Kamis, 19 Oktober 2017

Dunia Sastra dan Keriuhan yang Menyenangkan

A.S. Laksana
jawapos.com

LIMA minggu belakangan saya berkutat dengan kritik sastra, dan masih akan membicarakannya sampai minggu kedelapan bersama Martin Suryajaya, di kelas yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Ini kali pertama DKJ menyelenggarakan kelas kritik sastra; para pengurus Komite Sastra DKJ menganggap kritik sastra adalah urusan yang penting dan kelas semacam ini perlu diadakan.

Saya memiliki anggapan yang sama bahwa kritik sastra adalah hal yang sangat penting, dan tampaknya semakin tidak menarik minat orang untuk mengerjakannya. Ia mensyaratkan orang untuk membaca buku banyak-banyak, dan sebagian besar orang Indonesia membaca buku sastra secara tekun akan sama beratnya dengan memikul kerbau.

Dan, urusan itu akan terasa semakin berat ketika kesastraan kita tidak banyak melahirkan karya yang berkualitas dan layak dibicarakan. Bagaimanapun, kritik adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap karya yang dihasilkan penulis. Artinya, subjek bagi kritik sastra semestinya adalah karya-karya yang secara teknis penulisan sudah tidak mengandung masalah.

Di negara-negara yang memiliki tradisi kesastraan yang lebih panjang dan lebih tua jika dibandingkan dengan Indonesia, orang bisa mendapatkan bahan yang berlimpah untuk dikaji. Dan dengan kecakapan teknis para sastrawan untuk mengolah karya mereka, para kritikus memiliki banyak pilihan untuk dibahas.

Karya-karya yang jelek tidak layak dikaji, kecuali karya jelek itu ditulis oleh nama besar dalam dunia kesastraan. Tidak untuk membantainya, tetapi demi mewakili harapan publik bahwa sebuah nama besar dari dunia kesastraan semestinyalah mempertanggungjawabkan nama besarnya dengan menghasilkan karya bermutu. Itu juga sekadar harapan. Sebab, tidak pernah ada larangan untuk menulis karya buruk.

Tetapi, ada atau tidak ada karya bagus, saya selalu menyukai dunia sastra karena ia selalu meriah. Apa saja bisa menjadi percakapan panjang, dan mungkin perdebatan seru. Pernah suatu saat saya terlibat percakapan dengan seorang teman yang memiliki kekhawatiran menyala-nyala terhadap menyusupnya kapitalisme dalam sastra.

Saya mendengarkan saja dan kemudian menanyakan apakah prinsip pasar bebas yang menjadi tulang punggung kapitalisme, menurut dia, akan mengakibatkan kehancuran kesastraan atau mengganggu praktik-praktik kesastraan yang kita jalani. Atau, hal itu akan mengotori medan sastra yang kita andaikan suci hama dan terbebas dari pengaruh-pengaruh uang –sesuatu yang dalam agama sering dicurigai sebagai akar dari semua kejahatan.

Dia tetap ngotot tidak setuju kapitalisme mengotori dunia sastra dan memberikan alasan-alasan yang sulit saya cerna. Pertama, saya tidak mendalami kapitalisme. Kedua, dia mungkin juga sama tidak pahamnya dengan saya.

Akhirnya saya hanya bisa menyampaikan bahwa ketika tidak ada lagi karya sastra yang ditulis dengan kesetiaan untuk mengikuti garis partai, sesungguhnya kita bisa mengatakan bahwa sastra tumbuh mengikuti jalan hidup kapitalisme dan menemui publiknya melalui jalur pasar bebas.

Tidak ada lagi satu kekuatan politik yang mengendalikan kesastraan. Tidak ada kekuatan pemaksa yang menentukan bahwa karya sastra harus memiliki berbagai anasir yang diperlukan untuk membangun sebuah masyarakat ke arah mentalitas tertentu atau dikerjakan demi mendukung perjuangan ideologi tertentu.

Dalam hal ini, sastra adalah sebuah produk yang dilempar ke pasar bebas serupa dengan hasil bumi dan batu akik serta barang-barang keluaran pabrik yang ditawarkan dengan segala macam teknik promosi. Maka, demi alasan perdagangan, kita menjumpai puji-pujian di sampul belakang buku.

Dan, sebagaimana batu akik dan lain-lain, ada karya sastra yang laku dijual, ada yang tidak. Di antara yang laku, sebagian karena nama penulisnya. Jadi, di pasar kesusastraan cukup lazim terjadi bahwa orang membeli karena menaruh kepercayaan terhadap nama penulis. Tidak berbeda dengan kecenderungan pada masyarakat kuno: orang membeli kepercayaan terhadap dukun.

Dalam iklim di mana industri-industri yang menopang kesastraan, yakni industri buku dan media massa, memutuskan bahwa sastra dan berbagai produk pemikiran tidak sanggup memenuhi selera pasar, ia tidak layak diproduksi. Mereka memegang kuat-kuat asumsi bahwa selera pasar adalah raja, seolah-olah apa yang dirumuskan sebagai selera pasar adalah sesuatu yang sudah jadi begitu saja dan mereka menggunakannya sebagai dalih untuk membuat keputusan apakah sesuatu layak diterbitkan atau tidak.

Dalam wilayah sastra, korban pertama dari prinsip selera pasar mungkin adalah puisi dan naskah drama. Akan sulit sekali bagi para penyair dan penulis naskah drama untuk mendapatkan penerbit besar yang bersedia menerbitkan karya-karya mereka.

Meskipun selera pasar adalah sebuah kebohongan, karena dalam praktiknya ia adalah selera yang dibentuk kaum pedagang, di antaranya melalui iklan dan promosi gencar, kita tidak bisa berbuat apa-apa ketika para pelaku bisnis perbukuan menolak menerbitkan karya-karya yang mereka pikir tidak akan dibeli orang.

Kita juga tidak bisa mengutuk mereka atau meminta mereka ikut membangun selera pasar yang lebih baik. Urusan membangun selera pasar perbukuan, menciptakan masyarakat yang gemar membaca karya bermutu, semestinya adalah urusan negara –melalui institusi pendidikan– dan bukan urusan para pedagang.

Di bawah penindasan rezim selera pasar inilah para pelaku kesastraan bergiat dalam situasi yang serupa dengan kehidupan kaum-kaum tersisih yang berebut remah-remah untuk mempertahankan hidup. Sesekali kita mendengar teriakan yang mencoba menentang apa yang mereka sebut arus utama. Sesekali kita mendengar suara kuat untuk menolak otoritas dan menghendaki adanya demokratisasi dalam sastra dengan menyerahkan penilaian baik-buruk sebuah karya kepada masyarakat.

Artinya, sastra atau bukan sastra biarlah masyarakat yang menilai. Apa yang lebih diterima oleh masyarakat itulah yang bisa disebut sastra, atau biarkan masyarakat menentukan sendiri karya sastra seperti apa yang mereka butuhkan.

Pada satu sisi, ini gerakan tampak heroik karena tujuannya melawan dominasi figur-figur kuat dalam sastra. Namun, kasus Andrea Hirata, yang dulu pernah didebat secara riuh, membuktikan bahwa para pelaku sastra sendiri tetap tidak rela menyerahkan penilaian kepada publik.

Artinya, gerakan-gerakan demokratisasi sastra, suara-suara untuk melawan otoritasi figur-figur kuat di dalam kesastraan, juga rentan menghadapi konflik dalam diri sendiri. Dia juga rentan disusupi kepentingan lain yang menggunakan kekuatan uang untuk mengacak-acak situasi. Orang bisa menggunakan kekuatan uangnya untuk mendapatkan pengakuan dari figur-figur yang dianggap otoritatif untuk memuji apa yang dia tulis, untuk menginformasikan kepada publik bahwa karyanya adalah sebuah inovasi dalam kesastraan.

Kurang lebih sama dengan produsen obat cacing membayar Christiano Ronaldo atau Lionel Messi sebagai bintang iklan, dan dia juga bisa menggunakan uang untuk memobilisasi dukungan dari massa, sama dengan politikus menjalankan politik uang untuk membeli suara kontituen.

Kelas kritik sastra juga seriuh itu, bukan ketika kelas berlangsung, tetapi ketika kami ngobrol-ngobrol setelah kelas. Beberapa kali ucapan Roland Barthes dikutip, yakni bahwa pengarang sudah mati dan posisinya digantikan oleh pembaca yang memiliki hak penuh untuk menafsirkan makna pada tiap-tiap karya yang dia baca. Namun, ada beberapa kasus yang membuktikan pernyataan Barthes tidak berlaku. Beberapa pengarang menolak mati. Mereka tegak di depan karya, marah terhadap kritik, dan memutuskan hubungan pertemanan di media sosial.

Saya selalu menyukai dunia sastra dan keriuhan yang muncul di dalamnya serta berbagai karakter yang terlibat di dalamnya. Mereka sangat menghibur. (*)

https://www.jawapos.com/read/2016/09/04/48887/dunia-sastra-dan-keriuhan-yang-menyenangkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar