Koran
Tempo, 1 Juni 2008
KARNA
tembang
siapa yang bikin
kantuk
singgah? nina bobo
apa
yang ngangkat jiwa
(nun)
terbang ke alam mimpi?
layang-layang
yang
diwahyukan
lewat
ayah
dan ibu
melayang-layang
anaknya lanang apa?
anaknya
wadon apa?
aku
cuma lumut–hanyut
mengglosor
dari raut batu
sampai
yang lebih kukuh
dari
pancang: merengkuh.
tetes
tangis menggerus
candi
anonim–ayah dan ibu
yatim-piatu.
YUDISTIRA
aku
akan mendaki gunung
ini,
aku mencari puncak
itu.
karena pengembaraan
mengekalkan
rindu dalam kalbu
yang
kekal itu tak di lurah,
tak
di lembah, tak muncul
dari
tunggul sebagai tunas. itu
ada
di penghujung undakan awan
diam-diam
meninggalkan
istana,
menjauhi rakyat,
kerabat,
musuh dan saudara
–yang
mengekal batu di setapak
:
ada yang memayungi segala
meski
tak tampak di mana-mana
BIMA
hari
kamis: aku menyelam
ke
dasar samudra. mencari
awal
yang membangkitkan
alun,
ombak dan badai lautan
mencari
penggerak diri
mencari
pengukuh aku
–sumber
dari segala ada
hari jumat: hati pergi
sendiri,
nuh berjingkat
menjauhi
hiruk-pikuk semesta ada
mengejar awal garis
: sirotol mustakim
NAKULA-SADEWA
dulu:
pencinta ulung itu
membelah
cermin: aku
dan
bayanganku terpisah
siapa
yang lebih utama
antara
kami? ibu kunti
menerima
kami seperti
merelakan
ayah dan ibu moksa
pada satu saat harus dipilih:
aku atau kau–yang tinggal
di
antara yang tersisa. yudistira
wajah
lelah di raut telaga
tak
menjelaskan: siapa
yang
dipilih raut gelombang?
1426 H/1428 H
___________
Beni Setia kini tinggal di Caruban, Jawa Timur. Menulis dalam bahasa Indonesia dan Sunda. Buku kumpulan puisinya adalah Legiun Asing (1987) dan Harendong (1996). http://www.media-kangayan.com/2008/08/beni-setia.html
Beni Setia kini tinggal di Caruban, Jawa Timur. Menulis dalam bahasa Indonesia dan Sunda. Buku kumpulan puisinya adalah Legiun Asing (1987) dan Harendong (1996). http://www.media-kangayan.com/2008/08/beni-setia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar