Kamis, 04 Juli 2013

Hegemoni Kekuasaan dalam Novel

S Prasetyo Utomo
Kompas, 14 Okt 2012

HEGEMONI kekuasaan dalam novel, dengan otoritas penguasa yang dicitrakan melalui mitos, ditulis sastrawan untuk menyingkap perilaku busuk yang terselubung karisma dan nafsu keserakahan manusia. Kekuatan simbol, sistem tanda, lambang, dan pilihan kata menjadi pertaruhan bagi sastrawan untuk mengekspresikan hegemoni kekuasaan di dalamnya.

Teks sastra serupa ini mengelupas luka kekuasaan melalui narasi terbingkai mitos. Teks sastra dicipta untuk mengekspresikan pembebasan hegemoni kekuasaan yang membangkitkan pencerahan hidup manusia, sekaligus mempertaruhkan estetika yang memberi kekuatan tafsir dan pemaknaan.

Tokoh-tokoh yang menjadi pusat kekuasaan, dengan kedok perilaku yang terhormat di tengah kekuasaan tanpa batas, disingkap selapis demi selapis oleh Putu Fajar Arcana dalam Gandamayu. Novel ini berbeda dengan Durga Umayi karya YB Mangunwijaya yang merefleksikan ambiguitas pemerintah Orba: mencitrakan simbol kemuliaan (Uma) sekaligus menampakkan keserakahan manusia (Durga) dalam kekuasaan. Dalam novel YB Mangunwijaya itu kita dapat menikmati mitos dalam tafsir hegemoni kekuasaan konteks zaman Orba—tentang penguasa yang terselubung kedok kesucian, karisma kepemimpinan, tetapi rakus duniawi.

Gandamayu merupakan novel yang menyingkap konteks sosial (politik), ditulis dengan napas biografis dan fantasi mitos, tanpa kehilangan simbol. Berlapis-lapis makna bisa kita tafsir dari jalinan cerita di dalamnya. Batari Durga menjadi simbol bagi nafsu yang menguasai jiwa manusia, bisa pula menjadi lambang hukuman bagi manusia yang mengingkari kesetiaan dan pengabdian pada pusat kekuasaan. Dewa Siwa mencitrakan tokoh dengan dominasi kekuasaan tak terlawan. Konflik batin Batari Durga beserta kebusukan nafsu, keserakahan, dan kekotoran jiwanya menjadi satir bagi tarik-menarik hegemoni kekuasaan. Tokoh yang disakralkan, dengan seluruh kewibawaan dan pencitraan, sebagaimana Dewa Siwa, menjadi daya tarik novel. Teks sastra menghamparkan kontemplasi pembaca yang terus-menerus dalam memberikan makna terhadap kehidupan manusia tatkala berhadapan dengan kekuasaan.

Bagaimanakah sastrawan menyingkap kedok hegemoni kekuasaan tokoh dalam sebuah novel? Ia bisa memanfaatkan biografi hidupnya sendiri dan kepopuleran mitos. Novel Gandamayu bermuatan nilai biografis, yang menyingkap tabir mitos. Novel ini justru mengalirkan narasi biografis, kisah penembang, yang berfungsi untuk memasuki ”kekuasaan mitos” yang membawa kita pada ketajaman perenungan, kedalaman nilai rasa, dan kejernihan katarsis mengenai hegemoni kekuasaan Dewa Siwa yang tak terlawan.

Tokoh-tokoh novel Gandamayu menyingkap kedok hegemoni kekuasaan, mengelupas hakikat konflik dengan pusat kekuasaan. Fokus cerita novel ini adalah perilaku tokoh Dewi Uma dan Sahadewa yang mengelupas hegemoni kekuasaan Dewa Siwa. Setidaknya ada empat hal yang bisa dimaknai dari tokoh Dewi Uma saat berhadapan dengan hegemoni kekuasaan Dewa Siwa untuk mencapai kesadaran humanis.

Pertama, novel ini mencitrakan kekuasaan yang memerlukan kesetiaan secara utuh. Sikap Dewa Siwa kepada Dewi Uma, istrinya, yang menuntut kesetiaan penuh, merupakan mitos pusat kekuasaan yang tak ingin dikhianati. Kesetiaan bersifat mutlak. Kesetiaan tak boleh dibagi dengan siapa pun, apalagi sampai membangkitkan perlawanan terhadap pusat hegemoni kekuasaan. Tiap titah yang diberikan Dewa Siwa kepada Dewi Uma bersifat mutlak, tak terlawan. Hegemoni kekuasaan mengekang keinginan-keinginan beroposisi dari kelompok bawah (grass root) dan penekan (pressure groups).

Kedua, bila tuntutan akan kesetiaan itu tak terpenuhi, jatuhlah kutukan atau hukuman. Dewa Siwa yang merasa tak memperoleh kesetiaan mutlak Dewi Uma melakukan dua kutukan sekaligus: Dewi Uma berubah wujud sebagai Batari Durga, raksasa perempuan yang buruk rupa dan angkara murka, yang kemudian diusir dari kahyangan.

Hegemoni merupakan konstruksi pusat kekuasaan (Dewa Siwa) terhadap pihak lain (Dewi Uma). Kutukan Dewa Siwa bersifat membungkam dan mengontrol makna kehidupan istrinya sendiri. Batari Durga kehilangan kedudukannya di kahyangan, tempat mulia para dewa, karena berselingkuh dengan penggembala sapi (jelmaan Dewa Siwa) dan mesti menjadi ratu para arwah di Setra Gandamayu.

Ketiga, pada waktunya nanti, hegemoni kekuasaan itu mencari wajahnya yang demokratis. Batari Durga diruwat Sahadewa, kembalilah pada wujud asalinya sebagai Dewi Uma yang cantik dan berbudi luhur. Pusat kekuasaan pemegang hegemoni, dalam hal ini Dewa Siwa, memerlukan pencitraan yang demokratis bahwa ia tokoh pemurah yang memberikan ampunan kepada Batari Durga, dengan cara menunjukkan bahwa kekuasaannya bukan merupakan tirani. Untuk menunjukkan Dewa Siwa bersifat arif—sebagai pusat hegemoni—Dewa Siwa meruwat Batari Durga dengan bantuan Sahadewa, seorang kesatria yang menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, dan melawan angkara murka.

Keempat, hegemoni kekuasaan Dewa Siwa sebenarnya bersifat mutlak ketika ia meruwat Batari Durga untuk kembali pada wujud asalinya Dewi Uma. Dewa Siwa hanya meminjam raga Sahadewa ketika kesatria itu mengembalikan kecantikan Dewi Uma agar bisa kembali ke kahyangan dan meninggalkan Setra Gandamayu. Kutukan dan ruwatan bermula pada satu pusat kekuasaan: Dewa Siwa. Kekuatan-kekuatan lain di luar pusat kekuasaan sia-sia turut menentukan konstruksi makna kekuasaan. Tak berkembang pluralitas dalam kekuasaan. Sistem berpikir, sistem berbicara, dan perilaku tokoh di luar pusat kekuasaan hanyalah merupakan cerminan dari kekuasaan yang dominan.

Betapa kuat hasrat Putu Fajar Arcana menghadirkan citra pusat kekuasaan yang dominan melalui mitos. Secara tak sadar kadang ia terseret hasrat mengeksplorasi bahasa esai. Bila YB Mangunwijaya dalam novel epik Durga Umayi mengekspresikan mitos sebagai lambang, simbol, dan sistem tanda yang bertautan dengan kekuasaan Orba, Putu Fajar Arcana mengekspresikan mitos sebagai cermin hegemoni kekuasaan secara universal.

Tersirat kerinduan Putu Fajar Arcana, sebagai novelis, membebaskan tokoh-tokohnya dengan melakukan dekonstruksi kekuasaan. Tokoh-tokoh novel diciptakannya untuk mempertanyakan: nilai-nilai, ideologi, kebenaran, dan tendensi yang tersirat dalam hegemoni kekuasaan. Tokoh-tokoh itu bergerak untuk melakukan penolakan terhadap satu pusat kekuasaan. Tokoh-tokoh novelnya—meminjam pengertian Derrida—berupaya menemukan pusat-pusat kekuasaan yang baru. Tokoh-tokoh dalam novelnya mengekspresikan kesadaran bahwa pusat itu plural, bukan tunggal. Tokoh-tokoh novel Putu Fajar Arcana berani membongkar sistem hierarki, sistem logika yang dianggap baku dalam memaknai pusat kekuasaan.

Kesadaran Putu Fajar Arcana mengeksplorasi hegemoni kekuasaan dalam mitos pewayangan membangkitkan kelebihan di luar style narasi. Ini berbeda dengan novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho. Kedua novel itu sama-sama mengangkat mitos pewayangan dengan fokus hegemoni kekuasaan yang tak terlawan. Putu Fajar Arcana mengisahkan hegemoni kekuasaan yang berpusat pada Dewa Siwa, Yanusa Nugroho menarasikan hegemoni kekuasaan Sumantri atas adiknya sendiri yang buruk rupa dan sangat setia kepada kakaknya, Sokrasana.

Dalam novelnya, Putu Fajar Arcana melakukan kontekstualisasi hegemoni kekuasaan ke dalam kehidupan manusia masa kini. Karena itu, ia lebih mempertajam konflik antartokoh yang berbenturan dengan pusat kekuasaan. Kadang ia menggunakan bahasa esai untuk mengeksplorasi paradoks hegemoni kekuasaan itu. Yanusa Nugroho menghadirkan hegemoni kekuasaan dalam narasi yang tak memasuki kontekstualisasi kehidupan masa kini. Yanusa Nugroho lebih jernih dalam stilistika dan imaji untuk menyentuh empati pembaca. Putu Fajar Arcana memilih memanfaatkan peralihan narator sebagai ”orang ketiga” yang bisa berganti sebagai ”orang pertama” yang menegaskan kesan hegemoni kekuasaan itu bukan semata-mata sebagai mitos, melainkan juga melingkupi atmosfer kehidupan kita. Ia mencipta novel untuk menyingkap kesadaran pembaca yang belum terbebas dari pertarungan hegemoni kekuasaan.

S Prasetyo Utomo, Cerpenis; Dosen IKIP PGRI Semarang
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2012/10/hegemoni-kekuasaan-dalam-novel_14.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar