Rabu, 10 Oktober 2012

Upaya Menyiapkan Guru Sastra Berkualitas

Eko Israhayu
http://www.kompasiana.com/3eko-israhayu.

1. Pembelajaran Sastra, Memprihatinkan

Pembelajaran sastra di sekolah memprihatinkan! Adalah isu klasik yang tetap populer hingga kini. Isu tersebut jika diperbincangkan, seolah tidak pernah ada habisnya. Selalu muncul mata air masalah berkait dengan pembelajaran sastra di sekolah yang disinyalir tidak kunjung membaik. Taufiq Ismail bahkan sampai gregetan dengan kondisi pembelajaran sastra yang demikian ancur-ancuran. Sebab berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan berkait pembelajaran sastra dan mengarang pada siswa SMA di 13 negara tahun 1997, kondisi yang terjadi di Indonesia sungguh amat memprihatinkan.

Dalam pidato pengukuhan gelar doktor honoris causa (HC) bidang pendidikan sastra dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 8 Februari 2003 lalu, Taufiq mengemukakan beberapa data dari hasil riset yang pernah dilakukannya. Taufiq membeberkan temuannya. Selama duduk di bangku sekolah, siswa SMU di Thailand membaca 5 judul buku sastra, siswa SMU di Malaysia dan Singapura 6 judul buku sastra, siswa SMU di Brunei Darussalam 7 judul, di Uni Sovyet 12 judul, di Kanada 13 judul, di Jepang dan Swiss 15 judul, di Jerman Barat 22 judul, di Perancis dan Belanda 30 judul, dan di AS 32 judul buku sastra, sementara siswa SMU di Indonesia nol judul buku sastra!

Penulis tidak tahu persis, bagaimana metode pengambilan sampel yang dilakukan Taufiq untuk penelitiannya di 13 negara tersebut, sehingga diperoleh angka yang demikian dramatis untuk kondisi pembelajaran sastra di Indonesia, yakni nol judul buku. Terlepas dari valid atau tidak, hasil penelitian yang pernah dilakukan Taufiq, masalah pembelajaran sastra yang memprihatinkan memang sudah merupakan isu lama, tetapi apakah memang telah demikian parah, hingga para siswa kita sampai tingkat SMU membaca buku sastra nol judul buku? Penulis kira data ini masih perlu dipertanyakan. Apalagi mengingat penerbitan buku-buku teenlit dan chicklit yang memiliki pangsa pasar remaja (siswa SLTP dan SLTA ) selalu laris manis di pasaran. Bukankah hal ini merupakan indikasi bahwa siswa SLTP dan SLTA mempunyai atensi yang cukup positip terhadap sastra?

Kendati penulis masih menyangsikan hasil penelitian Taufiq, hal menarik yang layak diberi apresiasi positif dari Taufiq adalah langkah kongkret yang kemudian ditempuhnya, sebagai wujud kepeduliannya terhadap kondisi pembelajaran sastra yang demikian ancur-ancuran. Taufiq mengadakan terobosan dengan melakukan enam gerakan sastra bagi siswa SMU hingga mahasiswa. Diantaranya membuat Sisipan Kaki Langit (untuk siswa SMU, Madrasah Aliyah, Pesantren, SMK) dalam Majalah Horison, mengadakan Pelatihan Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra (MMAS) untuk Guru Bahasa dan Sastra di seluruh propinsi, Program Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya (SBSB) dan Program Sastrawan Bicara, Mahasiswa Membaca (SBMM). Ia juga mengadakan Lomba Mengulas Karya Sastra dan Lomba Menulis Cerita Pendek. serta menghimpun siswa peminat sastra “Sanggar Sastra Siswa Indonesia” di 12 kota pada 2002.

Jika melihat kiprah Taufiq yang pada usia uzur (Taufiq lahir 25 Juni 1935) masih memiliki perhatian yang demikian besar terhadap kondisi pembelajaran sastra di sekolah, tentu kita merasa bangga sekaligus sedih. Bangga, karena di usianya yang telah uzur, Taufiq sebagai seorang sastrawan besar, tetap memiliki kepedulian (dengan melakukan langkah-langkah konkret) untuk memperbaiki kondisi pembelajaran sastra di sekolah. Sedih, karena: mengapa harus Taufiq yang menjadi demikian repot memikirkan kondisi pembelajaran sastra di sekolah? Mengapa bukan penulis, atau Anda yang dapat berbuat banyak seperti yang telah dilakukan Taufiq? Mengapa bukan Dinas Pendidikan yang mengagendakan adanya pelatihan secara berkesinambungan untuk para guru agar dapat meningkatkan profesionalismenya dalam membelajarkan sastra? Mengapa bukan Balai Bahasa? Tentu masih berderet pertanyaan mengapa yang lain.
Kolaborasi Balai Bahasa Semarang dan Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo yang pada hari ini mengadakan seminar dengan tema Peningkatan Apresiasi Sastra dalam Rangka Permartabatan Bahasa Indonesia, merupakan langkah yang laik didukung dan musti dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan sejenis dalam rangka upaya perbaikan pembelajaran sastra di sekolah.

2. Sosok Guru Sastra Profesional

Saat membahas kondisi pembelajaran sastra yang tidak menggembirakan, pertanyaan yang muncul kemudian adalah: salah siapa? Jawaban yang kemudian muncul biasanya seperti benang kusut yang sulit untuk diurai. Menurut Taufiq, ada elemen mikro dan makro yang menjadi penyebab pembelajaran sastra memprihatinkan. Penyair yang menulis buku kumpulan puisi berjudul Malu Aku Jadi Orang Indonesia ini mengemukakan sejumlah faktor penyebab. Faktor-faktor itu menyangkut berbagai keterbatasan, seperti keterbatasan buku, guru, dosen pencetak calon guru, orangtua siswa, siswa, kurikulum, pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, soal ulangan, dana, pemerintah, dan sastrawan.

Pada kesempatan ini, penulis tidak bermaksud untuk membahas secara menyeluruh tentang faktor penghambat pembelajaran sastra seperti dikemukakan Taufiq di atas. Oleh karena yang hadir di forum ini para guru, maka penulis hanya akan menyampaikan hal berkaitan dengan guru dalam pembelajaran sastra dan peran perguruan tinggi dalam mempersiapkan guru sastra berkualitas.

Selama ini, pangkal dan ujung pembicaraan tentang kualitas pembelajaran sastra yang memprihatinkan, paling sering dialamatkan kepada para guru. Atau dengan kata lain faktor yang paling berpengaruh sehubungan dengan lemahnya pembelajaran sastra adalah guru. Mengapa guru menjadi terdakwa utama atas kondisi buruknya kualitas pembelajaran sastra? Barangkali karena penggerak utama dalam pembelajaran adalah guru, maka guru menjadi pihak yang paling sering disorot. Guru yang gagap dalam membelajarkan sastra dianggap kurang atau tidak profesional. Tidak dapat dipungkiri, bahwa mengajar materi sastra memang membutuhkan kemampuan plus, dibandingkan dengan menyampaikan materi pelajaran yang lain. Sebagai contoh, saat menyampaikan pembelajaran sastra tentang membaca puisi yang baik, seorang guru tidak cukup hanya menyampaikan teori-teori tentang baca puisi, tetapi sebaiknya guru juga memberikan contoh berkait dengan membaca puisi. Demikian pula berkaitan dengan pembelajaran drama. Dalam memberikan pembelajaran tentang drama seorang guru tak cukup hanya memberi teori tentang bermain drama, akan lebih baik jika guru mampu memberi contoh-contoh akting secara sederhana. Demikian pula dalam pemberian materi berkait dengan mengarang, guru yang mempunyai kemampuan menulis tentu akan menyampaikan materi pembelajaran mengarang tidak sekadar pengetahuan yang bersifat teoretis. Pendeknya, untuk menjadi guru sastra yang baik seorang guru sastra sebaiknya membekali dirinya tidak hanya berupa kemampuan teoretis, tetapi yang juga cukup penting adalah kemampuan praktik. Jika seorang guru mampu membekali dirinya dengan kemampuan teoretis dan praktis, tentu saja ia akan dapat menjadi sosok guru sastra yang profesional.

Bagaimana sebenarnya gambaran sosok guru sastra profesional? Kali ini penulis akan mengutip pendapat yang dikemukakan Sutejo yang pernah dimuat di harian Kompas 12 April 2007. Menurut Sutejo, guru sastra populis, demikian ia mengistilahkan adalah guru sastra profesional, adalah guru yang memiliki kriteria: (1) punya kemampuan receptive apresiasi atas karya-karya sastra populer dan serius; (2) kemampuan kreatif reproduksi, utamanya sastra populer; (3) mau terlibat dalam aktivitas sastra (baik populer maupun serius); (4) kreatif mengambil materi ajar sesuai dengan konteks sosial anak, konteks psikologis anak (karena itu mestinya sastra populer kembali menjadi pilihan awal); (5) berani memfragmentasikan penggalan drama maupun fiksi (sinetron maupun teaterikalisasi lagu-lagu yang sedang ngepop); (6) mampu membimbing siswa untuk berkreasi secara empiris; dan (7) memiliki pustaka sastra yang “memadai”, tidak saja yang serius tetapi juga sastra populer.

Tentu saja untuk menuju cita-cita menjadi guru sastra yang populis, seperti dikemukakan Sutejo di atas, sejumlah langkah dapat ditempuh. Peran pemerintah (melalui Dinas Pendidikan dan Balai Bahasa, misalnya) yang secara terprogram dan kontinyu mengadakan pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme guru sastra, kiranya sudah mulai perlu dilakukan. Sebab, selama ini sangat jarang adanya pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru sastra. Selain itu, perguruan tinggi melalui IKIP/ LPTK yang terdapat di sejumlah universitas di Indonesia, kiranya dapat pula turut memberi sumbangsih untuk mempersiapkan guru sastra berkualitas.

3. Peran Perguruan Tinggi

Tidak dapat dipungkiri, bahwa kekurangprofesionalan guru dalam mengajar sastra disebabkan pula oleh perguruan tinggi yang belum maksimal dalam mengelola para mahasiswanya untuk dididik menjadi guru sastra yang profesional. Oleh karenanya, perguruan tinggi melalui IKIP dan LPTK dapat memberikan sumbangsih dalam mempersiapkan guru sastra yang berkualitas. Sejumlah strategi dapat ditempuh untuk mencapai hal tersebut. Adapun strategi yang dimaksud meliputi hal-hal berikut.

A. Menyediakan Tenaga Pengajar yang Profesional

IKIP dan LPTK penyedia calon guru sastra sebaiknya memiliki tenaga pengajar (dosen) yang profesional. Tuntutan ini wajib hukumnya. Sebab, bagaimana sebuah lembaga pengelola calon guru akan menghasilkan guru sastra yang profesional, jika tenaga pengajar yang mendidik calon guru tidak profesional? Sebagai contoh, pengampu mata kuliah Kajian Drama sebaiknya adalah seorang pengampu yang harus benar-benar mengerti (minimal munguasai dasar-dasar dramaturgi) tentang drama. Ia tidak harus seorang teaterawan, tetapi ia memiliki kemampuan yang cukup memadai untuk pementasan, akting, atau penulisan skenario misalnya. Jika seorang dosen pengampu mata kuliah Kajian Drama, tidak memiliki kemampuan plus, maka sudah dapat dibayangkan tentang materi yang akan diajarkannya kepada para mahasiswanya yang calon guru sastra tersebut. Tentu materi yang diberikan sebatas teori belaka. Akibatnya? Ketika mahasiswa calon guru tersebut kemudian lulus dan praktik mengajar, karena dosen pengampu tidak memberi bekal yang memadai, maka yang terjadi sang mahasiswa didikan dosen teoretis, hanya akan memfotocopi gaya dosennya saat mengajar. Ia mengajarkan tentang bermain peran, tetapi tidak melakukan permainan peran. Atau, ia sekadarnya menyampaikan materi tentang bermain peran, tanpa memberikan penguatan-penguatan yang membuat siswanya tertarik dan jatuh cinta pada drama (sastra).

Pada sejumlah mata kuliah yang menuntut kemampuan plus (Kajian Puisi, Penulisan Sastra Kreatif, Penulisan Skenario, Apresiasi Prosa, Menulis Ekspresif, dan sebagainya), cukuplah berbahaya jika perguruan tinggi tidak mempercayakannya pada dosen yang profesional. Sebab, imbasnya sudah dapat ditebak.
Apabila perguruan tinggi tidak memiliki tenaga profesional untuk mata kuliah yang menuntut kemampuan plus, perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan tenaga pengajar praktisi dari luar, misalnya dengan sastrawan yang ada di daerah di wilayah perguruan tinggi berada.

B. Kurikulum yang Proporsional

Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada program studi di perguruan tinggi yang secara khusus mendidik calon guru sastra. Yang ada, biasanya program studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia (ada juga yang menambah Sastra Daerah). Oleh karena, program studi yang ada berupa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, maka muatan kurikulum yang ada biasanya ditujukan pada dua aspek, yakni aspek kebahasaan dan kesastraan. Pada kenyataannya, ternyata penyusunan kurikulum di perguruan tinggi acapkali tidak terdapat perbandingan yang proporsional. Pada sejumlah perguruan tinggi, penyusunan kurikulum lebih banyak menitikberatkan pada aspek kebahasaan. Adanya fenomena ini tentu saja dapat menjadi salah satu penyebab, bekal kemampuan sastra yang dimiliki calon guru sastra menjadi tidak memadai. Yang cukup memperihatinkan jika, misalnya dari 150 SKS yang ditempuh mahasiswa selama di perguruan tinggi, ternyata hanya 15 – 20 SKS saja yang berkaitan dengan sastra. Apa yang dapat diperoleh mahasiswa calon guru sastra dari jumlah SKS yang sangat sedikit itu untuk dapat mengajarkan sastra?

C. Mata Kuliah Pilihan untuk Sastra Apresiatif

Fenomena lemahnya pembelajaran sastra di sekolah yang terjadi selama ini, terutama pada pembelajaran sastra berkait dengan sastra apreasiatif. Misalnya pembelajaran sastra berkait dengan memahami puisi dan membaca puisi. Tidak sedikit guru-guru yang merasa kurang ngeh saat menyampaikan materi berkait dengan pemaknaan dan pembacaan puisi. Guru acapkali merasa gagap dalam menginterpretasi puisi, dan juga grogi saat dimintai siswa memberikan contoh membaca puisi.

Oleh karenanya, IKIP/ LPTK yang bertugas mempersiapkan guru sastra, sebaiknya juga mempertimbangkan sejumlah permasalahan yang muncul di lapangan untuk selanjutnya memberikan pembekalan yang memadai kepada para mahasiswa. Berkait dengan hal tersebut, cara yang mungkin dapat ditempuh misalnya dengan menyediakan mata kuliah pilihan untuk materi sastra yang bersifat apresiatif. Melalui mata kuliah pilihan ini, diharapkan pengetahuan mahasiswa baik secara teoretis maupun praktis dapat bertambah dan berkembang.

D. Kerjasama dengan Lembaga Kemitraan

Upaya yang ditempuh IKIP/ LPTK yang bertugas mempersiapkan guru sastra, akan sangat baik jika dilengkapi kerjasama dengan sejumlah lembaga kemitraan. Misalnya dengan Dikti, Dinas Pendidikan setempat, Balai Bahasa, Dewan Kesenian, Pers/ Penerbitan, MGMP, LPPM, dan lembaga-lembaga lain yang memungkinkan. Dengan adanya kerjasama kemitraan ini akan dapat memberikan wawasan kepada dosen dan mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam menggali dan mengekspresikan pengetahuan tentang sastra.

Kerjasama dengan pihak Dikti dan Depdiknas, misalnya dengan adanya kegiatan pelatihan pembelajaran sastra. Pihak Dikti setiap tahun selalu menyediakan sejumlah anggaran yang dapat dimanfaatkan dosen dan mahasiswa untuk mengadakan kegiatan berkait dengan peningkatan profesionalisme guru. Pada program Penerapan Ipteks misalnya, para dosen dapat mengajukan sejumlah program untuk meningkatkan kualitas guru dalam membelajarkan sastra. Melalui kerjasama dengan Depdiknas dan Balai Bahasa, barangkali perguruan tinggi juga dapat mengupayakan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan untuk peningkatan profesionalisme guru.

Demikianlah sedikit pokok pikiran yang dapat penulis sampaikan kaitannya dengan peran perguruan tinggi dalam mempersiapkan guru sastra yang berkualitas. Sedikit pokok pikiran yang penulis sampaikan, mudah-mudahan dapat diperkaya oleh segenap pembaca di forum ini, sehingga kita dapat saling berbagi.

(Pernah disampaikan dalam Seminar “Gerakan Cinta Bahasa dan Sastra Indonesia” di Kabupaten Wonosobo).
*) Eko Sri Israhayu, tinggal di Purwokerto. Suka mendengarkan musik. Melalui kompasiana ingin menimba ilmu, dan saling berbagi. Terutama berkait dengan bidang kepenulisan dan masalah kependidikan.
Dijumput dari:  http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/04/upaya-menyiapkan-guru-sastra-berkualitas/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar