Rabu, 17 Januari 2018

Kritik

Jakob Sumardjo
Dalam Kumpulan Esai “Orang Baik Sulit Dicari”, Penerbit ITB: 1997

Kata kritik bagi kita mempunyai konotasi tidak menyenangkan. Orang tidak senang dinilai oleh orang lain. Akan tetapi, orang senang melihat orang lain menilai orang lain. Jadi, kritik itu hanya mengasyikkan sebagai ‘tontonan’.

Kritik memang tradisi baru dalam masyarakat Indonesia. Istilah kritik sendiri jelas tak ada padanannya dalam bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Istilah itu berasal dari zaman Yunani Purba, dan hidup dalam tradisi kebudayaan Barat sejak zaman renaisans, awal zaman modern. Sikap modern yang selalu ingin lebih maju dari sebelumnya, membutuhkan kritik. ‘Semua kemajuan lahir dari kritik’, kata RC Kwant yang menulis buku khusus mengenai kritik. Kritik dibutuhkan lantaran untuk dapat maju dibutuhkan evaluasi, penilaian kembali. Tanpa penilaian kembali tak akan diketahui hasil yang telah dicapai, dan dengan demikian tak diketahui apakah seseorang harus maju atau memperbaiki keadaan. Kritik, penilaian kembali, evaluasi, selalu diperlukan kalau orang menginginkan perubahan ke arah kondisi yang lebih baru, lebih ‘maju’. Ambisi manusia untuk maju demi ‘kesempurnaan’ kondisinya tak akan pernah berakhir. Kritik berkaitan dengan perubahan ke arah kemajuan, yang lebih baru dari yang sudah ada.

Dalam masyarakat Indonesia yang rata-rata berinfrastruktur agraris persawahan sejak nenek moyang hadir di kepulauan ini, keseimbangan dan harmoni kehidupan lebih penting dari sekadar perubahan. Dasar pemikiran bersama perlu dimiliki oleh semua golongan. Tradisi menjadi penjaga harmoni kehidupan. Kritik? Dalam masyarakat Indonesia, kritik hanya hidup secara prapredikatif, tak diucapkan, hanya dilakukan. Dalam cerita wayang, Kumbakarna yang melancarkan kritik ketidaksetujuannya terhadap politik abangnya, Rahwana, dilakukan dengan tidur tanpa peduli rekan-rekannya sibuk berperang melawan Rama. Orang Mataram menyatakan ‘kritik’ dengan berjemur di alun-alun yang menghadap balairung raja. Istri memprotes suami dengan tidur membelakangi sang suami. Jadi, ‘kritik’ itu boleh, menilai dan tidak setuju itu boleh, asal dengan lambang-lambang. Kritik predikatif itu kurang sesuai dengan hidup harmoni. ‘Ngonoyo ngono, ning ojo ngono’ (Maksudmu begitu boleh saja begitu, tetapi jangan diucapkan secara begitu).

Tentu saja kita sudah tidak hidup lagi di zama persawahan dan kerajaan. Kita sudah memilih untuk hidup dalam kebudayaan dan sikap modern. Perspektif kita memang ke sana, tetapi beban masa lampau ini tidak begitu saja dapat dihilangkan. Pilihan itu belum genap berusia satu abad, sedangkan budaya harmoni telah hidup sekitar tiga puluh abad. Nilai-nilai kehidupan itu diperoleh manusia melalui pendidikan, entah formal, informal, atau nonformal. Pilihan hidup modern hanya dapat diperoleh lewat pendidikan formal karena masyarakat kita sebelumnya memang tidak menyediakan pendidikan semacam itu. Berapa besar pendidikan informal yang diberikan oleh masyarakat sendiri? Nilai-nilai modern hanya dapat ditanamkan lewat rekayasa secara formal oleh orang-orang yang sedang ‘belajar’ hidup secara modern pula. Generasi yang dapat kita didik secara demikian itu mungkin baru mereka yang dilahirkan setelah kemerdekaan. Orang-orang pergerakan yang hidup pada permulaan abad ini kakinya masih basah oleh warisan nilai-nilai lama.

Dalam konteks budaya yang demikian itu, apakah kritik memang diperlukan? Karena arah kita sudah jelas dan tak dapat mundur lagi, sikap kemajuan dan kebaruan harus semakin ditanamkan dan dibudayakan. Tetapi, mengapa kritik tak berkembang? Mengapa di berbagai lapangan orang mengeluh tidak ada kritik? Apakah tidak ada kritikus yang punya kemampuan untuk melakukan tugasnya?

Dramawan Arifin C Noer pernah menyatakan bahwa kita semua ini tengah belajar, belajar memerintah dan belajar diperintah, belajar mengeritik dan belajar dikritik. Ini berarti kita tengah mengalami transformasi, seperti dikatakan Umar Kayam. Masa transformasi adalah masa yang sulit serta kadang menjengkelkan, layaknya seorang akil balig yang bukan kanak-kanak lagi, tetapi belum dewasa sepenuhnya. Seperti seorang anak puber yang harus tumbuh dewasa, maka kritik pun harus ada.

Dalam tranformasi budaya demikian itu lebih banyak muncul kritik prapredikatif, kritik yang tumbuh di bawah tanah, hidup dalam gosip antarteman, yang dengan sendirinya bukan kritik sama sekali. Sebab kritik harus terbuka dan dengan demikian dapat diterima oleh yang kena kritik. Tradisi kritik kita masih bersifat budaya harmoni, budaya zaman raja-raja. Dalam soal kritik, kita belum modern.

Kalau kritik itu dilakukan secara predikatif juga, akibatnya sering menimbulkan ‘kemarahan’ bagi yang kena kritik. Mengapa marah? Ada dua kemungkinan. Pertama, si kritik sendiri tak memenuhi syarat sebagai karya kritik yang baik. Kedua, yang kena kritik merasa ‘ditelanjangi’. Inilah sebabnya kritik ‘berjarak’ yang dilakukan oleh orang luar negeri yang tradisi kritiknya telah mapan (boleh dianggap sebagai kritik yang baik) masih sering juga ‘dilarang masuk’.

Rupanya kritik harus dilakukan secara profesional. Karena tradisi kritik baru saja tumbuh bersama maraknya budaya modern, sikap profesional ini juga masih dalam taraf belajar, taraf transformasi. Kepercayaan kepada kritik dari dalam negeri sering amat tipis. Kondisi demikian itu dapat dipahami, sebab lembaga kritik memang belum mapan di Indonesia sehingga dapat saja menjadi ajang petualangan bagi yang kurang mampu memberikan kritik. Orang dapat memprotes wasit di lapangan. Orang dapat menyatakan belum ada kritik seni. Sudah adakah lembaga kritik kenegaraan?

Yang menerima kritik pun masih dalam taraf transformasi pula. Yang diinginkan adalah kritik positif, kritik yang sesuai antara norma kritik dan kenyataan yang dikritik. Kritik negatif tidak diinginkan karena hal ini menunjukkan ketidaksesuaian antara norma yang dipilih kritikus dan kenyataan yang dikritik. Sebuah kenyataan itu dapat dinilai dari berbagai sudut dengan norma-normanya sendiri. Dari satu sudut mungkin saja tampak hidungnya tidak mancung, tetapi dari sudut lain justru ketidakmancungan itu memberi aksentuasi kemanisan wajahnya. Kalau masih mau memelihara cinta lebih baik melihatnya dari sudut yang positif. Akan tetapi, jelas ini tidak menunjukkan sikap cinta kebenaran. Kita tidak mau hanya dipuji dari satu sisi, sementara diam-diam orang mentertawakan kenyataan kita. Ya, siapa yang sempurna? Tetapi, semua orang maunya pergi ke sana.

Lembaga kritik tetap harus dibangun, meskipun sekarang ini kita sedang akil balig. Di satu pihak persyaratan kritik harus semakin ditingkatkan, dan di pihak lain orang harus belajar hidup dengan kritik kalau mau maju. Sebab, kritik bukanlah kata final. Ia hanya melihat dari satu sisi. Padahal, kenyataan itu bersisi banyak. Orang tidak mau mengawini wanita yang hanya dilihatnya melalui foto yang dikirimkan oleh ibunya. Ia baru bisa memutuskan mengawini atau tidak apabila telah melihat kenyataan seutuhnya, baik yang dapat direkam, difoto maupun yang tidak dapat direkam oleh alat apa pun.
Jadi, kawinlah dengan kenyataan, bukan dengan kritik.

https://gudangperpus.wordpress.com/2014/04/22/kritik/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar