Selasa, 21 Oktober 2014

Muhammad Iqbal; Sang Penyair Pembangun Identitas Islam

Khadijah
http://poetraboemi.wordpress.com

I. Pendahuluan

Perjalanan sejarah telah melahirkan banyak karya dibidang kesusastraan Islam. Khususnya puisi yang kaya dengan muatan makna yang dalam. Pembahasan mengenai syair-syair ini pun masih menjadi bahan yang menarik untuk dikaji dan dilakukan penelitian, bahkan telah banyak hasil penelitian yang membahas karya-karya tersebut.

Pesona yang dipancarkan dari syair-syair tersebut dikarenakan penggunaan bahasa simbolik, yang mengandung kedalaman makna dan pemikiran sang penyair. Selain itu syair tersebut tak hanya mewakili satu bidang pengetahuan saja, tapi mencakup bidang pengetahuan lainnya. dalam syair-syair tersebut menunjukan sisi-sisi lain dari Islam yaitu sisi keindahan yang bisa menarik pemeluknya menuju ke arah yang lebih baik.

Namun demikian, penggunaan bahasa simbolik yang digunakan dapat menimbulkan banyak pertentangan pemahaman, tapi berangkat dari sinilah muncul berbagai dimensi estetika dalam Islam.

Pembahasan mengenai syair tentunya tak terlepas dari sosok yang bernama Muhammad Iqbal. Beliau adalah seorang penyair yang sangat terkenal lewat syair-syairnya yang penuh optimisme dan semangat serta kontribusi pemikiran yang ia berikan tak hanya dalam bidang sastra Islam tapi juga filosofis.

Dalam kajian ini kami akan membahas seputar kehuidupan Iqbal dan kontribusi apa yang diberikan beliau kepada Islam serta apa saja karya-karya yang telah dilahirkan.

Pembahasan dalam makalah ini akan dibagi kedalam beberapa poin. Poin pertama adalah pendahuluan yang akan mengantarkan kita pada pembahasan inti seputar Iqbal. Selanjutnya akan membahas seputar perjalanan hidup Iqbal, bagaimana latar belakang keluarga yang telah mencetak penyair sefenomenal Iqbal. Setelah itu akan dibahas mengenai kehausan Iqbal terhadap ilmu pengetahuan serta bagaimana Iqbal mampu meraih kegemilangannya dalam dunia sajak. Selanjutnya akan dikaji juga mengenai sebagian karya Iqbal dan terakhir adalah kesimpulan.

Semoga beberapa poin yang disajikan dalam makalah ini akan memberikan sedikit gamabaran mengenai sosok penyair seperti Muhammad Iqbal.

II. Kehidupan Pribadi Muhammad Iqbal

Bagi para penikmat syair-syair Islam, tentunya kenal dengan penyair yang satu ini. Keresaahan-keresahan yang ia rasakan dituangkan dalam bait-bait syairnya. Ia adalah Muhammad Iqbal, sosoknya memang fenomenal, jutaan manusia diberbagai bangsa pernah turut menyaksikan keresahannya dalam ribuan bait-bait syair yang ia tulis. Ia tak hanya dikenal sebagai penyair yang melahirkan syair-syair yang memiliki makna yang dalam, ia juga dikenal sebagai seorang filosof yang telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam, yang dapat menjadi bekal individu-individu muslim dalam mengantisipasi peradaban barat, yang matrealistis ataupun tradisi timur yang fatalistic. Jika diterapkan maka konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi kemanusiaan dan sosial yang luas.

Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot pada tanggal 9 November 1877. dua puluh tahun setelah tekanan pejuang muslim melawan Inggris pada tahun 1857, ketika mereka memberikan serangan terakhir pada pemerintahan Islam di sana. Sialkot adalah sebuah kota peninggalan Dinasti Mughal India yang sudah lama pudar gemerlapnya. Ia terletak beberapa mil dari Jammu dan Kasymir, suatu kawasan yang kelak terus-menerus menjadi sengketa antara India dan Pakistan.

Kakeknya Iqbal bernama Syaikh Rafiq adalah seorang penjaja selendang dari looehar, Kasymir. Penduduk kasymir pada awalnya beragama Hindu kemudian telah mengenut Isalam selam kurang lebih 500 tahun dan kakeknya telah memeluk Islam dua ratus tahun yang lalu. Jika diikuti, jejak leluhur Iqbal berasal dari kalangan brahmana, sub kasta Sapru.

Ayahandanya Syaikh Nur Muhammad memiliki kedekatan dengan kalangan sufi, karena kesalehan dan kecerdasannya, penjahit yang cukup berhasil ini dikenal memiliki perasaan mistis yang dalam serta rasa keingintahuan ilmiah yang tinggi. Tak heran, jika ia dijuluki kawan-kawannya denagan sebutan “sang filosof tanpa guru”.

Ibunda Iqbal Imam Bibi, juga dikenal sangat religius. Ia memberikan pendidikan dasar dan disiplin keislaman yang kuat kepada kelima anaknya, salah satunya Iqbal. Dibawah naungan kedua orang tua yang taat dan disiplin inilah Muhammad Iqbal dibesarkan.

Di kota perbatasan Punjab, Iqbal menghabiskan masa kecilnya dengan hobinya berolahraa dan bermain dengan kawan-kawannya. Ia sangat terkenal menyukai ayam hutan dan burung merpati oleh kawan-kawannya. ketika kehidupan Iqbal sudah mulai memasuki usia dewasa ia curahkan seluruh waktuhya di kota Lahore dengan kehausannya terhadap Ilmu pengetahuan. Ia kuliah di perguruan tinggi terkemuka di kota tersebut.

Sebelum masuk perguruan tinggi Iqbal sudah dinikahkan kedua orang tuanya dengan gadis bernama Karim bibi. Hal ini tentu sangat menarik karena berbeda jauh sekali dengan kita yang kebanyakan para Intelektual itu menikah dalam usia yang cukup matang. Namun Iqbal berani mengambil keputusan untuk menikah dalam usia yang relative muda sekali. Dari pernikahannya ini Iqbal dikaruniai tiga orang anak namun kedua anaknya tersebut meninggal dan hanya satu orang yang hidup ia bernama Aftab Iqbal yang mengikuti jejak ayahnya di bidang filsafat.

Selain pernikannya dengan Karim Bibi, Iqbal juga menikah dengan Sardar Begum dan Muktar Begum, ia juga sempat jatuh hati kepada gadis muslim Avant Garde bernama Atiya Begum Faizee. Namun terhadap perempuan ini Iqbal tak berani mengungkapkan perasaannya dan lebih memilih untuk memendam cintanya karena perbedaan latar belakang.

III. Pendidikan Dan Karir Muhammad Iqbal

Pendidikan keluarga yang kuat yang ditanamkan kedua orang tuanya mencetak Iqbal menjadi pribadi yang selalu haus akan ilmu pengetahuan. Sejak kecil Iqbal sudah diperkenalkan membaca bahkan menghafal Al-Quran baik oleh kedua orang tuannya maupun guru-guru di madrasahnya.

Kegeniusan dan kecerdikan Iqbal sudah bisa dibaca dari ukiran prestasi-prestasi yang ia raih dari sejak bangku sekolah, bahkan ia berhasil mendapat beasiswa kuliah dari seorang guru yang bernama Mir Hasan seorang guru privat sastra dan professor sastra Timur di Scoth Mission College, di kampus inilah semangat intelektual Iqbal mulai tambah dan lambat laun semakin menghidupkan bakat kepenyairan Iqbal. Setelah dua tahun kemudian Iqbal menyelesaikan kuliah ilmu-ilmu Humaniora di sekolah tersebut. Karena kegeniusan dan kecermelangan pemikirannya ia didorong oleh para dosennya untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi terkenal di Lahore, akhirnya ia kuliah di sana dan menekuni sastra serta filsafat dan lulus dengan hasil yang sangat cemerlang.

Banyaknya beasiswa pendidikan yang ia dapatkan mengantarkan Iqbal pada kuliah megister dibidang filsafat dan berjumpa dengan Sir Thomas Arnold guru besar filsafat yang sangat faham tentang kebudayaan Islam dan kesusastraan Arab, dialah yang memberikan motivasi kepada Iqbal untuk meneruskan pendidikannya itu kejenjang yang lebih tinggi di Eropa.

Iqbal bebar-benar menunjukan pancaran kegeniusannya dengan banyaknya prestasi yang raih,. Ia berhasil meraih gelar megister di bidang filsafat dengan nilai yang sangat gemilang. Ia juga menjadi pengajar dan sempat menjadi seorang pengacara. Namun ternyata, perannya sebagai professor dan pengajar di Universitas membuat ia merasa terkekang. Dan akhirnya ia kemudian melanjutkan studinya ke Eropa yaitu di london dan Jerman.

Bimbingan dari guru privatnya Mir Hasan nampaknya membuahkan hasil yang gemilang, bakat kepenyairan Iqbal mulai memancar dengan terang sejak perkenalannya dengan penyair urdu Nawab Marza Khan Dagh, ketika ia dikirimi Iqbal lirik-lirik awal puisinya untuk dikoreksi segera mengenali bakatnya yang luar biasa. Tak lama dari itu, Dagh pun membutuhkan bahwa puisi-puisi gubahan Iqbal telah cukup sempurna.

Dalam sebuah kesempatan simposium puisi (masya’ara) di Bheti Bate, pusat kegiatan intelektual dan budaya, yang merupakan gerbang kota Lahore. Iqbal ikut membacakan sebuah lirinya di hadapan para penyair terkemuka dan para penyair muda berbakat. Ketika itu salah seorang penyair urdu terkemuka Mirza Arsyad Gargoni berseru “Iqbal ! syair yang indah untuk usia semuda engkau”.

Demikianlah perjalanan pendidikan iqbal sebagai seorang intelektual serta banyaknya waktu Iqbal habiskan dengan menulis syair dan buku yang mewakili kegundahan dan keresahan hatinya melihat realitas yang ada pada lingkungannya. Dari ukiran penanya itulah kita bisa mengenal Iqbal. Akhirnya Iqbal meninggal dunia pada tanggal 12 April 1938 M akibat penyakit yang dideritanya.

IV. Karya-karya Iqbal

1. Asrar-I-Khudi (Rahasia Diri)

Penjajahan Inggris terhadap India menyisakan keadaan yang sangat meresahkan penyair seperti Muhammad Iqbal. Massa muslim, para intelektual, sarjana dan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia sosial memang mengerti tentang ilmu pengetahuan, sains modern dan mempunyai gelar dan jabatan yang tinggi. Rasa rendah diri masyarakat sebagai daerah jajahan telah merasuki masyarakat India pada masa itu. Sikap individualisme, system kebudayaan barat dianggap sebuah nilai plus yang menambah kredibilitas dan prestise mereka. Namun yang sangat meresahkan Iqbal adalah mereka semua melupakan identitas keislaman mereka

Hal yang pertama dilakukan oleh Iqbal ialah mengembalikan kesadaran masyarakat India terhadap identitas keislaman mereka. Ia berusaha mencari jawaban atas keresahan-keresahannya selama ini, karesahan kenapa masyarakat menjadi pelupa dan mengapa mereka telah mengabaikan hakiakat diri mereka.

Berawal dari keprihatinannya tersebut yang melahirkan konsep filsafat “diri” yang berusaha mencari hakikat diri sesungguhnya, konsep realisasi diri dan pemahaman tentang diri. Konsep Iqbal tentang kedirian ini terdapat dalam karyanya Asrar-i-khudi (rahasia diri).

Dalam karyanya ini Iqbal memberikan gambaran tentang konsep dan system Islam. Gagasan-gagasan tentang penetapan aturan Islam yang lebih terinci dan jelas terdapat di dalam karya ini dari pada yang lain. Nampaknya, dengan memberikan gambaran-gambaran tentang sistem Islam Iqbal berusaha melalui karyanya ini membangun rasa keidentitasan individu sebagaimana masyarakat, yang pada kenyataanya rasa itu sudah mulai dilupakan oleh masyarakat India pada masa itu.

Sementara berlanjut kepada tema-tema rahasia diri, kita menggarisbawahi bahwa Iqbal benar-benar memberi perhatian kepada pertanyaan yang sama yang berkembang di dalam masyarakat Islam pada hari ini. Diantara gagasan utama Iqbal yang mengagumkan adalah penekanannya pada misi para pengikut monoteisme. Dia meyakini bahwa orang –orang Islam dan umat Islam diikat untuk menyebarkan pesan Islam dan mereka tidak seharusnya beristirahat kecuali mereka telah menyelesaikan tugas ini.

Mengenai masalah ini iqbal menulisnya dalam bait-bait syairnya:
Tubuh yang kuno ini disebut dunia
Dibentuk dengan pencampuran unsur-unsur ibu
Ratusan tumpukan alang-alang
Ditanam untuk menghasilkan satu melodi tunggal
Ratusan taman berkorban
Demi menumbuhkan sekuntum tulip
Ribuan citra disusun, dipahat dan dihapus
Agar citramu dapat diukir dalam tablet wujud
Ribuan pengaduan dan air mata
Disemai dan dibesarkan di dalam jiwa
Agar seruan shalat berada dalam `peperangan
Dengan jiwa-jiwa mulia
Dan ia menyenangi para penyembah Tuhan-Tuhan
Yang salah
Dan kata monoteisme
Menemukan ekspresi melalui bibir-bibir
“Pusat lingkaran semesta adalah la ilah
Adalah kekuatan yang menjaga langit agar tetap berputar
Adalah yang memberiakan mentari
Cahaya dan kehidupannya.
Dan yang menetapkan gelombang-gelombang
Bergelora dan bergerak sepanjang waktru
Dan kesejukan pagi
Mengubah tanah menjadi bebungaan
Apinya menghembus nyanyian bul-bul
Kedalam segenggam bulu
Nyalanya mengalir melalui pembuluh tanaman anggur
Panasnya membuat piala tanah liat berpendar seperti percikan
Kecuali dunia menggema dengan getaran seruan kebenaran
Jika seorang muslim yang sesungguhnya engkau tidak mestinya beristirahat
Tidakkah engkau membaca
Ayat-ayat di dalam induk kitab-kitab?
Yang dianugrahkan atasmu gelar
Umat yang adil?
Engkau adalah kilauan wajah waktu engkau menyaksikan perbuatan semua bangsa
Sebarkan seruanmu
Kepada semua orang yang teguh
Engkau harus menebarkan perbendaharaan pengetahuan ummi
Yang perkataannya tidak ternodai dengan kilauan apapun
Yang ucapannya menafsirkan makna ayat
“Kawannya tidak salah, tidak pula memperdaya”
Dia mencuri bersih jubah taman tulipnya
Dan mensucikan mereka dari segala noda.

Dalam bait-bait syair diatas ia menjelaskan bahwa formasi masyarakat Islam dan kemunculan umat didunia bukan merupakan masalah yang sederhana. Dunia harus menunggu sepanjang jaman dan sejarah harus mengalami percobaan-percobaan agar dapat mencoba mencapai konsep , monoteisme dan agar sampai kepada suatu tingkat di mana suatu umat terinspirasi dengan cita-cita monoteisme dan orang-orang yang beriman yang mengikuti pemikiran Islam dapat berkembang.

Setelah memberikan penjelasan tentang tabiat ajaran Islam Iqbal memberiakan gelar kepada umat monoteisme sebagai pembawa Islam dan Iqbal juga memberiakan semangat agar bisa melangkah lebih jauh dan menyebarkan panji dan pesan-pesan Islam keseluruh dunia. Iqbal juga menginginkan mereka menghancurkan berhala-berhala umat modern yang dipahat oleh para penipu dari barat.

Demikianlah Iqbal menuangkan pemikiran-pemikirannya melalui syai-syair yang penuh dengan guratan makna dan dengan sejuta harapan bagi siapa yang membacanya akan ikut tenggelam kedalam ajaran-ajaran yang beliau sampaikan.

2. Majelis Permusyawaratan Iblis

Dalam antologi syair-syair Iqbal yeng terankhir berjudul Armughan-i-hejaz (hadiah dari hijaz) dan diterbitkan setelah meninggalnya pengarang terdapat satu syair yang digubah menurut makan supranatural orisinil yaitu iblis ki majlis-i-syra (majlis permusyawaratan iblis) dalam syair tersebut Iqbal memberikan gamabaran tentang cita-cita tertinggi dari parlemen Iblis.

Iblis membentuk satu kesatuan dalam sebuah musyawarah, jiwa-jiwa kejahatan dipersatukan untuk membuat trik dan strategi untuk mewujudkan tujuannya tertingginya. Masing-masing dari penasehat iblis memberikan pandangan-pandangannya untuk melancarkan strategi tersebut. Dalam permusyawaratan tersebut semua iblis bersepakat bahwa muslim adalah musuh musuh bebuyutan. Muslim diibaratkan bunga api yang pada suatu ketika bisa berkobar dan meruntuhkan parlemen iblis.

Oleh karena itu, seluruh sumber dan kekuatan akan dikokohkan menentang musuh utama ini. Namun meskipun iblis tak mampu menghancurkan, paling tidak akan berusaha memukau muslim agar berenang dalam lautan kesenangan dan kaduniawian.

Untuk lebih memahami dialog iblis denagan pare penasehatntya, berikut ini adalah sajak tentang permusyawaratan iblis karya Iqbal yang diterjemahkan oleh: Dr. Abdul Hadi WM

PARLEMEN SETAN

Setan:

Jin-jin mulai mempertunjukkan tari purba mereka
Lihat dunia yang penuh laknat ini, pasir dan debu harapan
Penghuni surga! Lihat Sang Pencipta
Yang menjadikan segala ini dengan firman Kun fayakun!
Sebentar lagi aku akan menghancurkannya. Otak cerlang
Eropa dan takhyul kerajaan duniawi ini,
Sebenarnya akulah setan yang membikin. Kutiup jampi-jampi
Ke seluruh masjid, gereja , kuil dan vihara
Kubuat sesat musafir, kepada mereka kuajarkan
Bahwa ketentuan Takdir tak dapat diubah lagi.
Dan telah kubuat mabuk pula pemimpin mereka
Dengan kapitalisme. Siapa dapat memadamkan
Nyala redup api mereka yang mulai berkobar lagi
Disulut nafsu angkara setan? Siapa dapat mematahkan
Batang pohon yang telah disiram mukjizat setan?

Penasehat Setan Pertama:

Tak diragukan lagi kedaulatan Neraka kian kukuh di muka bumi
Maka itu bangsa-bangsa di dunia ini tumbuh dan besar
Diasuh perbudakan. Celakalah bangsa-bangsa
Yang dinasibkan mengemis dan bertekuk lutut berabad-abad
Malanglah mereka yang telah dikodratkan
Untuk gemar memohon dan berdoa, namun tak berdaya:
Mereka yang tak memiliki cita-cita yang tinggi
Akan ditimpa oleh bencana. Dan sebentar lagi
Akan tergusur di muka bumi! Adalah karena jerih payahku
Semua yang serba menakjubkan ini terjelma
Segala bentuk kependetaan dan kewalian
Aku yang membelokkan jadi tiang penyangga perbudakan
Bagi kekuasaan penjajah asing. Candu yang melemahkan
Kusulap menjadi obat bagi orang Asia
Lihat, kini pemimpin dan kaum terpelajar mereka
Lebih memuliakan seni pokrol bambu[1]
Dibanding kearifan dari kitab suci agama mereka.
Dan apa pula tandanya jika rombongan haji
Hanya fasih menyebut Ka`bah dan Makkah al-Mukaramah?
Tandanya: Pedang agama semakin tumpul
Keputusasaan telah menggantungnya
Jadi senjata baru yang beracun. Karena itu
Orang Islam yang berjihad di jalan Allah
Dikutuk dalam zaman ini
Bahkan oleh orang Islam itu sendiri.

Penasehat Setan Kedua:

Serigala berkepala seribu menguak demi kekuasaan,
Racunkah ini atau rahmat bagi kita?
Tampak kau tak mau mempelajari
Bahwa bencana baru sedang menimpa bumi setan!

Penasehat Setan Pertama:

Aku sudah tahu. Dengar, tiada lagi bahaya mengintai dunia kita
Menurut pengamatanku, sebab yang tampak
Hanya rimbunan daun menutupi nafsu negara duniawi
Bukankah otokrasi telah kuberi baju
Demokrasi? Jika manusia mau bercermin
Dan meneliti dengan seksama, mereka akan paham
Tujuan kekuasaan dan penguasaan dunia
Berada di tempat lain yang tersembunyi
Ia tidak semakin kukuh atau runtuh
Karena lenyapnya raja-raja dan Tsar.
Pun tak peduli apa ada parlemen atau partai politik
Jika ke tempat lain kita arahkan pandangan kita
Akan tampak jelas: Tiran lahir kembali di mana-mana.
Tidak kaulihat pemerintahan kerakyatan di Barat
Yang dari luar kelihatan cerah? Jiwa mereka
Sebenarnya lebih kelam dari Jengis Khan!

Penasehat Setan Ketiga:

Sepanjang semangat tirani masih berkobar di muka bumi
Tak ada yang perlu kita cemaskan! Namun,
Bagaimana dengan Si Jenggot lebat, Yahudi laknat
Nabi tanpa gunung Sinai, juru selamat proletar
Tanpa tiang salib itu? Pun bukan utusan Tuhan
Tapi bukunya Das Kapital masih dibolak-balik
Bagaikan kitab suci? Bagaimana pula dengan mata redup tak bertuhan
Yang dengan berselubung mengumumkan hari perhitungan
Kepada bangsa-bangsa Timur dan Barat?[2]
Wabah mengerikan macam apa yang akan mereka tularkan?
Budak-budak telah memutuskan mata rantai belenggu merela
Dan meninggalkan rumah majikan-majikan mereka.

Penasehat Setan Keempat:

Di balai agung kemaharajaan Roma yang megah
Ada obat penawar: Sekali lagi telah kita biuskan
Mimpi Yulius Caesar kepada keturunan mereka
Bangsa bertangan besi ini amat perkasa menjaga laut
Dan kepentingan perdagangan dunia!

Penasehat Setan Ketiga

Ah, aku tak yakin bangsa ini mampu merebut masa depan
Segala seni pemerintahan Eropa telah dikuras habis olehnya
Namun yang dihasilkan adalah kesia-siaan!

Penasehat Setan Kelima:
Berbicara langsung kepada Setan

Wahai kau yang memenuhi layar dunia
Dengan api berkobar, wahai Maharaja Setan! Bila mau, kaulah
Yang dapat menyingkap semua rahasia ini!
Bumi dan air akan mendidih di atas tungku apimu
Dengan itu planet yang bernama bumi ini akan dipenuhi bencana
Kami ini mahluk bodoh, kaulah guru kami yang paling bijak
Ajari kami hingga arif dan berilmu
Tiada yang labih tahu tabiat Adam
Mahluk tak berdosa yang malang itu, selain kau!
Apa arti malaikat yang kerjanya cuma berzikir
Dan memuji, serta gemar berkurban
Dibanding kau? Gantunglah kepala mereka
Dan bikinlah mereka merasa malu di hadapanmu!
Kau telah berjanji akan senantiasa membantu kami
Buatlah dukun-dukun keramat Barat
Tetap percaya kepada Setan dan jajaran aparatnya
Ketahuilah Yahudi pembangkang itu,
Pembawa semangat Mazdak itu, kini telah bangkit kembali!
Tak lama lagi setiap jubah akan dicabik-cabik
Oleh nafsu gilanya. Gagak gurun Sahara
Mulai menyulap diri mereka menjadi elang
Dan rajawali: Dunia akan gusar dibuatnya.
Apakah kita juga lupa pada segenggam debu
Yang berpusaran di keluasan angkasa ini?
Mengapa kami gemetar menyaksikan
Teror revolusi masa depan? Gunung, padang
Dan musim semi pun gemetar ketakutan.
Wahai Yang Mulia Setan! Di tepi jurang kekacauan
Yang maha dahsyat ini, terbentanglah bumi
Dan Kaulah semata penguasanya!

Setan:

Bumi, matahari, bulan, semua makhluq
Sekalian isi alam ini, di bawah kuasaku berada
Darah bangsa kulit putih sekali lagi akan kubakar
Biar Timur dan Barat, Utara dan Selatan menyaksikan
Dengan mata di kepala mereka sendiri
Drama mengerikan seperti apa yang akan kupentaskan di panggung dunia!
Dengan sekali tiup jampi-jampiku
Akan meruntuhkan tiang-tiang negara dan gereja!
Katakan kepada si bijak tolol
Yang mengira peradaban kebendaan ini rapuh
Seperti kedai penjual anggur, tantang mereka
Untuk menghancurkannya! Namun bila tangan alam
Telah mengoyak jahitannya, jarum logika komunisme
Sekali pun takkan bisa menjahitnya lagi!
Kau kira aku takut pada kaum sosialis
Dan pembela hak asasi manusia?
Ah mereka cuma pembual jalanan, makhluq ronbengan

Otak mereka cabik-cabik dan jiwa mereka luka!
Tidak, jika ada momok yang menakutkan setan
Ia mengintai dalam diri umat beragama yang benar-benar beriman
Dalam abu mereka masih menyala bara api harap tak terhingga!
Walau berserak-serak, yang gigih dari kalangan mereka
Akan tampil ke depan mengurbankan hati mereka
Dan fajar akan mereka siram dengan air mata keluh
Di mata mereka susunan dan kerangka zaman begitu jelas
Ancaman utama bagi setan di masa depan
Bukan komunisme, tetapi agama yang benar.

Aku tahu, pembela undang-undang Tuhan
Hampir tiada lagi di muka bumi. Orang Islam misalnya
Seperti umat yang lain – telah menganut paham
Dan kepercayaan lain.
Syahadat mereka sekarang adalah kapitalisme liberal
Di Timur, dalam kegelapan malam-malamnya yang pekat
Tak dijumpai lagi tangan Musa yang bersinar-sinar
Yang membuat kerajaan Firaun runtuh dengan cepat
Juga tidak di kalangan pendeta, padri dan ulama.
Sekali pun demikian, jangan lalai
Meskipun mereka tengah sedih dan bingung
Bahaya tetap mengintai di sana!
Jejak Nabi yang hilang bisa dijumpai lagi
Kita harus waspada pada ajaran Muhammad
Kesucian wanita dijunjung tinggi
Lelakinya yang saleh dan beriman tak mudah digoda
Namun tak apa: Coba mereka goda dengan kenikmatan
Dan kelezatan dunia yang lain
Seperti kemasyhuran dan kekuasaan!
Mereka sanggup mati demi agama
Singgasana ular naga mereka ingkari
Di mata mereka tidak berbeda raja dan faqir
Segala kebusukan mudah sekali mereka telanjangi
Si kaya dan si miskin punya derajat yang sama di mata mereka
Revolusi dahsyat macam apa yang akan terjadi
Jika ajaran agama begini terlaksana dalam tindakan dan pikiran?
Tanah di bumi bukan milik raja dunia lagi
Seluruh alam milik Tuhan semata
Alangkah baiknya jika aturan dan hukum dari nabi-nabi
Terkubur tak diingat orang
Kita pun akan bersyukur jika orang beriman
Dari sekalian penganut agama
Kehilangan seluruh iman mereka
Mudah-mudahan sesatlah mereka selamanya
Masing-masing kebingungan menafsir kitab suci mereka

Hari-hari benderang moga tak mengoyak
Malam-malam gelap umat yang salatnya khusyuk ini!
Waspadai, jangan sampai mereka dibiarkan terbangun
Kalimah syahadatnya sanggup menghancurkan
Jampi-jampi dunia – Tenggelamkan mereka
Dengan persoalan tetek bengek
Jaga agar gambaran menyedihkan tentang pemimpin agama mereka
Selalu memuaskan hati mereka!
Asingkan mereka dari tindakan nyata,
Dari kegiatan politik, ekonomi, dan kebudayaan!
Hingga mereka merasa bahwa keberadaan mereka
Tidak berarti di papan catur kehidupan!
Alangkah baiknya jika mereka diperbudak
Dan selalu tergantung pada bangsa lain sampai kiamat!
Usahakan terus agar urusan dunia
Mereka serahkan pada golongan lain
Biarkan mata mereka tertutup, aku Setan
Sungguh ngeri bila umat ini terbangun
Dari tidurnya! Ajaran agama mereka merangkum semua
Jaga agar pikiran mereka tetap porak poranda
Penjara mereka dalam kegiatan peribadatan
Dan upacara-upacara usang keagamaan!

Demikianlah Iqbal memberikan gambaran bahwa sesungguhnya kita sebagai seorang muslim harus selalu waspada terhadap serangan iblis kapan pun dan dimanapun karena pada dasarnya meskipun iblis itu tak terlihat secara kasat mata namun ancaman-ancamannya dalam bentuk seluruh yang menyebabkan kehancuran itu sangat jelas dan nampak sekali.

Kedua karya Iqbal tersebut hanya sebagian kecil yang bisa di paparkan dalam makalah ini masih banyak lagi sajak-sajak yang dihasilkan Iqbal yang kebanyakan ia tulis dalam bahasa persi dan urdu diantaranya Syikva (keluhan), javab-i-syikva (jawaban atas keluhan), asrar-i-khudi (rahasia diri),Rumuz-i-bekhudi (misteri penyangkalan diri), bang-i-dara (panggilan lonceng), piyam-i- masyrik (pesan dari timur), Zabur-i-Ajam (kidung persi), javid namah Bang-I Dara (panggilan lonceng), Javid Namah (kitab keadilan), Zabur-I ‘Ajam (kidung Persia), Javab-I Syikva (jawaban atas keluha), Syikva (keluhan), Piyam-I Masyriq (pesan dari timur), Zarb-I Kalim (tongkat musa), Armughan-I Hijaz (pemberian dari Hijaz), Bal-I Jibril (sayap jibril) dan lain-lain. Adapun kumpulan sajak dan ceramah dan kuliahnya terdapat dalam The Reconstruction Of Religious Though Of Islam. Selain menulis syair-syair Iqbal juga menulis beberapa artikel dalam bidang filsafat, ekonomi, politik dan hukum dan sastra dalam bahasa Inggris.

V. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat menegatahui bagaimana latar belakang keluarga yang telah melahirkan penyiur sekaliber Iqbal, kita dapat menyimak sekilas tentang perjalanan kehidupan Iqbal sampai bisa menjadi seorang penyair, dengan mengetahui hal tersebut kita berharap bisa mengikuti jejak langkahnya.

Dengan demikian, Tak diragukan lagi ukiran pena Iqbal sangat besar pengaruhnya dalam khazanah pemikiran Islam. Iqbal tak hanya di kenal di dunia barat namun fenomenal juga di dunia timur. Namun nampaknya, sekilas perkenalan kita dengan Iqbal belum cukup tanpa mendalami syair-syair yang telah Iqbal ciptakan.

Daftar Pustaka:

Adian, Donny Gahral. Muhammad Iqbal (Seri Tokoh Filsafat). Penerbit Teraju.
Jakarta:2003.
An-Nadwi. Abul Hasan Ali Al-Husni. Percikan Kegeniusan Dr Muhammab Iqbal. Integrita Press. Jakarta:1985
Hadi, Abdul WM. Mata Kuliah Seni Sastra Islam. Semester tiga. ICAS Jakarta.
Iqbal, Muhammad. Allah pun Tersenyum. Nuansa. Bandung: 2005.
Khamene’I, Ali dkk. Muhammad Iqbal, Dalam Pandangan Para Pemikir Syi’ah. Al-
Huda. Jakarta: 2003.

[1] debat kusir
[2] Revolusi Rusia
Dijumput dari: http://poetraboemi.wordpress.com/2008/05/11/muhammad-iqbal-sang-penyair-pembangun-identitas-islam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar