Senin, 22 April 2013

Nelayan dan telepon seluler

Masuki M. Astro
antaranews.com 28 Des 2011

Sawi dan temannya baru saja menaikkan ikan hasil tangkapan dari dalam jaring.

Ikan teri bercampur sotong dan ekor kuning itu dimasukkannya ke dalam keranjang. Satu dua ikan berukuran besar, termasuk kepiting, dipisahkan dari kawanan teri. Setelah itu, tak lupa dibuburi tiga hingga empat genggam garam kasar sebagai pengawet alami.

Dewi Fortuna rupanya sedang berpihak pada Sawi dan kawannya. Mereka adalah nelayan tangkap di perairan Talang, Desa Montok, Kecamatan Larangan dan Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan yang menggunakan bagan.

Pada tangkapan yang keempat atau kedua dari tangkapan terakhir malam itu, Sawi dan kawannya sudah berhasil mengumpulkan tujuh keranjang ikan, umumnya teri.

Malam sudah beranjak ke dini hari pukul 02.30 WIB. Dari tempias lampu yang digerakkan oleh disel terlihat wajah Sawi dan dua temannya sumringah. Tinggal satu kali lagi mereka harus melepas jaring sebelum kemudian membawa hasil tangkapan ke darat pada pukul 03.30 WIB atau 04.00 WIB nanti.

Sawi masuk ke dalam “saung” –tempat berlindung dari angin dan hujan dengan atap anyaman bambu– di bagian tengah bagan. Di dalam “saung”, ia baru saja menghela nafas sejenak. Tiba-tiba telepon selulernya berdering tanda mendapat panggilan.

Sebelum memencet tombol menerima panggilan, setengah berbisik sambil memonyongkan mulutnya, ia berkata kepada temannya, “Sudi telepon!”.

“Halo, kamu kok baru sekarang telepon? Kamu dapat berapa? Saya dapat tujuh keranjang,” ucap Sawi menjawab telepon.

Percakapan di tengah laut itu menyiratkan rasa bangga dari nada bicara Sawi atas hasil tangkapannya kali ini. Merasa bangga karena malam itu ia tidak salah menempatkan bagan apungnya yang tidak jauh dari kumpulan ikan. Sementara teman yang menghubungi hanya mendapatkan satu keranjang.

“Dari tadi ke mana kamu? Coba dari tadi telepon kan bisa menangkap di sini,” ujarnya.

Sawi menyayangkan lawan bicaranya karena dalam 90 hingga 100 menit ke depan perburuan ikan akan segera berakhir. Karenanya tidak mungkin lagi Sudi di ujung sana memindahkan bagan ke dekat lokasi Sawi. Waktunya keburu siang.

Di perairan sebelah timur Kabupaten Pamekasan yang berbatasan dengan perairan Sumenep itu ratusan nelayan bagan menggantungkan hidupnya.

Bagan adalah rangkaian ratusan bambu yang satu sama lain diikat tali. Tiang-tiang bambu penyangga ditancapkan ke dasar laut. Agar tidak mengapung, bambu-bambu yang berfungsi sebagai penyangga dilubangi disetiap ruasnya.

“Rumah” nelayan di tengah laut itu berukuran panjang dan lebar masing-masing sekitar 15 meter. Di bagian atas juga dijejer bambu utuh berjarak satu meter satu sama lain yang berfungsi untuk tempat beraktivitas atau menaruh ranjang ikan, mesin disel untuk lampu dan lainnya.

Sistem kerja penangkapan ikan di bagan ini cukup sederhana. Hanya mengandalkan terangnya lampu untuk mengundang ikan berkumpul. Saat ikan-ikan itu asyik mengitari cahaya lampu, jaring yang sudah ditenggelamkan di bawah lampu bagan ditarik.

Adegan menarik jaring dengan cara digulung inilah yang paling menguras energi. Selain berat, nelayan harus berpacu cepat agar ikan tidak lari lagi keluar jaring.

“Habis menarik jaring, nafas lari ke telinga,” tutur Sawi, tersenyum. Ungkapan itu merupakan kiasan bahwa hidung tak mampu lagi menampung keluar masukkanya udara saat nafas terengah-engah.

Untuk menghidupkan lampu, dulu nelayan menggunakan “petromaks” (lampu tekan) yang dimodifikasi agar tahan terhadap terpaan angin kencang. Caranya, jarum untuk mengalirkan minyak tanah ke lampu dibesarkan. Lampu tekan itu kemudian diikat dengan tali dan diturunkan sekitar satu meter dari permukaan air laut di bagian tengah bagan.

Lampu petromaks ini berfungsi ganda. Ia juga digunakan sebagai kompor memasak ikan hasil tangkapan untuk keperluan “sarapan” pada dini hari. Rantang berisi ikan dengan bumbu super sederhana –irisan bawang merah dan garam dicampur air– diletakkan di atas kap petromaks. Panas lampu itulah yang menjadi kompor.

Perkembangan terus berjalan. Lampu tekan harus rela hati meninggalkan dunia tengah laut yang sudah dilakoninya dengan setia puluhan tahun bersama nelayan bagan.

Lampu tekan harus menerima kenyataan regenerasi digantikan lampu listrik bertenaga disel. Lampu yang digunakan berkekuatan 400 hingga 500 Waat, lebih terang dari petromaks.

Petromaks menjadi “korban” program konversi energi yang digulirkan pemerintah. Apalagi setelah itu harga minyak tanah sebagai energi utama petromaks membumbung tinggi melampaui harga bensin. Untuk memasak, nelayan juga menggunakan kompor listrik atau kompor LPG.

Bukan hanya penggunaan lampu yang berubah. Dalam beberapa tahun terakhir, nelayan tak lagi bertahan dengan bagan tancap. Mereka beralih ke bagan apung yang bisa dibawa kemana nelayan suka.

Bagan apung itu diletakkan di suatu tempat yang diperkirakan banyak ikan. Agar tidak terbawa arus bagan itu menggunakan sauh yang biasa digunakan pada perahu atau kapal.

Satu hal yang tidak mampu diatasi oleh nelayan. Bagan apung selalu bergoyang mengikuti irama ombak. “Kalau tidak kuat, kita bisa mabuk. Saya dulu pernah ikut, semalaman mabuk, sampai keluar cairan kuning dari perut,” ungkap Karyo, warga yang pernah ikut melaut.

Awalnya hanya satu dua kelompok nelayan yang menggunakan bagan apung. Lama-lama, bagan tancap yang ada hanya satu dua kelompok nelayan. Semua beralih ke apung.

Bagan tancap itu tetap ada karena alasan biayanya yang lebih murah dari apung.

Kalau bagan apung membutuhkan biaya sekitar Rp15 juga untuk pembelian bambu, tali, drum pengapung dan upah pekerja maka bagan tancap hanya membutuhkan biaya sekitar Rp3 juta. Bagan tancap murah, tapi tidak bisa mengejar tempat ikan berkumpul.

Sawi dan temannya adalah nelayan bagan di perairan Selat Madura di Kabupaten Pamekasan yang memanfaatkan sarana seluler untuk berbagi informasi berkumpulnya ikan.

Pengunaan telepon seluler di kalangan nelayan merupakan dampak dari berlomba-lombanya operator mengeluarkan paket telepon dan SMS serta kartu perdana murah. Sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat di negeri ini memiliki komunikasi nirkabel tersebut. Sejalan dengan itu produk HP juga memanjakan masyarakat dengan harga sangat murah dan terjangkau.

“Sekarang sudah biasa berbagi informasi di mana tempat yang banyak ikannya. HP ini sangat membantu kami untuk menangkap ikan,” paparnya.

Namun demikian, ia mengaku tidak selamanya perpindahan bagan ke lokasi bagan nelayan lain yang mendapatkan banyak ikan itu berhasil. “Kadang setelah bagan dipindah ke dekat nelayan yang bagannya dapat ikan banyak, kita malah tidak mendapatkan apa-apa,” keluh Sairi, nelayan lainnya.

Nelayan di perairan Selat Madura itu memang belum sepenuhnya bisa tersenyum lega. Ketika Sawi dan kawannya satu kelompok bagan tersenyum dengan tangkapan tujuh keranjang ikan itu sebetulnya hasil yang diperoleh tidak terlalu besar juga.

Dengan harga teri Rp14 ribu perkilogram, malam itu mereka hanya menghasilkan sekitar Rp600 ribu. Penghasilan itu akan dibagi tiga, termasuk untuk pemilik bagan. Sawi sendiri bukan pemilik bagan, melainkan hanya pekerja.

Terkadang mereka tidak mendapatkan apa-apa, bahkan merugi karena tidak menutupi biaya operasional yang dalam semalam bisa mencapai Rp100 ribu.

“Itu tidak mesti. Kadang seminggu bisa dapat banyak, kadang tidak mendapatkan apa-apa. Kalau untung semalam bisa mendapatkan di atas satu juta. Malam berikutnya kadang hanya mendapatkan Rp200 ribu atau Rp300 ribu,” paparnya.

Mengenai posisi untuk memindah bagan yang ditarik dengan perahu, Sairi mengumpamakan laut itu merupakan halaman bagi para nelayan. Dengan menyebut sejumlah nama tempat, misalnya “Takat”, mereka sudah tahu posisi yang harus dituju. Mereka tidak mengenal koordinat atau posisi bintang.

Selain bertukar info kumpulan ikan, telepon seluler juga dimanfaatkan oleh nelayan untuk menghubungi keluarganya di darat. Keluarga di darat bisa diminta menyediakan keranjang tambahan atau pemikul ikan, kalau hasil tangkapan melimpah.

Seluler cerdas
Pengamat telekomunikasi Herry Setiadi Wibowo mengemukakan bahwa banyak hal yang bisa dioptimalkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan lewat layanan seluler.

“Kalau operator seluler cerdas, sebetulnya bisa menggaet potensi nelayan itu lewat paket `close user group` (CUG). Misalnya, dengan tarif Rp25 ribu setiap bulan dengan fasilitas telepon dan SMS gratis. Katakanlah di suatu tempat ada 100 nelayan, sudah berapa setiap bulannya,” tukasnya.

Peneliti masyarakat pesisir yang juga dosen Universitas Jember (Unej) Drs Kusnadi, MA mengemukakan bahwa sesuai data 2007, di Indonesia saat ini ada 8.090 desa pesisir dengan 4.015.320 nelayan, masyarakat pembudi daya perairan 2.671.400 orang dan pengolah serta pedagang ikan 9.733.280 orang. “Kalau sekarang jumlah itu bisa bertambah,” katanya.

Menurut Herry, selain keuntungan tetap setiap bulan, operator seluler bisa mengikat kesetiaan para nelayan lewat paket itu.

“Dengan demikian, kalau ada beberapa nelayan yang tidak menggunakan kartu paket CUG atau tidak sama dengan kartu nelayan kebanyakan di wilayah itu maka mereka akan merasa ketinggalan,” tutur penulis masalah seluler ini.

Untuk yang lebih tinggi lagi, nelayan bisa menggunakan perangkat “smartphone”, termasuk “android” dan “blackberry”. Meskipun terkesan terlalu tinggi untuk nelayan, namun Herry yakin bahwa perangkat seluler cerdas itu bisa dimanfaatkan oleh warga yang umumnya mendiami kawasan pesisir tersebut.

“Saya berpikir positif saja. Nelayan pasti bisa diajari untuk menggunakan perangkat smartphone ini. Lewat aplikasi `Google Latitude`, nelayan bisa berbagi info titik kordinat, posisi dan lainnya saat di tengah laut,” kata lelaki yang akrab dipanggil Herry SW ini.

Mengenai harga smartphone, ia mengemukakan bahwa saat ini sudah ada yang di bawah Rp1 juta, sehingga akan terjangkau. Namun menurut dia, akan lebih optimal kalau perangkat itu harganya di atas Rp1 juta.

Menurut dia, sebetulnya ada perangkat lain yang bisa dimanfaatkan untuk penangkapan ikan di laut, namun diakui Herry, hal itu terlalu rumit untuk diterapkan, apalagi untuk nelayan tradisional.

“Peluang ini bukan berarti memanfaatkan nelayan sebagai komoditas barang dagangan semata, tapi ada hubungan yang saling menguntungkan. Nelayan juga akan terbantu dalam usahanya meningkatkan hasil tangkapan ikan,” ujarnya.

Selain peluang bagi operator seluler, menurut Herry, potensi jumlah nelayan ini juga dimanfaatkan oleh pembuat aksesoris telepon seluler. Misalnya, membuat selubung (casing) yang kedap air bagi nelayan atau selubung telepon seluler yang bisa mengapung.

Sementara Drs Kusnadi MA mengemukakan bahwa kehidupan nelayan di Indonesia selama ini selalu memenuhi semua keperluan dan urusannya secara sendiri.

“Dalam keadaan susah maupun senang, semua mereka urusi sendiri. Karena itu, nelayan itu merupakan `masyarakat tanpa negara`. Negara ada untuk keperluan nelayan itu, tapi sangat terbatas,” kata mahasiswa S3 Universitas Brawijaya, Malang ini.

Lewat kepedulian pihak lain, termasuk operator maka nelayan tidak lagi sendiri dalam mengurusi hajat hidupnya. Dalam batas tertentu, operator bisa mengisi “kekosongan” negara bagi para nelayan ini.

Selain berbagi informasi dengan nelayan sewilayah, nantinya mereka juga dapat saling berbagi informasi dengan nelayan di daerah lain, terutama mengenai harga ikan terkini.

“Selama ini nelayan kan hanya tunduk pada tengkulak untuk menentukan harga karena mereka tidak tahu harga ikan di tempat lain,” kata Kusnadi.

Sairi, nelayan di Pamekasan mengaku senang jika ada operator seluler memberikan layanan khusus kepada nelayan. Apalagi jika dalam fasilitas itu nelayan bisa mengakses lokasi-lokasi yang menjadi konsentrasi atau tempat berkumpulnya ikan.
(M026)

Dijumput dari: http://www.antaranews.com/berita/1325045831/nelayan-dan-telepon-seluler

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar