badanbahasa.kemdikbud.go.id
Salah seorang sastrawan yang terkenal dari Sumatera Utara adalah Damiri Mahmud. Damiri adalah putra asli Sumatera Utara. Damiri lahir di Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara, tanggal 17 Januari 1945. Ia merupakan putra bungsu dari pasangan H. Mahmud Khatib dan Hj. Siti Rahmah. Pada usia 27 tahun, ia mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi seorang gadis yang bernama Mariani (lahir tanggal 31 Desember 1949). Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai enam orang anak, tetapi dua di antara anaknya telah meninggal dunia. Anaknya yang ada saat ini adalah Fahmi, Chairunnisa, Kurnia, dan Siti Hidayati. Dari anak-anaknya yang telah menikah, Damiri mendapat empat orang cucu.
Damiri memulai pendidikan formalnya di Sekolah Rakyat 16, Jalan Japaris, Medan dan menyelesaikan pendidikan dasarnya itu pada tahun 1958. Pada waktu yang bersamaan dengan menempuh pendidikan dasarnya di sekolah rakyat, Damiri juga mengikuti pendidikan keagamaan di Ibtidaiyah, Jalan Amaliun, sampai tamat, tahun 1958. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke SMEP Jalan Sindoro, Medan dan tamat pada tahun 1961. Selanjutnya, ia masuk ke SMA Widyasana, Medan dan tamat pada tahun 1964. Setelah tamat SMA, ia masih menambah pengetahuannya dengan mengikuti Kursus Bon A dan Bon B.
Dunia sastra adalah dunia yang telah menarik perhatian Damiri sejak kecil. Ketertarikannya dimulai sejak ia membaca buku-buku sastra milik abangnya, Idham. Idham bukanlah sastrawan, ia tokoh pemuda (bahkan, dapat dikatakan preman) di kampungnya. Akan tetapi, abangnya itu memang suka membaca buku sastra. Dari koleksi buku abangnya itulah, Damiri membaca karya-karya Hamka, seperti Tenggelamnya Kapal van der Wicjk dan Di Bawah Lindungan Ka’bah. Ia merasa sangat beruntung karena ia juga sudah bisa membaca buku-buku H.B. Jassin dan Chairil Anwar pada saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Setelah banyak membaca, Damiri mulai tertarik dan mencoba menulis. Selanjutnya, ia mulai memberanikan dirinya mengirimkan karya-karya sastra yang ditulisnya itu ke harian Harapan Kuncung, yang terbit di Medan, saat ia masih sekolah di SMEP. Akan tetapi, tulisan-tulisannya itu tidak pernah dimuat oleh redaktur harian itu. Ia tidak putus asa, ia terus mencoba, dan akhirnya tulisannya dimuat untuk yang pertama kali di Mimbar Teruna, pada tahun 1964, saat dia sudah duduk di bangku akhir SMA. Akan tetapi, bukan tulisan sastranya yang dimuat, melainkan tulisan yang berupa lelucon. Redaktur harian Mimbar Teruna yang memuat tulisannya itu bernama Ali Soekardi.
Setelah menamatkan SMA-nya, 1964, Damiri merantau ke Jakarta dan menumpang di rumah abangnya yang lebih dahulu berada di Jakarta. Selama di Jakarta hanya ada satu tulisannya, puisi, yang dimuat di media massa, yaitu di harian Warta Pelajar. Tulisan-tulisannya yang lain, yang dikirimkan ke majalah Lentera, ditolak. Ia menerima surat pemberitahuan dari redaksi yang menyatakan bahwa tulisannya telah diterima oleh redaksi, tetapi belum dapat dimuat. Sekitar setahun berada di Jakarta, orangtuanya menyusul ke Jakarta dan meminta mereka pulang. Akhirnya, karena dia yang bungsu, dialah yang disepakati untuk pulang ke kampung memenuhi permintaan orang tuanya.
Tahun 1965, Damiri sudah berada kembali di Hamparanperak, tanah kelahirannya. Ia mengabdikan dirinya sebagai guru di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Al-Washliyah. Madrasah tempatnya mengajar itu kemudian berubah jadi madrasah negeri dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1, Hamparanperak. Oleh karena itu, Damiri, sebagai pengajar di sana, diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Ia menjadi pegawai negeri sipil di bawah naungan Departemen Agama pada tahun 1972 dan ditempatkan di tempatnya mengajar itu. Di samping itu, dia juga menjadi guru di Sanawiyah, Hamparanperak (1974). Tahun 2003, Damiri Mahmud pensiun sebagai pegawai negeri.
Kiprahnya dalam dunia sastra Medan dimulai pada tahun 1969 setelah tujuh buah cerpennya dimuat di majalah Bintang, Sport, dan Film. Cerpennya yang dimuat itu, antara lain, berjudul ”Ronggeng”, ”Luka Lama Berdarah Lagi”, dan ”Kabar dari Laut”. Cerpen ”Mata” kemudian dimuat di majalah Horison Jakarta pada tahun 1970. Di samping menulis karya sastra modern, Damiri Mahmud juga menulis cerita rakyat. Ia menuliskan kembali cerita rakyat yang sudah ada dengan versi baru. Cerita rakyatnya berjudul Wasiat Ayah diterbitkan oleh Firma Hasmar, Medan pada tahun 1976. Ia juga pernah memperoleh penghargaan dari Perpustakaan Sumatera Utara pada tahun 1978 atas cerita rakyat yang ditulisnya yang berjudul Membalas Budi. Di samping itu, ia juga sudah menghasilkan sebuah novel yang berjudul Teka-Teki, yang diterbitkan oleh Marwlis Publishir, Selangor, Malaysia pada tahun 1988.
Dalam perjalanan kariernya sebagai sastrawan, Damiri beberapa kali memenangkan perlombaan menulis esai, baik di tingkat lokal maupun nasional. Ia pernah memenangkan lomba penulisan kritik sastra se-Indonesia untuk pembicaraan novel Olenka karya Budi Darma (1984). Karena kritikannya itu, H.B. Jassin memperhitungkan Damiri Mahmud sebagai kritikus sastra yang ikut menentukan arah kehidupan kesusasteraan Indonesia.
Sebuah suratnya kepada H.B. Jassin tentang penulisan Al Quran yang menghebohkan itu terdapat dalam buku Kontroversi Al-Quran Berwajah Puisi terbitan Pustaka Utama Grafiti, Jakarta (1996). Kemudian, dia menghimpun pembicaraannya tentang kepenyairan Aldian Aripin dalam buku Esensi dan Dinamika: Telaah Sufistik Terhadap Puisi dan Perjalanan Spritual Aldian Aripin yang diterbitkan Sastera Leo, Medan (2001).
Damiri Mahmud pernah menjadi pengurus Dewan Kesenian Medan (DKM) yang dipimpin oleh A.S. Rangkuti. Akan tetapi, baru satu tahun berjalan dia mundur karena tidak cocok dengan ketua baru yang menggantikan A.S. Rangkuti. Waktu itu, A.S. Rangkuti meninggalkan jabatannya sebagai Ketua Umum DKM karena terpilih menjadi Walikota Medan. Meskipun demikian, DKM tetap mengakui kesastrawanan Damiri Mahmud sehingga memberinya penghargaan sebagai sastrawan kreatif pada tahun 1984.
Damiri juga termasuk salah seorang dari antara sastrawan yang menggagas dan melaksanakan program sastrawan masuk sekolah di Medan dan sekitarnya (1976-1980). Ia juga menjadi salah seorang pencetus ”Omong-Omong Sastra” dari rumah ke rumah sejak 1976 sebagai satu wadah yang unik dan mungkin satu-satunya di Indonesia. Forum ini dilaksanakan secara berkala. Para sastrawan dan peminat sastra berkumpul dalam satu rumah membicarakan masalah sastra dan membaca puisi dengan bebas yang diakhiri dengan makan bersama.
Acara ”Omong-Omong Sastra” itu kemudian berlanjut. Mereka menyelenggarakan Temu Sastrawan Sumatera Utara di Bina Budaya Medan (1977). Panitia pelaksana pertemuan tersebut menerbitkan dua puisi Damiri Mahmud bersama puisi karya penyair Sumatera Utara lainnya dalam antologi Puisi Temu Sastrawan Sumatera Utara 1977. Di kemudian hari, pembicaraan masalah sastra yang dibicarakan Damiri dan sastrawan lainnya dalam ”Omong-Omong Sastra” itu diterbitkan dalam buku 25 Tahun Omong-Omong Sastra: Makalah yang dibentang, bandingan, serta publikasinya yang diterbitkan oleh Sastra Leo Medan (2002).
Secara regional, Damiri Mahmud merupakan salah seorang pemrakarsa dan pelaksana ”Dialog Utara” sebagai wadah pertemuan sastrawan Medan/Sumatera Utara dengan sastrawan Pulau Pinang/Malaysia (1982-1991). Dialog Utara berhasil menjalin kerja sama budaya serumpun dan meyakinkan Walikotamadya Medan dalam menggasasi Medan-Pulau Pinang sebagai ”kota kembar”. Damiri aktif dalam pelaksanaan Dialog Utara yang menghasilkan antologi sastra di mana terdapat puisi, cerpen, dan esai/kritik sastranya. Dialog Utara yang diikutinya di Malaysia menghasilkan tiga buah buku yakni Titian Laut I (1982), Titian Laut II (1986), dan Titian Laut III (1991) yang diterbitkan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur. Sedangkan Dialog Utara yang diikutinya di Medan menghasilkan antologi Muara Satu yang diterbitkan panitia pelaksananya (1984) dan Muara Dua terbitan Firma Maju Medan (1989).
Puisi-puisi Damiri Mahmud terdapat dalam berbagai bunga rampai, baik terbitan Indonesia maupun Malaysia. Buku pertama yang memuat puisinya adalah antologi puisi Kuala terbitan Dewan Kesenian Medan (1975). Puisi-puisinya juga terdapat dalam Rantau: Antologi Puisi Indonesia-Malaysia-Singapura terbitan Yaswira Medan (1984), Ilham: Antologi Puisi Islami Sumatera Utara (1991), Tonggak 3: Antologi Puisi Indonesia Modern terbitan Gramedia Jakarta (1987), Bosnia Kita terbitan Komite Solidaritas Muslim Bosnia, Jakarta (1987), Antologi Puisi enyair Sesumatera terbitan Taman Budaya Jambi (1996), Kumpulan Puisi Sumatera Utara terbitan Kanwil Depdikbud Sumut (1998), Jejak: Antologi Puisi Sumatera Utara terbitan Dewan Kesenian Sumatera Utara (1998), Parade Baca Puisi Indonesia Berbisik terbitan Korpri Sumut dan DKSU (1999), Dari fansuri ke Handayani terbitan Horison dan The Ford Foundation (2001), Horison Sastra Indonesia terbitan Horison dan The Ford Foundation (2002), dan Lagu Kelu terbitan Aliansi Sastrawan Aceh dan Japan Aceh Net-JAN Tokyo (2004).
Sebagai penyair, Damiri tampil membacakan puisi-puisinya dalam acara diskusi dan baca puisi yang diselenggarakan Taman Budaya Medan. Tahun 1980, dia tampil bersama R. Lubis Zamakhsyari dan Shafwan Hadi Umry membacakan puisi yang terhimpun dalam stensilan berjudul Tiga Muka. Lalu dia tampil membacakan puisi stensilannya yang berjudul Aku Senantiasi Mencari (1982), Sajak-Sajak Kamar bersama B.Y. Tand yang membacakan kumpulan puisinya yang berjudul Episode (1983), dan kumpulan puisi stensilannya yang berjudul Memandang Manusia (1985).
Damiri Mahmud kemudian membukukan 59 puisinya dalam buku kumpulan puisi perseorangannya berjudul Damai di Bumi: Kumpulan Sajak yang diterbitkan oleh Kanwil Deparsenibud Sumatera Utara dan Hotel garuda Plaza Medan (2000). Buku ini diberi kata sambutan oleh Sjamsul Bahri, S.H. selaku Kakanwil Deparsenibud Sumut dan ulasan penutup buku berupa sebuah artikel berjudul ”Unsur Puitika dalam Sajak-Sajak Damiri Mahmud” karya Korrie Layun Rampan yang terbit di Harian Pelita Jakarta, 22 Maret 1992.
Damiri Mahmud termasuk sastrawan yang juga berprofesi sebagai kritikus sastra. Dia selalu diundang untuk membentangkan makalah dan berceramah di berbagai forum dan perguruan tinggi. Tahun 1984, penceramah yang aktif dalam membahas karya-karya sastra ini diundang dDewan Kesenian Jakarta dalam acara Temu Kritikus Sastra di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Damiri juga diberi kepercayaan memilih sejumlah tokoh sastra dan budaya di Indonesia sebagai untuk Eksiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu yang diterbitkan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia.
Dalam dasawarsa terakhir ini, Damiri terus berceramah dan menyampaikan makalah tentang kepenyairan Amir Hamzah. Damiri berpendapat bahwa sajak-sajak Amir Hamzah dalam Nyanyi Sunyi terutama ”Padamu Jua” adalah sajak cinta, pelukisan kepatahhatian Amir terhadap Ilik Sundari. Damiri menolak pendapat H.B. Jassin, A.H. Johns, A. Teeuw, Abdul Hadi W.M., Sutan Takdir Alisjahbana, dan lain-lain yang menepiskan eksistensi Amir Hamzah sebagai penyair lirik dan romantik, lebih menganggapnya sebagai mistikus atau sufi yang bersifat utopia belaka. Di mata mereka Amir Hamzah hanya mempermasalahkan kematian belaka dan tidak punya semangat hidup di dunia.
Ceramah ini menarik perhatian Jajang C. Noer yang pernah mengungkapkan hal senada kepada Arifin C. Noer tetapi tidak ditanggapi sang suami dengan serius. Kemudian H.B. Jassin tertarik dan merekomendasikan supaya dibukukan karena katanya pantas diketahui masyarakat umum sebab pembahasannya lebih memusatkan kepada riwayat hidup penyairnya. Tahun 1994, Dewan Kesenian Sumatera Utara menerbitkan ceramah itu sebagai sebuah buku dengan judul Amir Hamzah Penyair Sepanjang Zaman (Penafsiran Lain tentang Nyanyi Sunyi).
Pada 6 Juni 2007, Damiri kembali tampil mengetengahkan pendapatnya ini dalam Seminar Kesusastraan Bandingan Antarbangsa di Kuala Lumpur, Malaysia. Buku tentang Amir Hamzah yang ditulis oleh Damiri pernah pula diminta oleh Taufiq Ismail untuk dibukukan di Jakarta. Bahkan, seusai menjadi pembicara dalam seminar sastra bandingan tersebut, buku tersebut akan diterbitkan di Malaysia dengan judul Menafsir Kembali Nyanyi Sunyi.
Bahkan, tujuh puisinya terbit dalam edisi tsunami Horison, Maret 2007 dan enam puisi terbarunya muncul dalam Horison, April 2007 yang membuatnya merasa senang seperti kembali sehingga dia kirim SMS kepada teman-teman dekatnya.
Sekarang, Damiri Mahmud tengah gencar berceramah tentang Chairil Anwar. Dia menolak pendapat H.B. Jassin, Teeuw, Subagio Sastrowardoyo dan lain-lain yang mengatakan bahwa Chairil Anwar sangat terpengaruh kepada ”barat” bahkan jiwanya adalah ”barat”. Damiri berpendapat apabila benar klausal ”bahasa menunjukkan bangsa” maka tak pelak Chairil Anwar bertitik tolak kepada kebudayaan Melayu di Medan. Damiri telah meneliti karya Chairil Anwar dan berhasil memecahkan ”kata-kata sulit” dan ”kata-kata baru” dalam karya-karyanya, hal mana belum pernah terusik oleh para peneliti sebelumnya. Damiri mempersiapkan sebuah buku tentang hal itu yang menurut rencana akan diterbitkan di Malaysia dengan judul Pergulatan Budaya Chairil Anwar.
Tulisan-tulisan Damiri Mahmud berupa puisi, cerpen, dan artikel budaya, politik, dan agama tersebar di berbagai harian dan majalah terbitan Medan seperti Bintang Sport dan Film, Mimbar Taruna, Mimbar Umum, Analisa, dan Waspada. Kemudian terbit pula di Majalah Basis (Yogyakarta) serta media massa terbitan Jakarta seperti Horison, Berita Buana, Pelita, Republika, Merdeka, Media Indonesia, dan Panji Masyarakat. Karyanya juga muncul di media massa terbitan Malaysia seperti Dewan Sastera, Berita Harian, serta Perisa: Jurnal Puisi Melayu.
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/2308
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar