Kamis, 19 Agustus 2021

Menulis Wajah Rinus

untuk Evi Nunhala

Felix K. Nesi *
Jawa Pos, 21 Juni 2020
 
SESUDAH misa hari Minggu yang kudus itu, Rinus bertanya apakah saya bisa membantu ia memukuli Danker.
 
Danker yang mana, saya bertanya, yang sopir oto Widuri atau tukang bangunan dari Malaka?
 
“Yang sopir,” Rinus menjawab.
 
“Apa yang ia lakukan kepadamu?”
 
“Ia mencolek pantat Evi, dua hari lalu. Evi marah, tetapi ia bilang, ‘Pantatmu bagus, lalu kenapa? Mau lapor saudaramu yang banci itu?’”
 
“Danker bilang begitu?” saya bertanya.
 
“Tanya Evi kalau tak percaya,” ia menunjuk Evi dengan kepalanya.
 
Saya menoleh, mengikuti anggukannya. Di pintu kapel orang beriringan, tua dan muda, memeluk Alkitab atau menggendong anak-anak. Dari samping patung Bunda Maria, Evi yang mengawasi kami menganggukkan kepala sambil melirik ibunya. Ibunya tidak melihatnya—ia sedang berbicara kepada seorang ibu lain dengan bibir mencibir, mungkin tentang pakaian seseorang yang kurang pantas.
 
Saya berpaling, melihat langkah saya. Matahari meninggi, mengintip jalanan lewat pundak orang-orang beriman. Bayangan kami berkejaran dengan langkah kaki. Dedaun kering yang basah oleh hujan subuh bergerisik saat beradu dengan sepatu-sepatu gereja.
 
“Bagaimana?” Rinus bertanya.
 
“Kau butuh tiga orang untuk memukuli seorang sopir,” saya berkata. “Sopir menyimpan kunci roda dekat pintu dan punya seorang konjak [1].”
 
“Saya akan mengajak Jofu.”
 
“Joni Nafu?” saya bertanya. “Ia lari dari Tangerang sesudah membunuh preman pasar. Kau tidak akan mengajak pembunuh untuk memukuli orang, kecuali kau siap melihat mayat.”
 
“Bagaimana dengan Yuven?”
 
“Yuven anak Maubesi?”
 
Ia mengangguk.
 
“Bisa. Tetapi, jika sopir itu adalah Danker, kau akan butuh empat orang untuk menghajarnya.”
 
Rinus menarik napasnya.
 
“Dia melecehkan Evi. Mempermalukan saya. Saya akan tetap menghajarnya, dengan atau tanpa kalian.”
***
 
Ibu Evi adalah wali baptis Ursula, adik saya yang bungsu. Keluarga kami sangat dekat, terlebih sesudah ayah mereka meninggal. Kami berbagi rasa yatim yang sama. Sesekali Ursula menginap bersama Evi, sesekali Evi datang ke rumah. Saya mencintai mereka dan akan selalu membela mereka.
 
Namun, siapa yang tidak kenal Danker? Nama aslinya Daniel, ia samarkan menjadi Danker untuk memberi kesan angker. Tahun 1992 ia dibawa dari Dili oleh seorang tentara dan dibesarkan di kodim. Seperti umumnya anak haram Kodim, ia malas sekolah dan rajin berkelahi. Namanya busuk dari kota sampai ke desa-desa.
 
Itulah kenapa, sebelum membuat keputusan, saya menelepon Om Isak.
 
“Rinus ingin memukul Danker.”
 
“Danker si tukang batu? Pukuli saja, siapa yang mau membelanya?”
 
“Bukan. Danker yang sopir Widuri.”
 
Om Isak tidak menjawab.
 
“Bajingan itu mencolek pantat saudarinya dan menyebut ia banci.”
 
“Tunggu. Siapa itu Rinus?”
 
Saya kesulitan menjelaskan siapa itu Rinus. Nama keluarga dari ayahnya tidak terlalu dikenal di kota ini. Di zaman kerajaan, mereka hanyalah rakyat jelata. Sesudah Timor bergabung dengan Indonesia pun, mereka tetap jelata.
 
Namun, Om Isak mengenal ibu Rinus. Ayah dari ibu Rinus bermarga Sufa, ia pernah menjadi anggota dewan. Saya bilang, ibu Rinus adalah wali baptis Ursula. Mereka sudah seperti keluarga bagi kami, seharusnya Om Isak juga menganggapnya keluarga, membelanya.
 
“Saya tidak suka ada masalah.” Hanya itu kata Om Isak.
***
 
Di Timor Barat, yang benar-benar mengontrol hidupmu bukanlah ayah atau ibumu. Tetapi, ia adalah atoin amaf, yaitu saudara laki-laki dari ibumu. Kau hidup untuk mematuhi mereka, bertuhan kepada mereka. Saat kau lahir, mereka yang berurusan dengan ari-arimu. Saat kau mati, mereka yang menutup matamu. Jika mereka tak datang saat putus napasmu, tak akan ada yang memandikan mayatmu, tak akan ada yang menggali kuburmu. Kau akan membusuk di tempat tidur, dimakan serangga dan kutukan.
 
Itulah kenapa saya menelepon Om Isak. Ia satu-satunya saudara ibu, dan ia punya pengaruh di kota ini. Ia memenangkan sahabatnya, seorang preman pasar, menjadi bupati dua periode. Ia pandai bernegosiasi dan mengenal semua orang di kota, dari tukang pukul sampai polisi, kontraktor sampai tentara perbatasan.
 
Namun, Om Isak kelihatannya tidak begitu suka pada ide memukuli Danker. Sebagai anak kodim, walau hanya haram, Danker punya pengaruh. Banyak orang yang akan bekerja untuknya.
 
Malam berikutnya, sudah agak larut ketika saya pulang dari toko buku. Kota menjadi lebih dingin sejak pohon turi berbunga. Kabut tipis jatuh pukul delapan dan orang-orang enggan keluar dari rumah. Toko-toko tutup lebih awal, hanya warung orang Sabu yang buka sampai larut. Di gang dekat rumah, empat tukang ojek berdiang sambil membicarakan sesuatu yang membuat saya berhenti.
 
Saya bilang selamat malam, apakah saya boleh ikut berdiang?
 
“Mari, Kakak Penulis,” yang paling besar mempersilakan. “Apakah ada bacaan baru yang bagus?” Ia berbasa-basi.
 
Saya menggeleng. “Pengarang sekarang lebih suka bergosip daripada menulis. Mereka hanya menghasilkan sampah yang membosankan.”
 
Mereka tertawa. Seseorang menuangkan sopi dan menyodorkannya kepada saya. Saya minum sekali tenggak dan mengembalikan sloki. Satu putaran sopi dan kami tidak berbicara. Hanya suara jangkrik dan putih kabut yang mengelilingi. Mereka masih ingusan ketika saya sudah kebut-kebutan dengan sepeda motor—mereka kelihatan sungkan duduk satu api dengan saya.
 
“Apa yang kalian bicarakan tadi?” Saya bertanya sesudah beberapa jenak.
 
“Rinus ingin memukuli Danker,” seseorang berkata, senang bahwa suasana menjadi cair.
 
“Dia pasti mampus kena hajar, hahah,” yang lain menyambung.
 
“Dari mana kalian tahu?” saya bertanya.
 
“Ia mengajak Yuven, kemarin. Yuven belum kasih jawab.”
 
“Si Anjing Yuven,” seseorang menyambung, “menambal ban bocor saja dia tidak sanggup. Dia akan semaput kena hantam kunci roda.”
 
“Apakah kalian mau membantu Rinus?” saya bertanya.
 
“Membantu memukuli Danker? Huh. Siapa yang cukup gila untuk memukuli anak kodim?”
 
“Ya, saya tidak mau berkelahi. Zaman ini, satu kali pukul bisa langsung kena pasal.”
 
“Kecuali…” yang lain menyambung,” kecuali kalau Rinus bergaul di tempat ini. Tak perlu diminta, pasti kita bantu. Tetapi, dia jarang main di sini. Berdiang, minum-minum… Hari-hari di rumah saja. Kalau melihat kita, lagaknya seperti kita pencuri. Jika ada masalah begini, siapa mau membantu?”
 
Saya mengapresiasi keputusan mereka dan berpamitan.
 
“Kakak,” seseorang memanggil, ”sesekali masukkanlah kami ke dalam cerita.”
 
Saya mengangguk. Bukan masalah besar untuk memasukkan empat pengecut ke dalam cerita pendek saya.
***
 
Ursula pulang sekolah ketika saya sedang memberi minum sapi. Wajahnya pucat seperti habis bertemu Soeharto.
 
“Kakak kenal Denjer?” ia bertanya.
 
Siapa itu?
 
“Konjak oto Widuri.”
 
Saya menggeleng.
 
“Dia bilang ke saya, ‘Kasih tahu kakakmu yang penulis itu untuk menjauh dari masalah. Atau…’”
 
“Atau apa?” saya bertanya.
 
“Atau tangannya tidak akan bisa lagi dipakai menulis.”
 
“Dia bilang begitu?”
 
Ursula mengangguk.
 
“Berapa umurnya?”
 
“Enam atau tujuh belas.”
 
Bangsat!
 
Saya telepon Rinus.
 
“Konjak Widuri itu masih anak-anak,” saya berkata.
 
“Semua konjak adalah anak-anak,” Rinus menjawab. “Tetapi, mereka ingin menjadi sopir. Mereka tidak takut mati untuk membela sopir.”
 
“Sudah dapat berapa orang?” saya bertanya.
 
“Yuven menolak, tidak bisa ikut. Atoin amaf-nya penyelundup motor, berteman baik dengan komandan perbatasan. Dia tidak mau ada masalah dengan anak tentara.” Diam sejenak. “Tetapi, Jofu bersedia.”
 
“Kau ajak Jofu?”
 
“Memangnya mau ajak siapa lagi?” Ia terdengar sengit. “Tidak ada anak gang yang mau membantu.”
 
Saya terdiam.
 
“Kau ikut?” ia bertanya.
 
“Saya ikut. Jauhkan Jofu dari barang tajam. Siap lerai jika keadaan jadi kacau.”
***
 
Kepala saya seperti kena tikam setiap kali mencoba mengurutkan kembali kisah ini. Sakit bukan main. Tidak ada satu pun rencana yang berjalan dengan baik. Danker pasti membayar sangat mahal. Atau Jofu yang telah berutang banyak kepadanya.
 
Samar saya dengar suara Evi, menangis. Ursula duduk di depan saya. Ia sudah bosan menangis dan mengomel. Ibu terlalu sedih untuk datang ke rumah sakit. Ia hanya berkirim pesan dengan Ursula. Om Isak marah besar dan tidak mau mendengar apa-apa.
 
Kami mencegat oto Widuri sebelum pukul enam sore, di depan sekolah pertanian. Cara terbaik untuk memukuli orang adalah menjelang magrib. Kau akan punya cukup waktu untuk menghajarnya dan bisa kabur begitu hari mulai gelap. Malam akan memberimu cukup waktu untuk kabur –kau bahkan bisa menyeberang ke Timor Leste.
 
Hampir magrib, Jofu tidak juga kelihatan. Tetapi, Rinus tidak sabar lagi.
 
“Dengan atau tanpa Jofu, kita akan tetap menghajar Danker.”
 
Rinus telah membawa dua rantai sepeda motor, panjang dan masih berminyak, ia tumpuk di dekat kakinya. Jaga-jaga kalau Danker keluar dengan kunci roda, katanya.
 
Saya tidak membawa apa-apa. Saya hanya akan mengurus konjaknya, binatang setengah umur yang telah mengancam saya. Saya akan bikin dia menyesal telah mengincar jari seorang penulis.
 
Oto lain pergi dan pulang, tetapi Widuri belum juga kelihatan. Sopir-sopir dan konjak-konjak berwajah cemas melihat kami berdiri di tepi jalan, dengan rantai motor bertumpuk di rerumputan. Bukan tidak mungkin angin meniup kabar dan Danker telah tahu bahwa kami ingin mencegatnya. Jofu belum juga kelihatan. Mungkin buron itu takut kena tangkap.
 
Rinus sudah tidak peduli. Ia tetap akan menghajar Danker.
 
Saat oto Widuri akhirnya muncul dari pertigaan warung bakso, Rinus berdiri di tepi jalan dan memberi tanda stop. Saya bersiap menghajar si konjak. Danker yang menyetir tidak berhenti baik-baik. Ia melaju sedikit lebih cepat, lalu membanting setir ke kiri dan mengerem mendadak.
 
Saya melompat ke samping. Rinus memutar cepat dan sempat memukuli Danker di balik pintu. Saya lihat wajah Danker kena sambar tinju. Pokpak! Tetapi, Danker mendorong pintu dengan keras dan Rinus terlempar ke jalanan. Dan yang keluar dari pintu utama oto itu adalah alasan Jofu tidak muncul-muncul.
 
Jofu turun dari oto sesudah konjak dan tiga orang berandal lain melompat ke luar. Konjak dan tiga orang berandal itu langsung mengeroyok saya. Samar saya lihat Jofu dan Danker mengelilingi Rinus. Danker memegang kunci roda, Jofu membawa pisau komando. Rinus yang terjatuh tidak sempat lagi mengambil rantainya.
 
Membayangkan apa yang akan terjadi, marah dan panik membuat saya kalap. Tetapi, empat orang bajingan setengah umur itu membuat saya tidak berdaya. Saya dihajar dari kiri dan kanan, bertubi-tubi. Seseorang menghantam tengkuk saya dengan batu. Seorang lain menghancurkan jari-jari saya. Kini kepala saya perih bukan main setiap kali saya mencoba mengurutkan kembali apa yang terjadi. Saya tidak akan melupakan wajah Rinus. Erangan terakhirnya dengan pisau di jantung. Saya ingin menuliskannya sekarang, menuliskan wajahnya, sebagai ingatan terakhir. Tetapi, saya tidak bisa menggerakkan jari-jari saya.
 
Oetimu, 2020
 
KETERANGAN: [1] Konjak (Melayu Timor): kondektur

*) FELIX K. NESI, Emerging sopi-maker, tinggal di Bitauni, NTT. Bukunya berjudul Orang-Orang Oetimu (2019). http://sastra-indonesia.com/2021/08/menulis-wajah-rinus/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar