Rabu, 31 Januari 2018

Dua Hari Dua Sastra

Zainuddin Sugendal *
Radar Jombang, 16 Okt 2016.

Sebelum hujan sering mengguyur kota Jombang, sekitar duapuluh empat hari yang lalu, dua pertemuan sastra digelar di kota ini. Gejalanya terus merambat dan terus merambat. Naskah kumpulan puisi Mazmur dari Timur: Sehimpun Puisi Epik karya Aditya Ardi N dibahas di warung Boenga Ketjil daerah Parimono dan besok paginya, Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati karya Sujiwo Tejo diseminarkan di auditorium kampus UNIPDU. Keduanya mengiringi bulan-bulan hujan yang dingin di Jombang.

Di awal perbincangan di warung Boenga Ketjil itu, seperti biasa si pemilik warung membacakan naskah secara monolog dengan bodylanguage ala kaum teater, namun ketika ia membaca puisi sampai pada judul ke tujuhbelas, lidahnya tiba-tiba tercekat, lantaran judul kedua setelahnya dirasa tidak terduga. Si pemilik warung itu kemudian menghitung-hitung keimanannya.

Mazmur dari Timur adalah kumpulan puisi yang dibagi ke dalam dua bab, bagian pertama memuat duapuluh lima judul puisi sedangkan bagian kedua memuat duabelas judul puisi yang kesemuanya terikat dalam model tersina yakni satu judul memuat tiga larik. Para pembincang yang hadir antara lain Penulis naskah Mazmur dari Timur Aditya Ardi N, Penyair Binhad Nurrohmat, Kritikus Sastra Robin al-Kautsar, Sastrawan muda dari Mojokerto Dadang Ari Murtono, Pustakawan Indra T Kurniawan, dua orang suster dari gereja Bethany Jombang, dan hadirin yang lain termasuk saya sebagai moderator. Binhad Nurrohmat menyebut puisi Mazmur dari Timur adalah puisi mini epik, pandangannya ini muncul sebab melihat cara si pengarang memilih judul serta pada isi puisi yang merangkum sejarah panjang kekristenan dari Eropa sampai ke Nusantara dengan alur yang tetap terjaga. “Naskah ini tampaknya serius digarap. Judul Mazmur yang diambil dari nama kitab kanon. Di Islam menyebutnya zabur, semacam kidung yang diturunkan kepada Nabi Daud. Seorang nabi yang juga biduan.” Katanya.

“Puisi Mazmur dari Timur ini mencoba membangun suatu nuansa kenasranian yang dikonsep dalam bentuk puisi. Konsep ini ditawarkan mulai dari judul, pemilihan tiga baris perjudul, atau penempatan babnya, serta pemilihan diksi-diksinya. Si pengarang meracik satu judul dengan hanya memuat tiga baris yang itu ada unsur trinitas, sedangkan pembagian dua bab yang bagian pertama ada duapuluh lima puisi dan bagian kedua ada duabelas puisi, itu sebagai kias dari ultahnya Yesus. Seperti halnya pupuh-pupuh yang terdapat dalam Negarakretagama Mpu Prapanca, yang kalau dihitung itu adalah tahun berdirinya Majapahit tetapi penulisannya dibalik yaitu 1293 menjadi 3921. Konsep ini menarik karena sudah jarang diangkat oleh sastra-sastra modern yang lebih mengedepankan sesuatu yang tidak simbolik semacam ini.” Lanjutnya.

Bagi Dadang Ari Murtono, keketatan bentuk puisi dan perimaan yang rapi memiliki resiko beberapa diksi yang dipaksakan untuk masuk ke dalam teks, meskipun dalam pemilihan puisi berpola semacam itu memang menjadi tantangan besar pengarang “Tentu bukan hal mudah membuat puisi dengan muatan yang besar ke dalam beberapa baris puisi dan bentuknya ketat pula. Ini seperti apa yang dikatakan Chairil Anwar, “dunia yang menjadi”. Termasuk di naskah Mazmur dari Timur ini berani menggunakan diksi-diksi campuran dalam satu judul puisi dari bahasa yang berbeda-beda ejaannya. Seperti kata synagoge yang masih menggunakan ejakan Latin asli, padahal sudah ada kata serapan Indonesianya, jadi ini menunjukkan keberanian seorang pengarang dalam mencampur diksi dari barbagai bahasa dari Eropa sampai Asia,” ungkap Dadang sambil merokok.

Pembahasan malam itu baru menemui titik ruwet ketika muncul pertanyaan-pertanyaan seperti kata “Timur” pada judul utama dan kata “Epik” pada anak judul, serta dalam menggolongkan apakah kumpulan puisi Mazmur dari Timur adalah puisi kekristenan atau bukan, dan terutama mengenai sepak terjang sosok Coolen dalam menyebarkan agama Kristen di Ngoro yang disinggung di dalamnya?

Maka bagi Robin al-Kautsar setelah mendengar penjelasan Aditya Ardi N mengenai kata “Timur” yang dimaksud adalah Jawa Timur, dianggap dapat menimbulkan ambiguitas atau bermakna ganda, sebab agama Kristen sendiri awalnya muncul dari daerah kawasan timur. “Kalau memang yang dimaksud Mazmur dari Timur adalah Jawa Timur maka kenapa itu hanya sekilas tentang horog, tidak ada penekanan-penekanan yang membantu menjelaskan kalau timur di situ adalah Jawa Timur, sedangkan Mazmur sendiri memang awalnya turun di daerah Timur, yaitu Yarusalem. Kemudian tentang epik, Maman S Mahayana menyebut bahwa epik adalah kata sifat dan epos kata bendanya. Sedangkan epos zaman dahulu; ada tokohnya, ada karakternya dan bisa melakukan hal-hal yang luar biasa. Di naskah ini tidak ditemui nuansa seperti Mahabarata, Ramayana, Hikayat Prang Sabi dan lain-lain. Menurut saya perlu ditinjau kembali, apakah betul puisi Mazmur dari Timur ini adalah puisi epik?.”

Penjelasan epik dari Robin Al-Kautsar inilah yang segera mendapat respon dari Binhad Nurrohmat yang menganggap epik tidak selalu terpaku pada problematisir kisah, menurutnya bisa juga disebut epik kalau di sana ada mengandung beberapa hal; ada kosmologi, fisiologi dan nilai-nilai di dalamnya seperti Epik Gilgames dari Sumeria, seperti juga karya-karya Homeros yang menceritakan bagaimana Yunani memandang alam dan kemanusiaan, dan Negarakretagama yang menggambarkan kemajapahitan secara kompleks, dengan beragam khasanah di zaman itu, suasana, kuliner, perilaku masyarakat, dunia agrarianya dan lain sebagainya. “Naskah Mazmur dari Timur juga mengarah ke sana, seperti ingin mengarak kepada areal yang sangat luas, baik yang sifatnya lahiriah maupun batiniah. Tapi yang paling bisa diidentifikasi dari puisi epik adalah tidak menampakkan unsur akulirik. Ia lebih cenderung menerangkan tentang sesuatu yang berada di luar dirinya. Itu hal awal untuk mengklasifikasikan puisi epik atau bukan? Saya pikir untuk ranah puisi, Mazmur dari Timur ini adalah nuansa baru sebagai genre puisi epik, tidak seperti prosa yang sudah banyak digarap. Homerus dengan Iliad dan Odyssey, Mahabarata, Ramayana, Negarakretagama, Arus balik, Hikayat Prang Sabi dari Aceh atau La Galigo dari Bugis dan lain sebagainya.”

Memang di dalam Naskah Mazmur dari Timur, teknik penyampaian informasinya terkesan imagis tetapi justeru oleh Binhad Nurrohmat dianggap menarik. Bagaimana dunia yang besar diramu dalam bentuk yang puitik, dan tidak dibuat senaratif karangan-karangan seperti Negarakretagama yang nerasinya kuat sekali. Kalaupun ada perbedaan antara Mazmur dari Timur dan Negarakretagama yang mencolok ialah dalam lingkup geografisnya, kalau Negarakretagama membaca dalam lingkup asing wilayah Asia, sedangkan Mazmur dari Timur membaca Eropa sampai ke Ngoro Jombang, diaduk menjadi satu naskah dengan jarak masa yang juga panjang, Yesus abad satu sedangkan Coolen sekitar abad 19.

Dalam perbincangan sastra malam itu, menjadi berhati-hati ketika mencoba mengklasifikasikan apakah naskah Mazmur dari Timur termasuk puisi kekeristenan atau bukan. Menurut Robin al-Kautsar, kurang tepat jika dikategorikan sebagai puisi kekristenan, karena tidak ada penilaian dari si pengarang terhadap apa yang dia tulis, misalkan penggalan bait malaikat dengan pakaian berkilauan, kemudian seringai mata bangsa Eropa. Apa penilaian atas semua itu kecuali sebatas menunjukkan bahwa si penulis lebih cenderung imagis.

Dalam pandangan Robin ada beberapa kalimat yang menunjukkan tentang kegelisahan si penulis terhadap kekeristenan di Indonesia walaupun tidak terjelaskan dengan detail kegelisahan itu, karena penulis lebih memilih mengarang dengan puisi terikat. “Maka kalau penulis punya kegelisahan dengan masa lalu kekristenan di Indonesia, itu bisa dibenarkan dengan melihat beberapa judul di dalam naskah ini tapi kalau kegelisahan itu dijadikan sebagai ukuran masuk dalam kategori puisi kekeristenan maka itu yang menurut saya tidak bisa. Jauh lebih dulu, kita harus mengenal JE Tatengkeng, Mangasa Sotarduga Hutagalung. Pada karya-karya mereka ada nilai-nilai kekeristenan di dalamnya, ada intensitas pula di sana walaupun memasukkan kosa kata sebanyak-banyaknya tetapi mereka tetap sebagai proklamator puisi kekeristenan itu.”

Sedangkan menurut Dadang Ari Murtono, berbicara puisi kekristenan di Indonesia, bisa langsung menghubungkannya dengan Mario F Lawi. Bagaimana pertentangan nilai di dalam karyanya begitu kuat.  Seperti salah satu puisi Mario yang bercerita tentang kakeknya yang baru dibaptis tapi sebelum akhir hayatnya si kakek merindukan agama sebelumnya. Di puisi Mario ada pertentangan nilai, sedangkan di puisi Mazmur dari Timur tidak begitu terasa adanya pertentangan itu. “tapi penulis Mazmur dari Timur menggarap kekristenannya dengan nuansa yang berbeda dengan Mario yang justeru membuat Mazmur dari Timur bisa berkelit dari kekristenannya Mario, misalkan puisi Riyaya Undhuh-Undhuh yang isinya tidak bisa ditemukan di puisinya Mario.”

Sebelum diskusi sastra malam itu usai, pemilik warung Boenga Ketjil kembali membacakan naskah puisi Mazmur dari Timur yang tersisa dan sengaja melewatkan dua judul puisi yang diawal diskusi membuat lidahnya kelu. Lampu warung kembali redup, suara si pemilik warung lantang memecah malam. Selesai dia membaca, lampu warung kembali terang, dan para pembincang bercerita tentang Coolen. Coolen adalah salah satu nama yang terdapat di dalam naskah Masmur dari Timur. Ia adalah sosok guru dari Kiai Sadrah. Kiai Sadrah sebagai misionaris asli Jawa, dia punya hubungan erat dengan kekristenan di daerah Ngoro yang dalam berpenampilan ia tidak memakai sepatu dan celana, tetapi memakai sarung sebagaimana orang Jawa pada umumnya hingga ia dikenal di kalangan Islam dengan panggilan kiai dan di kristenpun dipanggil kiai. Jejaknya terbaca mulai dari Ngoro Jombang sampai Semarang.

Serat Tripama dan Ritme al-Quran 
“Bersama waktu, pingsan ada selesainya. Bersama waktu, capek juga ada selesainya.”
Pagi hari setelah malamnya diskusi sastra di warung Boenga Ketjil, seminar sastra dengan pembicara Sujiwo Tejo digelar di auditorium kampus UNIPDU Jombang, seminar ini terlaksana dengan semarak. Panggung seminar tertata rapi dihiasi para pemain musik dan para penonton dibawa antusias. Sujiwo Tejo duduk sopan di atas panggung sebelum menampilkan performanya.

Pembahasan dimulai mengenai buku Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati karya Sujiwo Tejo. Buku ini bercerita tentang tokoh Sumantri dan adiknya Sukasrana, yang diganggu oleh suara-suara yang datang dari langit dan membuat keduanya terus berlari mencari tempat persembunyian, sejauh mereka berlari suara-suara itu terus mengganggu. Maka dalam ketertekanan itu Sumantri memutuskan untuk melawan para raksasa yang menakutinya. Dan tak dapat disangka, ternyata dirinya mampu mengalahkan mereka.

Kemudian Ayah Sumantri menyuruhnya pergi ke atas langit menuju ke Maespati yang dipimpin oleh Prabu Arjuna Sasrabahu, tetapi sebelum Sumantri melewati pintu terakhir untuk masuk Maespati, datang kepadanya perintah dari Sang Prabu supaya ia Pergi ke Negeri Magada dan merebut Dewi Citrawati untuk dijadikan permaisuri di Maespati. Sumantri menyetujui titah itu dan oleh karenanya ia menghadapi banyak tantangan peperangan termasuk bertarung melawan Prabu Darma Wisesa yang sebelumnya sudah dinyatakan sebagai pemenang. Tapi akhirnya Sumantri berhasil memenangkan peperangan dan Dewi Citrawati diboyong menuju Maespati. Dalam perjalanan menuju Maespati itulah sebenarnya peperangan besar telah dimulai, Sumantri dan Dewi Citrawati jatuh cinta dan kemudian membuat Sumantri berani menantang Sang Prabu Arjuna Sasrabahu .

Pada seminar buku Serat Tripama, Sujiwo Tejo tidak hanya membahas tentang pernaskahan bukunya tapi juga keterkaguman pribadinya pada ritme musik yang dia dapatkan melalui al-Quran. Sebagaimana surah al-Jin telah mengesankan hatinya, dan ayat-ayat al-Quran yang lain membuat bias terhadap lagu-lagu gubahannya. Menurut dia, di dalam al-Quran tidak ada yang luput dari pola musik, perhuruf, perlafadz dan perkalimat, semuanya membentuk pola. Dia menyangka pandangannya ini didasarkan pada dirinya yang seorang dalang, musisi, dan lulusan matematika.

Contoh yang disampaikan oleh Tejo adalah surah al-Jin, dia bercerita bagaimana ketika mendengar surah tersebut membawa hayalannya berada di padang Sahara dengan angin berhembus ringan. Dia menggambarkan banyak note musik terbang di atas kepalanya dan dirinya ikut terbang seperti layaknya Jin. Musik-musiknya meskipun berbahasa Jawa diakui terilhami ayat-ayat al-Quran seperti surah an-Nas, kemudian akhir surah al-Baqorah, surah Yasiin, dan detak-detak huruf pada Asmaul Husna.

Sujiwo merasa asik dengan lagu dan irama yang ditemukan di dalam bunyi ayat-ayat al-Quran,  seperti menghentak-hentak dalam tempo yang berpola, Hubungan huruf dengan hurufnya, hubungan lafadz dengan lafadz yang lain. Meski variasi musik yang dia pahami tidak diajukan sebagai sebuah pakem tersendiri dari pelafalan al-Quran tapi dia memahami bahwa dari variasi lagu itu menimbulkan efek-efek yang berbeda pula. “Siapa yang menemukan pertanda itu?” tanyanya kepada penonton. “Rasanya kita bisa membacanya dengan lidah jiwa kita masing-masing,” Ucap Tejo dengan suara berat. []

*) Zainuddin Sugendal, Mahasiswa Sastra Inggris UNIPDU Jombang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar