritisi sastra. Sementara, di sisi lain didengungkan tentang sastra yang kontekstual, yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat (sosial, budaya, pendidikan, teritorial daerah, dan seterusnya).

Satu hal yang patut kita amati adalah masalah penentuan manakah sastra, dan manakah yang bukan (belum) sastra. Agaknya keputusan masih terletak erat di tangan para kritisi sastra. Efek dari keadaan ini tampak sekali dalam dunia pengajaran sastra di sekolah, yang banyak memanfaatkan vokal para kritisi sebagai senjata andal dan pamungkasnya. Bahkan, tidak jarang dalam mengajarkan sastra mereka mengenakan ‘’seragam apresiasi’’, kemudian dikenakan beramai-ramai oleh siswa sebagai penikmat sastra. Dan jarang sekali, memilih karya sastra yang bertebaran dan yang telah terpublikasikan di media massa.

Inilah kenyataan sekarang. Terkecuali bila pengarangnya sudah mempunyai tahta –sebagai sastrawan yang mapan- bukan sastrawan pemula yang masih banyak mencoba-coba mencari bentuk dan jati diri.  Maka dari keadaan ini, tidaklah mengheranka bila pada ‘’pertemuan Sastrawan Muda Jawa Timur’’ tempo hari, ada semacam kesepakatan masalah perlunya respon para kritisi terhadap karya mereka, minimal diperhatikan dan diperhitungkan kehadirannya. Atau, katakanlah, ada semacam kesepakatan dibutuhkannya ‘’keterterimaan’’ atas kehadirannya, bukan antisipasi ataupun ‘’keteracuh-tak-acuhan’’.

Barangkali, inilah suatu keironisan panjang yang akan menjadi keriskanan, bila sang kritisi tidak juga mau dan sudi mengerlingkan mata pada sastrawan muda yang mencoba merangkak untuk menemukan sosok sastranya yang ideal, karena mereka ibarat tumbuhan adalah calon-calon benih yang akan tumbuh. ‘’Bagaimana agar mereka tidak mati?’’ tentunya dibutuhkan siraman dan perhatian terhadapnya agar tidak musnah.

Sastra Universal

Sastra inilah, agaknya yang diidealkan oleh kritisi sastra, yakni ‘’sebuah karya sastra yang berada di awang-awang’’, karena sastra ini dianggap mempunyai nilai rasa universal, yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, yang berlaku kapan saja dan di mana saja. Dan sastra macam ini hanyalah milik orang-orang tertentu. Ambillah contoh, karya sastra yang mendapat Hadiah Nobel, yang penciptaannya cenderung diorientasikan untuk konsumsi bagi konsumen tertentu, yakni para kritisi sastra. Dengan begitu, akan terasa adanya kesenjangan panjang dengan penikmat yang lain.

Pada keadaan ini, muncullah problema bahwa sastra kita akan menjadi tidak akrab lagi dengan publik sendiri (masyarakat), tepatnya hanya untuk kalangan tertentu. Sehingga akan terasa menyakitkan bila ketidaktahuan penikmat yang lain, dianggap sebagai suatu keterbelakangan, kebodohan, dan kepicikan apresiatornya. Bukankah sebenarnya sastra kita mempunyai corak tersendiri dengan yang lain?

Dan barangkali, sastra yang macam inilah yang diidealkan dalam tulisan sastrawan Bandung ‘’Obsesi Resepsi Sastrawan Muda Jawa Timur’’, dengan menampilkan beberapa tuntutan dalam menentukan kebermaknaan suatu karya, diantaranya (i) sudahkah karya sastra yang dimaksudkan memenuhi harapan si apresiator (Jauss dan Mandelokov) sehingga dengan begitu akan diperoleh adanya perluasan jarak estetis dan penemuan norma baru, (ii) apakah faktor ketidaktentuan (inerden) dan bidang kosong (Iser) dapat dihadirkan oleh sang kreator dan konstruktif, sehingga karya mempunyai pesona untuk diapresiasi.

Dalam keadaan ini, agaknya yang patut dicatat adalah apresiator kita yang beragam, sehingga akan muncul kemungkinan bahwa karya itu bermakna bagi yang satu belum tentu bagi yang lain, indah bagi apresiator yang satu belum tentu indah bagi apresiator lain. Padahal, keindahan dan kebermaknaan itu bukankah ada pada karya itu sendiri, penikmat sastra (apresiator), dan keindahan yang ada di luar antara keduanya. Barangkali yang terpenting adalah bagaimana karya itu bisa berinteraksi secara elastis dan fleksibel dengan penikmatnya.

Sastra Kontekstual

Sastra ini secara ekstrem dapatlah dikatakan sebagai pertentangan dari sastra universal. Sastra yang dibatasi oleh konteks tertentu, mempunyai nilai yang berbeda dari kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, tempat yang satu berbeda dengan tempat yang lain, begitu seterusnya. Mungkin karya sastra yang bertebaran hijau di lahan massa dapat digolongkan dalam sastra ini, di mana sastra yang demikian mempunyai hubungan yang lebih akrab  dan menyatu dengan penikmatnya. Bukan saja bentuk-bentuk yang demikian dapat dikatakan sastra, seperti halnya Yudhistira yang mengatakan bahwa karya sastra adalah sesuatu yang bisa berkomunikasi dengan lingkungan. Dicontohkan salah satu bentuknya sastra dangdut. Bagi Romo Mangun, lebih berbicara masalah keagunan yang menggantikan konsep keindahan secara formal dalam dunia sastra –keindahan adalah formal dalam dunia sastra – keindahan adalah kecerlangan kebenaran (puchrum splendor est veritas), sehingga sastra yang berkualitas baginya adalah sastra yang mempunyai nilai (dimensi) religius.

Bila kita apresiasi beberapa karya sastra yang sudah mapan, banyaklah yang dapat kita golongkan ke dalam karya sastra ini. Di antaranya (1) Pengakuan Pariyem (1981) karya Linus Suryadi AG, (2) Ronggeng Dukuh Paruk (1982), (3) Lintang Kemukus Dini Hari (1985), (4) Jantera Bianglala (1986), yang ketiganya karya Ahmad Tohari, (5) Burung-burung Manyar (1981) karya Romo Mangun, dan masih banyak lagi.

Pada Pengakuan Pariyem tercermin adanya kepasrahan seorang pembantu yang digauli oleh bendoronya, dia terima dengan kepasrahan lego lilo pasrah sumarah menggambarkan adanya ‘’dunia kecil’’ dan ‘’dunia besar’’. Pada ketiga karya Ahmad Tohari tercermin warna lokal kedaerahannya, yang menggambarkan warna lokal Jawa (tepatnya Jawa Tengah). Sedangkan Burung-burung Manyar Romo Mangun, lebih menonjolkan suatu nilai yang patut dipersembahkan kepada bangsanya, yang mencerminkan keadaan masyarakat (tepatnya masyarakat Indonesia).

Kalau kita mau jujur, sebenarnya banyak sastra Jawa yang mempunyai nilai tinggi. Seperti halnya Wayang, yang banyak mengandung nilai filosofis dan mistis tersendiri, bahkan mistis itu begitu tertanam dalam masyarakat Jawa (tepatnya yang masih memegang adat Jawa). Keyakinan akan ‘’candrane pewayangan’’ terhadap seseorang yang lahir pada hari tertentu, misalnya seorang anak yang lahir pada hari Wage, dianggap mempunyai tabiat dan perwatakan yang mirip Bima (=Bayuputro, Werkudoro). Sehingga anak itu, dianggap mempunyai ciri berpendirian teguh, kuat keyakinan, pantang mundur, mempunyai sikap yang sederhana (prasojo), dan seterusnya.

Lalu Sastra Kita?

Barangkali kita tidak terlalu repot dan bersusah-susah dengan teori Barat kemudian kita paksakan pada sastra kita untuk sekadar menentukan baik atau buruknya. Karena, kita mempunyai ciri karakteristik yang khas pada sastra kita yang berbeda dengan yang lain. Tapi, bukan menutup kemungkinan bahwa sejumlah teori Barat yang dianggap agung bisa diterapkan pada sastra kita, namun jangan disalahkan sastranya. Itu semua adalah sastra kita, milik kita. Mengapa harus memakai ukuran orang lain? Agaknya bukanlah suatu keharusan.

*) Sutejo, atau S.Tedjo Kusumo, (dulu) penulis  tingggal di Malang.
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2012/10/yang-manakah-sastra-kita-sebenarnya-antara-kontekstual-dan-universal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar