Triyanto Triwikromo
www.suaramerdeka.com
Apa jadinyan jika Pak Piek Ardijanto Suprijadi, lelaki tua yang setia berpuisi hingga hari tuanya itu, tidak tinggal di Tegal? Apakah antologi 12 penyair Indonesia Dari Negeri Poci bisa terbit? Apakah Tegal bisa ingar-bingar dengan peluncuran perdana buku yang dicetak secara mewah itu?
Barangkali tak semua dari kita bisa dengan segera menjawabnya, tetapi Handrawan Nadesul, seorang penyair dokter yang puisi-puisinya termuat dalam Dari Negeri Poci punya jawaban yang taktis, “Spirit Tegal, spirit Pak Piek, telah kami pinjam untuk menerbitkan buku ini. Spirit itu pulalah yang menjadikan acara di Tegal ini menjadi sedemikian meriah”.
Handrawan tidak salah. Karena seorang sastrawan gigih bernama Piek Ardijanto Suprijadi-lah beberapa waktu lalu ada lomba baca puisi dengan hadiah total 1,5 juta, ditutup malam peluncuran perdana antologi Dari Negeri Poci (31/7), dan sarasehan pada pagi harinya.
Malam Peluncuran
Ada isu yang menarik ketika Dari Negeri Poci, yang memuat puisi 12 penyair Indonesia (Adri Darmaji Woko, Handrawan Nadesul, Bambang Priyono Soediono, Dharnoto, Eka Budianta, Kurniawan Junaedhie, Oei Sien Tjwan, Piek Ardijanto Soeprijadi, Rahadi Zakaria, Rita Oetoro, Syaifuddin A Ch, dan Widjati) hendak diluncurkan. Menurut Suriali Andi Kustomo, penyair asal Tegal yang kini bermukim di Semarang, ada kemungkinan bakal terjadi insiden. “Mereka yang ada di buku ini bukan penyair Tegal. Ini akan digugat oleh para penyair Tegal, karena mereka berani mengklaim seakan-akan berasal dari Tegal dengan membuat buku Dari Negeri Poci. Dan bicara tentang poci, tentu tak bisa dilepaskan dari Tegal”.
Apakah insiden itu kemudian benar-benar menjadi kenyataan? Hampir, tetapi tidak sampai terjadi. Mungkin karena Wali Kota kemudian ikut membaca, mungkin juga karena Dandimnya juga tak mau ketinggalan. Atau karena ada pula seorang rohaniwan yang terlibat dalam acara itu. “Ya, para penyair muda Tegal jadi lupa pada gugatan mereka, karena terkesima pada para pejabat yang mau baca puisi,” ujar salah satu sumber.
Dan acara memang akhirnya menggelinding lancar. Diawali acara sampingan semacam lomba baca puisi dengan materi buku yang hendak diluncurkan, didahului pembaca-pembaca puisi dari kelompok Revitalisasi Sastra Pedalaman, dan baca puisi para pejabat. Kejutan pertama muncul ketika Piek Ardijanto Soeprijadi naik ke panggung. Dengan suara yang gemetar dan seperti menahan marah, dia berusaha membela ke-12 penyair dari gugatan para penyair muda Tegal yang didengarnya. “Dalam hujan yang lebat, mereka datang dari Jakarta ke rumah saya. Malam itu mereka mengajak saya ke Guci. Sebenarnya saya tidak mau, tetapi mereka memaksa saya untuk berhujan-hujan ke sana. Disanalah mereka bicara tentang spirit Tegal, disanalah kemudian timbul kesepakatan untuk menerbitkan antologi,” tandasya.
Untuk sesaat penonton diam. Meski begitu, ada pula yang nyeletuk, “Ini pembelaan paling kampungan!”
Untunglah Piek tidak mendengar, hingga dia masih bisa melanjutkan sambutannya. “Mereka tidak pernah saya ajari untuk membikin puisi. Tetapi mereka yakin, Tegal dan saya setidaknya telah melahirkan sebuah spirit bagi mereka untuk terus menulis puisi dan menerbitkannya dalam kumpulan ini”. Usai pembelaan itu, acara pun mengalir lagi.
Giliran selanjutnya adalah Dharnoto yang mempertunjukkan musikalisasi puisinya dan puisi Kurniawan Junaedhie. Pentas ini malah memunculkan kecaman-kecaman. Yono Daryono, sutradara teater, menganggap yang dipentaskan Dharnoto tak lebih dari pertunjukan grup vokal. “Saya sedih melihat Dharnoto yang seorang teaterawan kok membaca puisi seperti itu. Ini pelecehan terhadap Tegal, kata Yono. Pendapat yang senada juga muncul dari YY Haryo Guritno dan Sony Serenada, salah seorang penyiar di kota itu. “Dengan dilagukan seperti itu, puisinya jadi hilang,” papar Sony.
Mendengar berbagai kecaman, kalangan penonton kemudian terbagi menjadi dua kubu. “Namanya saja musikalisasi puisi, tentu yang terdengar sebuah lagu,” sungut seorang ibu yang menggendong anaknya, “mentang-mentang orang teater, ngomong seenaknya sendiri”.
Suasana pun muram. Ketika Rahadi Zakaria membaca puisinya, penonton tak tergelitik untuk merespons. Untunglah, malam itu ada Widjati, penyair tua Tegal yang nyentrik. Dia menyelamatkan pentas itu dengan gayanya yang khas. Penonton pun memberi aplaus.
Keresahan
Inilah puncak acara yang sebenarnya. Di sebuah kebun yang luas milik Sentot Susilo, Direktur Radio Vitra Angkasa, yang bekerja sama dengan Suara Merdeka serta sponsor lain, dialog-dialog bernas muncul. Ada yang menyinggung tentang posisi kesastraan kita dewasa ini. Ada yang menyinggung keterlibatan penyair di dalam masyarakat yang sakit. Ada pula yang bicara tentang pemasaran sastra.
Handrawan Nadesul, misalnya, mempertanyakan posisi kesastraan kita. “Kesastraan kita bagaikan bola salju yang menggelinding, tetapi pelan-pelan,” ungkapnya. Oleh F. Rahardi, pernyataan itu dijawab dengan santai sekali. “Itu terjadi karena sebagai penyair kita tak bisa menggelinding dengan kencang”.
Tentu saja Handrawan tidak puas. Dan dia pun berkomentar lagi. “Bola salju itu ada penerbit, ada media massa, dan ada penyair serta sastrawan. Tetapi selama ini kita kurang memperhatikan fungsi penerbit dan media massa. Hampir semua usaha muncul dari penyair dan krena penyair tidak kuat, akhirnya usaha itu sering mengalami sebuah jalan buntu,” tandasnya.
Lagi-lagi F. Rahardi menyambar pernyataan Handrawan dengan spontan.”Media massa itu kan punya hukumnya sendiri, punya kebijakan sendiri. Alternatif yang terbaik adalah penyair harus masuk ke media massa dan mewarnai media massa itu dengan sajak-sajaknya. Kita jangan lagi memosisikan penyair dan puisi secara salah”.
Sayang sekali, dialog itu selesai sampai di sini. Karena secara tak terhindakan, Wiyono salah seorang penata artistik film yang pernah mendapatkan Citra, telah memunculkan persoalan baru. Dia bertanya tentang keterlibatan pejabat di dalam malam peluncuran perdana Dari Negeri Poci. Oleh Oel Sien Tjwan, pertanyaan itu dijawab dengan nada humor. “Para pejabat itu komunikatif di dalam menanggapi kami. Dan itu lucu, bila diteruskan mereka akan bisa jadi pelawak”.
Halim HD yang biasanya serius pun gatal untuk melucu ketika harus menanggapi pertanyaan Wiyono. “Siapa dulu dong sutradaranya?” katanya sambil melirik Yono Daryono. Dijawab seperti itu, Wiyono tidak marah. Dia malah berteriak, “Baik, Baik, Semoga Tegal banyak melahirkan pelawak”.
Setelah kelucuan reda, muncul lagi sebuah pertanyaan yag menggugat. “Penyair itu sering mengeluarkan petuah-petuah, sering bicara tentang kemiskinan, perdamaian, tetapi tanggung jawab mereka terhadap semua itu mana?” tanya seorang peserta sarasehan. Eka Budianta mendapat giliran untuk menjawab.
“Ini pernyataan yang bagus,” katanya. “Pernyataan ini meletakkan kesastraan pada masalah yang lain”.
Eka kemudian mencoba menjelaskan, penyair selalu terlibat pada apa yang tengah dialami masyarakatnya. “Ketika pemerintah berusaha mengentas kemiskinan, penyair sudah lebih dahulu memikirkannya. Dan sejak dulu, sajak-sajak Rendra sudah bicara tentang itu semua. Penyair itu penyampai keindahan yang senantiasa menjadi nurani zaman. Ia pasti akan terlibat dalam masalah yang paling krisis sekalipun”.
Jawaban Eka ternyata ditanggapi secara lain oleh Handrawan Nadesul. “Harus dibedakan dong antara estetika dan etika. Fungsinya jangan dibaurkan,” katanya.
Sekali lagi, dialog semacam ini tak jadi runcing. Sebuah persoalan tiba-tiba menyelonong dan mengaburkan persoalan yang pertama atau kedua. Karena, F. Rahardi secara persuasif memunculkan kasus pemasaran sastra. Dia bilang, sekarang bukan saatnya lagi penyair merengek-rengek untuk diterima media massa. Sudah saatnya para penyair menerbitkan karyanya sendiri dalam bentuk buku. “Ini harus kita biayai sendiri. Murah, hanya 1,5 juta, kita alkan memiliki sebuah antologi,” katanya.
***
Dijumput dari: http://frahardi.wordpress.com/2011/06/24/mempertanyakan-posisi-penyair-tegal/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar