Kamis, 08 Maret 2018

BUKA KELAMBU


Anjrah Lelono Broto

Kaki kecil Marji lincah mengelupas pematang sawah menjadi jengkal-jengkal tak bermakna. Tanpa banyak membuang pandang, kaki kecil Marji menguliti pematang meninggalkanku jauh di belakang. Berkali aku harus membetulkan kain yang kupakai karena betisku menuntut untuk tersembul saat langkah kaki melebar-melesat, mengikuti langkah-langkah kaki kecil Marji yang bahagia namun tidak bersahabat dengan kakiku.

Belasan tahun aku telah melewati pematang ini. Setiap sudut dan relungnya yang licin telah tersimpan rapat dalam memoriku. Namun kelopakku berkembang seiring merunduknya bunga padi. Dulu aku bisa berjalan atau berlari selincah kaki kecil Marji. Tapi itu itu dulu. Waktu pinggul dan dadaku belum mekar seperti sekarang. Waktu betisku bukan sebuah ketidaklaziman pemandangan, hingga aku harus memakai kain panjang, dan langkahku tidak dibolehkan lebar dan mengibar.
     
Bahagianya waktu itu.
     “Jangan cepat-cepat, Ji!!” rutukku menggerutu.
     Marji menoleh dengan dosa yang tidak dipahami ujung atau pangkalnya. “Ada apa, Yu?”
     “Jalanmu jangan terlalu cepat, Ji! Yu Girah nggak bisa nututi….”
     “Dhe Kromo tadi menyuruh cepat-cepat, Yu.”
     
Tanda tanya yang sewaktu Marji datang tadi hanya sebesar biji kemiri, sigap menggelembung menjadi bongkahan batu lereng Merapi. “Bapak punya karep apa lagi ini?” tanya batinku tak seirama dengan gemuruh jantung.
     “Di rumah tadi apa ada tamu nggak, Ji?!’ terburu.
     
Marji tidak menelurkan sebuah kata jawab. Hingga hilang tubuh kecilnya di antara barongan Wak Kaji Karto, bocah yang sering membantuku menjemur gabah itu tidak meninggalkan tanda yang bisa kurangkai menjadi jawaban. Marji hanya melambai ringan. Sebuah petanda bahwa tugasnya telah terseleseikan.
     
Ah, bahagianya. Ingin rasanya kembali menjadi anak seumuran Marji, bisa berbuat dan berpikiran ringan dengan bahagia.
***
     
Ketika tanganku meletakkan caping di dinding gedhek lumbung telingaku menangkap suara bantas Bapak dan tamunya di mbale. Usia membuat telinga Bapak tidak setajam ketika masih suka mbedhog di hutan wetan kali. Sehingga ketika berbicara seakan tidak ada lagi rahasia. Siapa saja yang ada di halaman atau di samping rumah sekarang, tentu saja akan mengetahui apa yang menjadi tema perbincangan. Bahkan bakul penthol yang lewat di depan rumahku pun akan mengetahui rahasiaku. Karena aku dan keperempuanankulah yang sekarang menjadi perbincangan hangat Bapak dengan tamunya.
     
Gemericik air di pancuran belakang ketika aku menguraikannya menjadi pembersih tangan dan wajah mengundang Ginah, adikku.
     “Yu….”, suaranya ditahan.
     Aku mengelap wajahku.
     “Yu….”, kali ini dilebihkan.
     
Aku tidak membuat pertanyaan untuk Ginah, adikku. Karena kutahu pasti apa jawabannya. Kulewati Ginah dan segera langkah kuhela menuju kamar. Harapku, aku semakin jelas mendengar suara Bapak dari kamar.
     
Aku tidak menoleh ke kanan. Aku tidak menoleh ke kanan. Biasanya, ketika aku berjalan dari pancuran di luar rumah ke kamar aku selalu menyisihkan saat dan pandangku ke kanan. Di mana ada kekembangan Melati yang jika musim hujan seperti ini mekar bertebaran, meruapkan wangi yang membuat keperempuananku menjadi semakin berharga. Itu yang kurasa ketika roncen Melati menghiasi rambut usai mandi. Lirikan dan pandangan kepranan lelaki berkali kunikmati ketika basah rambut bercumbu dengan roncen Melati. Bolehkah aku merasa bahagia?
     “Yu, ada lagi yang ngarepno sampeyan…”
     
Aku melirik dan mengarahkan jari telunjukku di depan bibir. Ginah, adikku, memamerkan prengut di wajah manis-lugunya. Terinspirasi telunjukku, Ginah bersijingkat membunuh suara langkah kakinya dan menempelkan telinganya di dinding kamar. Aku tersenyum. Hatiku berbisik dalam sepatah kata-kata patah, “Ginah, adikku, keluguan dan kepolosanmu bulan depan atan tahun depan mungkin akan menjamu kegelisahan yang sekarang aku rasakan…”
     
Kusibakkan anak-anak rambutnya yang tambeng karena bermain-main di wajah putih polosnya. Ginah mengarahkan pandang ketidakpahaman memeluk hatiku. Segera aku peluk Ginah. Dia memelukku dalam tidak tahu, tetapi pelukan eratnya memberikan tahu bahwa Ginah sangat menyayangi aku, kakak perempuannya dan juga sosok ibu baginya.
     
Pelukan erat kami membunuh panca indera dan ketika sadar Bapak sudah di pintu kamar.
***
     
Tekad Bapak telah bulat. Sebulat telur-telur yang kugodok malam ini. Tekad Bapak bulat untuk menerima lamaran Mas Jarwo. Usia menjadi alasan mendasar yang sukar untuk ditawar. Lazim bagiku, juga perempuan seusiaku, menikah dan melahirkan, sekarang. Aku tidak banyak tahu tentang pernikahan. Juga perbedaan antara perempuan-perempuan bersuami dan perempuan belum bersuami. Bahkan, aku juga belum tahu apa yang aku harap dan harus beri dari seorang suami. Mungkin karena aku terlalu banyak tidak tahu atau tidak ada yang memberi tahu aku, padahal sepengetahuanku; berbahagialah orang yang tidak tahu.
     
Lelaki yang nama, wajah, apalagi perilaku belum banyak aku tahu malam ini dan seterusnya akan menjadi suamiku. Dalam pengetahuan Bapak, lelaki itu pantas menjadi suamiku. Kata Bapak; sawahnya luas, sapinya banyak, dan bulan depan katanya dia punya kajat untuk maju lurah-lurahan di kampungku, Temon. Aku memahami karep Bapak, beliau hanya ingin melihatku hidup bahagia. Sepeninggal Ibu, di mata Bapak aku mungkin tidak bahagia. Tetapi benarkah lelaki yang memiliki sawah yang luas, sapi yang banyak, dan berniat madeg lurah pasti bisa membahagiakan perempuan? Aku tak tahu mengapa, aku begitu meragukannya.
     
Ketika air di panci itu lama tergelak dalam didih, aku segera mematikan api dan meniriskan telur-telur itu di wadah besar. Ujung mataku menangkap sepasang kaki mungil mendekat.
     “Selamat ya, Yu…” suara Ginah memecah lamunanku yang baru berkecambah. “Yu Girah bahagia?” Tanya polos itu kembali membantingku ke jurang lamunan yang enggan bersendawa apalagi tersenyum.
     
Lama aku menjadi patung hingga air godokan telur itu tertiris habis. Dalam kedalaman ketidaksadaran aku mengangguk.
     “Lalu mengapa wajah Yu Girah tampak suntrut?”
     
Ingin rasanya bibir ini jujur berkata, namun aku tidak ingin merusak kebahagiaan orang-orang yang kusayangi di sekitarku. Sejak kemarin-kemarin, setelah Bapak mengutarakan kebulatan tekadnya, kemana saja kaki ini melangkah aku melihat senyum bahagia. Sanak-kerabat, handai-tolan, karib-sahabat, membagi senyuman dan tawa lebar yang disimpulkan banyak orang sebagai petanda kebahagiaan.
     
Hanya ketika kaki melangkah dari pancuran belakang ke kamar, saat aku menoleh ke kanan, saat pandangku berlabuh di kekembangan Melati. Aku melihat kembang-kembang Melati itu sedang tidak bahagia. Mungkinkah hanya rasaku dan rasa mereka yang tidak mengalir bersama?
     
Mungkin rasa itu yang meraut janggutku mengukir sebuah anggukan ketika Ginah, adikku, bertanya?
     “Nanti Yu Girah akan sekamar dengan Mas Jarwo…” wajahnya menggoda dalam kata yang sepenggal ia tangkap maknanya. “Buka Kelambu, hihihi…” lucu, baginya. Entah bagiku.
     
Ginah mendekat, kakinya njinjit agar bibirnya bisa menggapai kupingku. Belum bibirnya mengucap, dadanya tanpa sengaja kesenggol sikutku. Ah, dada adikku ini juga sudah semakin mekar rupanya.
     
“Kamu tahu Buka Kelambu?” tanyaku seakan menganggap itu bukan sesuatu yang sakral.
     “Itu waktu perempuan sah-sah saja dibuka kelambunya oleh lelaki, Yu…” senyum yang kulempar menanggapi berat oleh makna.
     “Kata siapa itu, Nah?”
     “Kata Lik Marto.”
     “Kapan???”
     “Kemarin….. Ginah yang tanya sama Lik Marto.”
     
Aku tercenung. Nafasku digantungi mendung. Berat. Senantiasa mendendam karena menjadi gerimis air mata adalah keniscayaan. Sepeninggal Ibu, aku yang dituntut untuk menjadi Ibu bagi Ginah. Lalu mengapa ketika Ginah ingin banyak tahu tentang Buka Kelambu, aku tengah alpa merajut makna bahagia bergelembung-bergelembung? Ketika aku tenggelam memikirkan arti bahagiaku, ternyata aku alpa membahagiakan Ginah, adikku.
***
     
Suara gending Kebogiro yang mengalun beranjak layu lamat-lamat di telinga. Suara sanak-kerabat yang sejak kemarin terasa terus menemani, mulai satu per satu undur diri. Sunyi menghampiriku yang sedang termangu di tepi telaga gelisah. Malam ini, aku harus sudi membuka kelambuku. Untuk Mas Jarwo. Untuk lelaki yang telah mengucap sumpah penerimaan diriku sebagai istrinya. Untuk lelaki yang sah hukumnya menjamah kelambuku.
     
Lelaki yang telah resmi menjadi suamiku itu telah menutup pintu kamar.
     Mas Jarwo tersenyum. Senyum yang tidak kusua pada lelaki yang melirik keprananketika rambutku dihiasi roncen Melati. Senyum yang asing. Di dalam senyum itu ada berjejal nafas memburu, berjelaga biru.
     
Mas Jarwo membuka bajunya. Keringat lelaki berdebu menggebu memadati kamar pengantin. Pergi kemana harum kesturi yang kusiram di kamar ini, tadi pagi? Mas Jarwo mendekat. Aku terduduk menunduk di pinggir ranjang pengantin. Semua yang kulihat dan kurasa dari Mas Jarwo, kutangkap dengan jaring-jaring ekor mata, sekilas namun aku merasa mengetahui semua.
     
Entah mengapa?
     Aku merasa malam ini menjadi jajanan Nagasari, lembut putih diluar namun harus sudi membungkus seulin pisang raja. Manis?
     
Kelambu telah terbuka. Kerontang jalanan dan keringat lelaki bernafsu menyergap kudukku. Sedapat mungkin aku ingin berkata bahwa aku akan bahagia. Tetapi, saat aroma mesumnya menyambar tubuhku, sulit bagiku untuk tidak jujur.
     
Aku sedang tidak bahagia. Karena aku tahu, Lik Jarwo juga pernah menelanjangi Marji, menyuruhnya menungging dan merem-melek di belakang tubuh kecil Marji yang meringis, menangis.
***

Padepokan Girilusi, 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar