Jumat, 16 Maret 2018

Mbayangke Diskusi Buku MMKI di PDS H.B. Jassin

Nurel Javissyarqi *

Saya tak menyangka kalau buku “Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia” bakal dibedah di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin. Jangan-jangan ini lamunan saja, karena kebetulan tengah baca ulang buku susunannya ‘Paus Sastra Indonesia’ yang bertitel “Kontroversi Al-Qur’an Berwajah Puisi,” Grafiti 1995, tentunya lagi berseberangan. Bayangan ini menjulur pada peristiwa lampau “Ketika Jogja Menghakimi Jakarta,” karena lupa tanggal bulan tahun kejadiannya, saya telusuri di google, dimulai Jam 20.00 tanggal 28 Mei 2003 di Auditorium IAIN SuKa (UIN Sunan Kalijaga) Yogyakarta. Sebenarnya acara malam itu menggelar diskusi dua buku puisi terbitan Jendela dan Bentang Budaya, “Suatu Cerita dari Negeri Angin” karya Agus R. Sarjono, “Reruntuhan Cahaya” karya Jamal D. Rahman, yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Kebudayaan Akar Indonesia, moderatornya cerpenis Joni Ariadinata. Tapi sayang, titel tema yang menyimpang tersebut terkena hukum bandul menurut saya, yakni malahan “Jogja yang dihakimi Jakarta,” lantaran mental minder tua rumah yang masih terkungkung watak kedaerahan, kala melihat orang-orang dari pusat, letak pemerintahan RI, pintu gerbang NKRI, punjernya media-media massa Nasional beserta ornamen-ornamennya.

Sidang acara 15 tahun silam itu entah kenapa saya mengikuti, padahal sudah balik kampung ke Lamongan sejak awal 2002, mungkin ada jadwal lain yang patut dikunjungi. Dalam acara KJMJ, saya hanya datang seperti hadirin lain, atau bisalah disematkan sebagai pengamat sastra amatiran abadi. Mungkin bayangan saya ini kurang layak, sebab tidak lagi tinggal di Jogja, pun bukan roda penggerak kesusastraan di Ngayogyakarta secara umum. Dan seumpama “Buku Pertama MMKI: Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia” dibahas di PDS, ini hanyalah mimpi, impian pun tak sampai ke situ, maka jadilah ‘ngimpi’ nun jauh di sebrang angan, ataukah inilah takdirnya, selepas berlarut-larut mengerjakan tulisannya, tiada jemu membenahi berulang-ulang, mengekalkan kekisaran sekeliling pula menembus bebatas perkiraan, sambil ditemani berbatang rokok di sebelah wedang kopi pengusir penat. Dan firasat acara di PDS, serupa berkah kemurahan hati cerpenis Siwi Dwi Saputro, sang ketua proyek penulisan buku “Pada Detik Terakhir, Antologi Cerpen Duet” terbitan Bajawa Press 2017, serta komentar dari Tengsoe Tjahjono mengenai MMKI, sedang diri ini lunglai tiada mampu berbuat lebih, selaksa terlanjur syukur teramat jujur ‘matur suwon’ yang terdalam sebaik-baiknya.

Kenapa bayangan bedah buku tak sampai ke PDS? Sebab saya tetap merasa cuma pengelana yang kebetulan suka baca, atau ada segarit pesimis, kalau pandangan saya diuji sebegitu dekat dalam kehidupan ini, karena tidak mungkin digubris pendapat saya di masa-masa masih bernafas, olehnya diri selalu terbiasa menempatkan perihal yang tertulis baru diserap para pembaca setelah tiada, ketika sudah nyaman memandangi gemintang beredar di tengah malam tanpa kebisingan, seperti ramalan menyerupai bom waktu yang dihawatirkan penyair Mardi Luhung dalam beberapa kali obrolan. Namun demi menggenapi, buku-buku yang tidak dilirik itu rencananya dipersiapkan di hadapan sidang susastra, barangkali di depan para guru besar sebangsanya. Mendadak saya disergap hembusan angin tiba-tiba, suasananya nanti sunyi pengunjung, atau energi terterima belum mencapai kebulatan, ataukah ini harapan manis demi tegap melanjutkan, melancarkan serangan sekaligus menggali benteng parit-parit jebakan bagi perdebatan harmonis tentunya.

Mendung hitam ramalan Mardi kian menebal kental, saat saya menawarkan MMKI agar dibedah di STKIP Ponorogo kepada Doktor Sutejo, yang dengan nada bercanda dia berkomentar; “Tulisane wong edan!” Dilanjutkan jalan sambil tertawa renyah memandang saya yang pernah melakoni perjalanan hayat serupa “Wayang kelangan gapite” istilahnya, sewaktu bermukin di kantornya SSC. Tapi diselang masa setelah baca buku itu, dia menanggapi kalau tulisan saya teramat serius penggarapannya, dan barangkali penulis asli Kota Warok merasa kurang nyaman jika MMKI didiskusikan di kampusnya, dihawatirkan membikin persinggungan paham terhadap kritikus Maman S Mahayana pun Aming Aminoedhin, yang otobiografinya Presiden Penyair Jawa Timur akan diterbitkan SSC, dan kabar lain saat bertemu pemilik Pustaka Ilalang, Alang Khoiruddin berkomentar bahwa bukunya Aming itu sempat terbit secara terbatas. Lalu pikiran ini menerawangi sikap motivator ulung Sutejo seolah berucap; “Kau kan sudah sering mengisi acara di sini, maka cukuplah, dan saatnya ke tempat-tempat yang belum terjajaki bukumu sekaligus menjelajah.”
***

Sedikitnya tiga kali saya ke PDS H.B. Jassin, dua kali tak sempat mampir; Pertama membeli buku di dekatnya bersama cerpenis Teguh Winarsho AS setelah dari kantor surat kabar Suara Pembaruan untuk mengantarkan sebendel karya novelnya yang kemudian terbit di koran itu secara bersambung “Di Bawah Hujan” edisi 10 April 2000 - 7 Juni 2000. Kini penulis novel “Kantring Genjer-genjer, dari Kitab Kuning sampai Komunis,” PuJa, Februari 2007, menjadi bos penerbitan buku di Jogja berbendera Lafal Indonesia, Araska, Parasmu, Pinang Merah, dan diantara teman-teman yang karyanya diterbitkan ialah Sri Wintala Achmad, Abidah El Khalieqy, Otto Sukatno Cr, Mahmud Jauhari Ali. Saya jalan-jalan ringan sekitar PDS waktu itu, sambil kepul-kepulkan debunya sekalian mambayang suatu hari akan menggelar acara di situ (kalau tak keliru seturut kabar terdengar lamat-lamat, ‘Paus Sastra Indonesia’ sedang dirawat di Rumah Sakit, tapi tak terjenguk lantaran saya bukan siapa-siapa, kejadian ini hampir persis semasa saya dan rombongan Sanggar Alam asuhan pelukis Tarmuzie mengunjungi museum Affandi tahun 1990, tatkala beliau juga dirawat di RS). Dan keinginan menggelar kegiatan di PDS pelahan-lahan surut melarut pudar bersamaan kesuntukan diri memasuki alam teks tanpa pedulikan sekitar, ataukah dengan gerak menjauh, Gusti Maha Welas Asih mendekati batin Siwi, demi menyadarkan diri ini pada lamunan sempat buyar tenggelam di kesendirian. Hukum tarik-ulur inilah sandaran sekaligus motivasi dalam gua kesunyian, yakni tentu berjumpa orang-orang yang sepadan suntuk pula peroleh lebih dari perkiraan biasa.

Sekitar pertengahan September 2005 kembali ke Jakarta, ini dirunut tanggal 5 Oktober memasuki Ramadhan, dan di buku “Trilogi Kesadaran” halaman 331, adanya esai “Revolusi dan Sakit Gigi,” sungguhlah teringat penulisannya di kantor SPL (Serikat Petani Lampung), tempat adiknya kawan Y. Wibowo yakni Sigit, jaraknya berkisar 2 KM dari UNILA ke selatan, dan beberapa kali ke BaLam, bertemu para penulis, Udo Z Karzi, Asarpin, Oky Sanjaya, SW. Teofani dll. Sebelum ke Bandar Lampung, di Ibukota menemui Teguh yang kali itu sudah bermukim di Jakarta, tidak seperti paragraf di atas tinggal di Yogyakarta, lalu janjian dengan Binhad Nurrohmat bertemu di Taman Ismail Marzuki, ngobrol sana-sini, jalan-jalan di PDS pun tak lupa mencari buku-buku lawas, dan setelah dirasai cukup kami saling berpisah. Sebelum itu, saya titip kepada Teguh untuk mengurusi ISBN, sebab dimulai tahun 2004 saya telah terbitkan beberapa buku kelas stensilan; cover sablonan, dalamnya fotokopian (jejak ini terekam di bukunya Maman S Mahayana “Bermain dengan Cerpen, Apresiasi dan Kritik Cerpen Indonesia,” Gramedia, Juni 2006, pada catatan kaki di halaman 56; Sebuah fenomena menarik… Hak Cipta dilindungi Akal Budhi, ISBN: Insyaallah diridhoi allah SuBhaNahuwata’ala. Saya meminta tolong ke Teguh, selain mengusahakan ISBN PUstaka puJAngga, juga penerbit teman Lamongan, Alang Khoiruddin dengan Pustaka Ilalang, dan segeralah penulis kumpulan cerpen “Tato Naga,” Grasindo 2005, berhasrat membikin penerbitan berlabel Lafal Indonesia, kemudian ketiganya menemui takdirnya masing-masing. Di sebelah PDS itulah, saya masih mengidam rasa tidak untuk bedah buku, namun membaca puisi dengan rambut gondrong ikal memanjang seperti para pujangga tempo dulu.

Kedatangan ketiga di Ibukota untuk membedah buku “Trilogi Kesadaran; Kajian Budaya Semi, Anatomi Kesadaran, dan Ras Pemberontak” PuJa (PUstaka puJAngga), Okrober 2006, di toko kitab dekat kampus Universitas Indonesia. Dalam kesempatan itu, saya berkenalan dengan Donny Gahral Adian yang termasuk pembedahnya, di sana dia banyak mendukung pandangan buku tersebut, tidak lebih berpaham kalau filsuf Timur sebagaimana diri saya (saya hanya tersenyum, lalu berpendapat bahwa kampus-kampus besar di Indonesia, semisal UI, UGM, dll, sudah sepantasnya memiliki Mazhab Sastra, Mazhab Filsafat). Sebenarnya, acaranya tidak hanya mendiskusikan “Trilogi Kesadaran,” juga novel “Dazedlove; Reportoar Mahasiswi Demonstran,” Pustaka Ilalang, 2006, karya Rodli Tl, tapi penulisnya tidak hadir. Serampungnya acara, meluncur ke kontrakannya Teguh, di sana dikenalkan cerpenis Damhuri Muhammad yang tidak jauh dari tempatnya, lalu menuju ke kediaman kritikus Maman S Mahayana, atau kali kedua ke rumahnya di daerah Bojonggede, pertama selorong paragraf di atas, dan jalan sendiri mengantarkan bendelan puisi yang akan terbit bertitel “Kitab Para Malaikat,” PuJa, Desember 2007. Di padeponkannya, saya banyak menyerap pelbagai pengetahuan kepenulisan, menggali sungguh cerita para penyair di Jakarta, pula apa saja, sebab dia termasuk ‘loman’ tidak pelit dalam membagi-bagikan keilmuannya. Jadi teringat ungkapannya terhadap para penyair yang sok bergaya dengan kata-kata; penyair udik!

Barangkali decak gelombang laut tak pernah sama, dan saya bersyukur sempat berjumpa orang-orang penting dalam dunia sastra Indonesia walau setengah tak sengaja, atau kesengajaan selepas bersesuaian ombaknya. Sebelum dapati undangan baca puisi di acara Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Abdul Hadi WM di Paramadina 9-11 Juni 2008, saya tengah mendalami buku disertasinya “Tasawuf yang Tertindas: Kajian Hermeneutik terhadap Karya-karya Hamzah Fansuri,” Paramadina, Mei 2001. Undangannya dari Maman, sayangnya di baliho, di koran-koran pemberitaannya tiada nama Nurel, itu diri dimaklumi, sebab saya bukan siapa-siapa, atau bisa jadi lembar undangannya tersebut inisiatif kritikus, dan malam itu pembawa acaranya Acep Zamzam Noor, saya termasuk paling muda dari para pembaca puisi, ditutup Sutardji Calzoum Bachri. Selepas acara, kritikus produktif MSM berkata kalau diri saya dinaungi dewi fortuna, barangkali sebab sikap saya baca puisi tanpa mau diiringi musik, yang diakhirnya SCB berkata bahwa puisi yang baik, tanpa musik sudah baik. Dalam kesempatan berkumpul dengan para penyair, saya serap aura-auranya, dan di selang waktu berbeda, bertemu kembali beberapa dari mereka dalam suatu acara di TIM, sehingga ada kesempatan lagi menjajakinya, disaat itu berjumpa penyair seangkatan di Jogja, Akhmad Sekhu. Sebelum menghadiri acara di Paramadina, beberapa tamu luar kota berkumpul di rumah kritikus yang nantinya menerbitkan buku “Pengarang Tidak Mati, Peranan dan Kiprah Pengarang Indonesia,” Nuansa Cendekia, Juli 2012, di situlah awal kali mengenal Sutejo bersama Kasnadi dari bumi Batoro Katong, keduanya mengidap rasa penasaran atas keberadaan PUstaka puJAngga, karena sebelumnya melihat buku PuJa di Gramedia, dan lain kesempatan menuju Lamongan, yang membuat jiwanya terbakar menerbitkan karya-karyanya lebih jauh (baca esainya “Berkaca Menulis dari Nurel” pada bukunya “Inspiring Writer,” SSC dan Pustaka Felicha, 2010).

Ke lima menghisap Jakarta, menghadiri undangan sebagai peserta JILFest yang pertama di Kota Tua, 11-14 Desember 2008, ini pun atas rekomendasi kritikus MSM. Saya ‘kelingan,’ suatu hari Afrizal Malna sms, meminta beberapa puisi untuk dimasukkan ke program kegiatannya yang bertaraf Internasional juga, dan saya tak masuk seleksi, entah tahun berapa, yang jelas ketika almarhum Fahrudin Nasrulloh masih sehat. Dalam acara Jakarta International Literary Festival, saya berkenalan dengan sastrawan ampuh Putu Wijaya, dan memberanikan diri meminta tulisannya di blog pribadinya untuk diusung ke beberapa website saya kelola, syukurlah diberi izin seluas-luasnya. Dan saya ingat betul pendapatnya soal posisi kesusastraan Indonesia dalam kancah pergaulan susastra dunia adalah belum apa-apa. Dari situ, saya meloncat turun menggali banyak informasi melalui buku-buku lama, dll, meneliti tanggal usia waktu kejadiannya, dsb, ketika WS Rendra, Budi Darma, dst, di luar negeri, dan nyatanya suara terbanyak membesarkan kabar berita di dalam negeri semata. Lain itu, mempelajari kegiatan berkelas Nasional pula Internasional, tidaklah berpengaruh ke pribadi pengarang, atau karyalah lebih bisa berbicara. Sehingga, melihat politik sastra kian semrawut, saya tak heran atau keheranan pun tidak menyentuh pengelana. Oya, di JILFest itu juga bertemu Sihar Ramses Simatupang yang nantinya membongkar buku MMKI, dan semoga berjumpa penulis kelahiran Ngimbang, yang saya penasarani, Eka Budianta.
***

Setelah mengenang yang pernah terjadi, kini menyentuh judul bakal mengalami, atau bisa juga batal menjadi, lantaran manusia hanyalah wayang yang dimainkan Sang Dalang, mudahnya hati berbolak-balik, kelahiran serta ketiadaan di genggaman Tuhan Semesta Alam, atau saya kerap menikmati sesuatu itu berawal dari panggung belum digelar, pentas teater dimainkan, sampai berkemas-kemas menyudahi, semuanya pelajaran demi depan. Kekecewaan juga kegembiraan dunia perangainya sementara, tinggal rupa-rupa di linggiran pantai tepian jurang menawan, berharap bisa mengambil hikmah sebelum surutnya tembang. Jika bedah buku Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra MMKI di PDS H.B. Jassin terlaksana, yang rencananya hari Senin 9 April 2018, Jam 15.00-18.00. Siwi beserta para panitia (Komunitas Deo Gratias), saya dudukkan di batin ini sebagaimana guru lukis Tarmuzie, almarhum KH. Abdul Aziz Masyhuri, almarhum guru nulis KRT. Suryanto Sastroatmodjo. Almarhum Gus Zainal Arifin Thoha, kritikus Maman S Mahayana, pula Sutejo, dst, atau orang-orang baik yang secara tak sengaja mengantarkan saya menafaskan harapan hampir punah. Atau barangkali, sudah tak mengharapkan selain bernikmat-nikmat berkarya, bersunyi-sepi menghisap madu kesendirian dalam ruang-ruang kata, ataukah sudah sangat lama, apakah baru memulai rasa yang dirasakan Albert Camus, “…aku menjadi seorang seniman, tanpa penolakan, tanpa persetujuan.” (Pengantar bukunya “L’Envers et l’Endroit” 1935-1936, terbitan awal 1937 di usianya 22 tahun, pengakuannya itu merujuk tahun 1935. Kalimat tersebut terdapat dalam terbitan ulangnya di tahun 1958, pada usianya yang ke 45, atau dua tahun sebelum mangkat).

Bisa jadi inilah selayang warna selendang absurdisme; “tanpa penolakan tanpa persetujuan,” sejenis berkeinginan menghapus kemapanan yang diterimanya, atau dia tidak mau kalah pamor dengan eksistensialisme Jean Paul Sartre, sang penolak Nobel Sastra, dapat terjadi juga serupa olok-olok, pula jauh keduanya lebih mempercayakan hakim penentu, yakni waktu bersegenap perangainya, dan saya sebagai pembaca seperti selampir masa nan tertunda, nafas-nafas dipompa jantung berguna, pula bisa peroleh sia-sibe menemui masa-masa kadaluarsa. Ingatlah pandangan Putu Wijaya, maka biasa sajalah, bro! Lewat ini, lebih mudah melalui tanpa dihantui apa saja selain dosa, dan tiada menemukan raut kewibawaan putus asa di atas panggung sandiwara, sebab semuanya sudah diserahkan disaat melangkah. Karena sudah memasuki paragraf sebelas, cukuplah! Lalu mari berdiskusi tanpa membawa rasa takut melebihi orang gila yang duduk di bawah gelantungan kabel listrik tegangan tinggi, atau bayi yang ditinggalkan orang tuanya di pinggir jalan, makna kata; marilah belajar sambil menghajar, dihajar demi terus belajar sampai ke liang lahat. Ah, jadi terngiang, ‘kata’ penutup pada kuliah umum yang tak boleh saya mengikutinya di STKIP Ponorogo, dari almarhum Prof. Dr. Ayu Sutarto; “Prek!”
***

5 Maret 2018
*) Pengelana waktu, tinggal di dusun Pilang, desa Tejoasri, Laren, Lamongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar