Eko Israhayu
http://www.kompasiana.com/3eko-israhayu.
1. Pembelajaran Sastra, Memprihatinkan
Pembelajaran sastra di sekolah memprihatinkan! Adalah isu klasik yang tetap populer hingga kini. Isu tersebut jika diperbincangkan, seolah tidak pernah ada habisnya. Selalu muncul mata air masalah berkait dengan pembelajaran sastra di sekolah yang disinyalir tidak kunjung membaik. Taufiq Ismail bahkan sampai gregetan dengan kondisi pembelajaran sastra yang demikian ancur-ancuran. Sebab berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan berkait pembelajaran sastra dan mengarang pada siswa SMA di 13 negara tahun 1997, kondisi yang terjadi di Indonesia sungguh amat memprihatinkan.
Dalam pidato pengukuhan gelar doktor honoris causa (HC) bidang pendidikan sastra dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 8 Februari 2003 lalu, Taufiq mengemukakan beberapa data dari hasil riset yang pernah dilakukannya. Taufiq membeberkan temuannya. Selama duduk di bangku sekolah, siswa SMU di Thailand membaca 5 judul buku sastra, siswa SMU di Malaysia dan Singapura 6 judul buku sastra, siswa SMU di Brunei Darussalam 7 judul, di Uni Sovyet 12 judul, di Kanada 13 judul, di Jepang dan Swiss 15 judul, di Jerman Barat 22 judul, di Perancis dan Belanda 30 judul, dan di AS 32 judul buku sastra, sementara siswa SMU di Indonesia nol judul buku sastra!
Penulis tidak tahu persis, bagaimana metode pengambilan sampel yang dilakukan Taufiq untuk penelitiannya di 13 negara tersebut, sehingga diperoleh angka yang demikian dramatis untuk kondisi pembelajaran sastra di Indonesia, yakni nol judul buku. Terlepas dari valid atau tidak, hasil penelitian yang pernah dilakukan Taufiq, masalah pembelajaran sastra yang memprihatinkan memang sudah merupakan isu lama, tetapi apakah memang telah demikian parah, hingga para siswa kita sampai tingkat SMU membaca buku sastra nol judul buku? Penulis kira data ini masih perlu dipertanyakan. Apalagi mengingat penerbitan buku-buku teenlit dan chicklit yang memiliki pangsa pasar remaja (siswa SLTP dan SLTA ) selalu laris manis di pasaran. Bukankah hal ini merupakan indikasi bahwa siswa SLTP dan SLTA mempunyai atensi yang cukup positip terhadap sastra?
Kendati penulis masih menyangsikan hasil penelitian Taufiq, hal menarik yang layak diberi apresiasi positif dari Taufiq adalah langkah kongkret yang kemudian ditempuhnya, sebagai wujud kepeduliannya terhadap kondisi pembelajaran sastra yang demikian ancur-ancuran. Taufiq mengadakan terobosan dengan melakukan enam gerakan sastra bagi siswa SMU hingga mahasiswa. Diantaranya membuat Sisipan Kaki Langit (untuk siswa SMU, Madrasah Aliyah, Pesantren, SMK) dalam Majalah Horison, mengadakan Pelatihan Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra (MMAS) untuk Guru Bahasa dan Sastra di seluruh propinsi, Program Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya (SBSB) dan Program Sastrawan Bicara, Mahasiswa Membaca (SBMM). Ia juga mengadakan Lomba Mengulas Karya Sastra dan Lomba Menulis Cerita Pendek. serta menghimpun siswa peminat sastra “Sanggar Sastra Siswa Indonesia” di 12 kota pada 2002.
Jika melihat kiprah Taufiq yang pada usia uzur (Taufiq lahir 25 Juni 1935) masih memiliki perhatian yang demikian besar terhadap kondisi pembelajaran sastra di sekolah, tentu kita merasa bangga sekaligus sedih. Bangga, karena di usianya yang telah uzur, Taufiq sebagai seorang sastrawan besar, tetap memiliki kepedulian (dengan melakukan langkah-langkah konkret) untuk memperbaiki kondisi pembelajaran sastra di sekolah. Sedih, karena: mengapa harus Taufiq yang menjadi demikian repot memikirkan kondisi pembelajaran sastra di sekolah? Mengapa bukan penulis, atau Anda yang dapat berbuat banyak seperti yang telah dilakukan Taufiq? Mengapa bukan Dinas Pendidikan yang mengagendakan adanya pelatihan secara berkesinambungan untuk para guru agar dapat meningkatkan profesionalismenya dalam membelajarkan sastra? Mengapa bukan Balai Bahasa? Tentu masih berderet pertanyaan mengapa yang lain.
Kolaborasi Balai Bahasa Semarang dan Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo yang pada hari ini mengadakan seminar dengan tema Peningkatan Apresiasi Sastra dalam Rangka Permartabatan Bahasa Indonesia, merupakan langkah yang laik didukung dan musti dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan sejenis dalam rangka upaya perbaikan pembelajaran sastra di sekolah.
2. Sosok Guru Sastra Profesional
Saat membahas kondisi pembelajaran sastra yang tidak menggembirakan, pertanyaan yang muncul kemudian adalah: salah siapa? Jawaban yang kemudian muncul biasanya seperti benang kusut yang sulit untuk diurai. Menurut Taufiq, ada elemen mikro dan makro yang menjadi penyebab pembelajaran sastra memprihatinkan. Penyair yang menulis buku kumpulan puisi berjudul Malu Aku Jadi Orang Indonesia ini mengemukakan sejumlah faktor penyebab. Faktor-faktor itu menyangkut berbagai keterbatasan, seperti keterbatasan buku, guru, dosen pencetak calon guru, orangtua siswa, siswa, kurikulum, pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, soal ulangan, dana, pemerintah, dan sastrawan.
Pada kesempatan ini, penulis tidak bermaksud untuk membahas secara menyeluruh tentang faktor penghambat pembelajaran sastra seperti dikemukakan Taufiq di atas. Oleh karena yang hadir di forum ini para guru, maka penulis hanya akan menyampaikan hal berkaitan dengan guru dalam pembelajaran sastra dan peran perguruan tinggi dalam mempersiapkan guru sastra berkualitas.
Selama ini, pangkal dan ujung pembicaraan tentang kualitas pembelajaran sastra yang memprihatinkan, paling sering dialamatkan kepada para guru. Atau dengan kata lain faktor yang paling berpengaruh sehubungan dengan lemahnya pembelajaran sastra adalah guru. Mengapa guru menjadi terdakwa utama atas kondisi buruknya kualitas pembelajaran sastra? Barangkali karena penggerak utama dalam pembelajaran adalah guru, maka guru menjadi pihak yang paling sering disorot. Guru yang gagap dalam membelajarkan sastra dianggap kurang atau tidak profesional. Tidak dapat dipungkiri, bahwa mengajar materi sastra memang membutuhkan kemampuan plus, dibandingkan dengan menyampaikan materi pelajaran yang lain. Sebagai contoh, saat menyampaikan pembelajaran sastra tentang membaca puisi yang baik, seorang guru tidak cukup hanya menyampaikan teori-teori tentang baca puisi, tetapi sebaiknya guru juga memberikan contoh berkait dengan membaca puisi. Demikian pula berkaitan dengan pembelajaran drama. Dalam memberikan pembelajaran tentang drama seorang guru tak cukup hanya memberi teori tentang bermain drama, akan lebih baik jika guru mampu memberi contoh-contoh akting secara sederhana. Demikian pula dalam pemberian materi berkait dengan mengarang, guru yang mempunyai kemampuan menulis tentu akan menyampaikan materi pembelajaran mengarang tidak sekadar pengetahuan yang bersifat teoretis. Pendeknya, untuk menjadi guru sastra yang baik seorang guru sastra sebaiknya membekali dirinya tidak hanya berupa kemampuan teoretis, tetapi yang juga cukup penting adalah kemampuan praktik. Jika seorang guru mampu membekali dirinya dengan kemampuan teoretis dan praktis, tentu saja ia akan dapat menjadi sosok guru sastra yang profesional.
Bagaimana sebenarnya gambaran sosok guru sastra profesional? Kali ini penulis akan mengutip pendapat yang dikemukakan Sutejo yang pernah dimuat di harian Kompas 12 April 2007. Menurut Sutejo, guru sastra populis, demikian ia mengistilahkan adalah guru sastra profesional, adalah guru yang memiliki kriteria: (1) punya kemampuan receptive apresiasi atas karya-karya sastra populer dan serius; (2) kemampuan kreatif reproduksi, utamanya sastra populer; (3) mau terlibat dalam aktivitas sastra (baik populer maupun serius); (4) kreatif mengambil materi ajar sesuai dengan konteks sosial anak, konteks psikologis anak (karena itu mestinya sastra populer kembali menjadi pilihan awal); (5) berani memfragmentasikan penggalan drama maupun fiksi (sinetron maupun teaterikalisasi lagu-lagu yang sedang ngepop); (6) mampu membimbing siswa untuk berkreasi secara empiris; dan (7) memiliki pustaka sastra yang “memadai”, tidak saja yang serius tetapi juga sastra populer.
Tentu saja untuk menuju cita-cita menjadi guru sastra yang populis, seperti dikemukakan Sutejo di atas, sejumlah langkah dapat ditempuh. Peran pemerintah (melalui Dinas Pendidikan dan Balai Bahasa, misalnya) yang secara terprogram dan kontinyu mengadakan pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme guru sastra, kiranya sudah mulai perlu dilakukan. Sebab, selama ini sangat jarang adanya pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru sastra. Selain itu, perguruan tinggi melalui IKIP/ LPTK yang terdapat di sejumlah universitas di Indonesia, kiranya dapat pula turut memberi sumbangsih untuk mempersiapkan guru sastra berkualitas.
3. Peran Perguruan Tinggi
Tidak dapat dipungkiri, bahwa kekurangprofesionalan guru dalam mengajar sastra disebabkan pula oleh perguruan tinggi yang belum maksimal dalam mengelola para mahasiswanya untuk dididik menjadi guru sastra yang profesional. Oleh karenanya, perguruan tinggi melalui IKIP dan LPTK dapat memberikan sumbangsih dalam mempersiapkan guru sastra yang berkualitas. Sejumlah strategi dapat ditempuh untuk mencapai hal tersebut. Adapun strategi yang dimaksud meliputi hal-hal berikut.
A. Menyediakan Tenaga Pengajar yang Profesional
IKIP dan LPTK penyedia calon guru sastra sebaiknya memiliki tenaga pengajar (dosen) yang profesional. Tuntutan ini wajib hukumnya. Sebab, bagaimana sebuah lembaga pengelola calon guru akan menghasilkan guru sastra yang profesional, jika tenaga pengajar yang mendidik calon guru tidak profesional? Sebagai contoh, pengampu mata kuliah Kajian Drama sebaiknya adalah seorang pengampu yang harus benar-benar mengerti (minimal munguasai dasar-dasar dramaturgi) tentang drama. Ia tidak harus seorang teaterawan, tetapi ia memiliki kemampuan yang cukup memadai untuk pementasan, akting, atau penulisan skenario misalnya. Jika seorang dosen pengampu mata kuliah Kajian Drama, tidak memiliki kemampuan plus, maka sudah dapat dibayangkan tentang materi yang akan diajarkannya kepada para mahasiswanya yang calon guru sastra tersebut. Tentu materi yang diberikan sebatas teori belaka. Akibatnya? Ketika mahasiswa calon guru tersebut kemudian lulus dan praktik mengajar, karena dosen pengampu tidak memberi bekal yang memadai, maka yang terjadi sang mahasiswa didikan dosen teoretis, hanya akan memfotocopi gaya dosennya saat mengajar. Ia mengajarkan tentang bermain peran, tetapi tidak melakukan permainan peran. Atau, ia sekadarnya menyampaikan materi tentang bermain peran, tanpa memberikan penguatan-penguatan yang membuat siswanya tertarik dan jatuh cinta pada drama (sastra).
Pada sejumlah mata kuliah yang menuntut kemampuan plus (Kajian Puisi, Penulisan Sastra Kreatif, Penulisan Skenario, Apresiasi Prosa, Menulis Ekspresif, dan sebagainya), cukuplah berbahaya jika perguruan tinggi tidak mempercayakannya pada dosen yang profesional. Sebab, imbasnya sudah dapat ditebak.
Apabila perguruan tinggi tidak memiliki tenaga profesional untuk mata kuliah yang menuntut kemampuan plus, perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan tenaga pengajar praktisi dari luar, misalnya dengan sastrawan yang ada di daerah di wilayah perguruan tinggi berada.
B. Kurikulum yang Proporsional
Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada program studi di perguruan tinggi yang secara khusus mendidik calon guru sastra. Yang ada, biasanya program studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia (ada juga yang menambah Sastra Daerah). Oleh karena, program studi yang ada berupa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, maka muatan kurikulum yang ada biasanya ditujukan pada dua aspek, yakni aspek kebahasaan dan kesastraan. Pada kenyataannya, ternyata penyusunan kurikulum di perguruan tinggi acapkali tidak terdapat perbandingan yang proporsional. Pada sejumlah perguruan tinggi, penyusunan kurikulum lebih banyak menitikberatkan pada aspek kebahasaan. Adanya fenomena ini tentu saja dapat menjadi salah satu penyebab, bekal kemampuan sastra yang dimiliki calon guru sastra menjadi tidak memadai. Yang cukup memperihatinkan jika, misalnya dari 150 SKS yang ditempuh mahasiswa selama di perguruan tinggi, ternyata hanya 15 – 20 SKS saja yang berkaitan dengan sastra. Apa yang dapat diperoleh mahasiswa calon guru sastra dari jumlah SKS yang sangat sedikit itu untuk dapat mengajarkan sastra?
C. Mata Kuliah Pilihan untuk Sastra Apresiatif
Fenomena lemahnya pembelajaran sastra di sekolah yang terjadi selama ini, terutama pada pembelajaran sastra berkait dengan sastra apreasiatif. Misalnya pembelajaran sastra berkait dengan memahami puisi dan membaca puisi. Tidak sedikit guru-guru yang merasa kurang ngeh saat menyampaikan materi berkait dengan pemaknaan dan pembacaan puisi. Guru acapkali merasa gagap dalam menginterpretasi puisi, dan juga grogi saat dimintai siswa memberikan contoh membaca puisi.
Oleh karenanya, IKIP/ LPTK yang bertugas mempersiapkan guru sastra, sebaiknya juga mempertimbangkan sejumlah permasalahan yang muncul di lapangan untuk selanjutnya memberikan pembekalan yang memadai kepada para mahasiswa. Berkait dengan hal tersebut, cara yang mungkin dapat ditempuh misalnya dengan menyediakan mata kuliah pilihan untuk materi sastra yang bersifat apresiatif. Melalui mata kuliah pilihan ini, diharapkan pengetahuan mahasiswa baik secara teoretis maupun praktis dapat bertambah dan berkembang.
D. Kerjasama dengan Lembaga Kemitraan
Upaya yang ditempuh IKIP/ LPTK yang bertugas mempersiapkan guru sastra, akan sangat baik jika dilengkapi kerjasama dengan sejumlah lembaga kemitraan. Misalnya dengan Dikti, Dinas Pendidikan setempat, Balai Bahasa, Dewan Kesenian, Pers/ Penerbitan, MGMP, LPPM, dan lembaga-lembaga lain yang memungkinkan. Dengan adanya kerjasama kemitraan ini akan dapat memberikan wawasan kepada dosen dan mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam menggali dan mengekspresikan pengetahuan tentang sastra.
Kerjasama dengan pihak Dikti dan Depdiknas, misalnya dengan adanya kegiatan pelatihan pembelajaran sastra. Pihak Dikti setiap tahun selalu menyediakan sejumlah anggaran yang dapat dimanfaatkan dosen dan mahasiswa untuk mengadakan kegiatan berkait dengan peningkatan profesionalisme guru. Pada program Penerapan Ipteks misalnya, para dosen dapat mengajukan sejumlah program untuk meningkatkan kualitas guru dalam membelajarkan sastra. Melalui kerjasama dengan Depdiknas dan Balai Bahasa, barangkali perguruan tinggi juga dapat mengupayakan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan profesionalisme guru.
Demikianlah sedikit pokok pikiran yang dapat penulis sampaikan kaitannya dengan peran perguruan tinggi dalam mempersiapkan guru sastra yang berkualitas. Sedikit pokok pikiran yang penulis sampaikan, mudah-mudahan dapat diperkaya oleh segenap pembaca di forum ini, sehingga kita dapat saling berbagi.
(Pernah disampaikan dalam Seminar “Gerakan Cinta Bahasa dan Sastra Indonesia” di Kabupaten Wonosobo).
*) Eko Sri Israhayu, tinggal di Purwokerto. Suka mendengarkan musik. Melalui kompasiana ingin
menimba ilmu, dan saling berbagi. Terutama berkait dengan bidang
kepenulisan dan masalah kependidikan.
Dijumput dari: http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/04/upaya-menyiapkan-guru-sastra-berkualitas/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar