Masuki M. Astro
antaranews.com 28 Des 2011
Sawi dan temannya baru saja menaikkan ikan hasil tangkapan dari dalam jaring.
Ikan teri bercampur sotong dan ekor kuning itu dimasukkannya ke dalam keranjang. Satu dua ikan berukuran besar, termasuk kepiting, dipisahkan dari kawanan teri. Setelah itu, tak lupa dibuburi tiga hingga empat genggam garam kasar sebagai pengawet alami.
Dewi Fortuna rupanya sedang berpihak pada Sawi dan kawannya. Mereka adalah nelayan tangkap di perairan Talang, Desa Montok, Kecamatan Larangan dan Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan yang menggunakan bagan.
Pada tangkapan yang keempat atau kedua dari tangkapan terakhir malam itu, Sawi dan kawannya sudah berhasil mengumpulkan tujuh keranjang ikan, umumnya teri.
Malam sudah beranjak ke dini hari pukul 02.30 WIB. Dari tempias lampu yang digerakkan oleh disel terlihat wajah Sawi dan dua temannya sumringah. Tinggal satu kali lagi mereka harus melepas jaring sebelum kemudian membawa hasil tangkapan ke darat pada pukul 03.30 WIB atau 04.00 WIB nanti.
Sawi masuk ke dalam “saung” –tempat berlindung dari angin dan hujan dengan atap anyaman bambu– di bagian tengah bagan. Di dalam “saung”, ia baru saja menghela nafas sejenak. Tiba-tiba telepon selulernya berdering tanda mendapat panggilan.
Sebelum memencet tombol menerima panggilan, setengah berbisik sambil memonyongkan mulutnya, ia berkata kepada temannya, “Sudi telepon!”.
“Halo, kamu kok baru sekarang telepon? Kamu dapat berapa? Saya dapat tujuh keranjang,” ucap Sawi menjawab telepon.
Percakapan di tengah laut itu menyiratkan rasa bangga dari nada bicara Sawi atas hasil tangkapannya kali ini. Merasa bangga karena malam itu ia tidak salah menempatkan bagan apungnya yang tidak jauh dari kumpulan ikan. Sementara teman yang menghubungi hanya mendapatkan satu keranjang.
“Dari tadi ke mana kamu? Coba dari tadi telepon kan bisa menangkap di sini,” ujarnya.
Sawi menyayangkan lawan bicaranya karena dalam 90 hingga 100 menit ke depan perburuan ikan akan segera berakhir. Karenanya tidak mungkin lagi Sudi di ujung sana memindahkan bagan ke dekat lokasi Sawi. Waktunya keburu siang.
Di perairan sebelah timur Kabupaten Pamekasan yang berbatasan dengan perairan Sumenep itu ratusan nelayan bagan menggantungkan hidupnya.
Bagan adalah rangkaian ratusan bambu yang satu sama lain diikat tali. Tiang-tiang bambu penyangga ditancapkan ke dasar laut. Agar tidak mengapung, bambu-bambu yang berfungsi sebagai penyangga dilubangi disetiap ruasnya.
“Rumah” nelayan di tengah laut itu berukuran panjang dan lebar masing-masing sekitar 15 meter. Di bagian atas juga dijejer bambu utuh berjarak satu meter satu sama lain yang berfungsi untuk tempat beraktivitas atau menaruh ranjang ikan, mesin disel untuk lampu dan lainnya.
Sistem kerja penangkapan ikan di bagan ini cukup sederhana. Hanya mengandalkan terangnya lampu untuk mengundang ikan berkumpul. Saat ikan-ikan itu asyik mengitari cahaya lampu, jaring yang sudah ditenggelamkan di bawah lampu bagan ditarik.
Adegan menarik jaring dengan cara digulung inilah yang paling menguras energi. Selain berat, nelayan harus berpacu cepat agar ikan tidak lari lagi keluar jaring.
“Habis menarik jaring, nafas lari ke telinga,” tutur Sawi, tersenyum. Ungkapan itu merupakan kiasan bahwa hidung tak mampu lagi menampung keluar masukkanya udara saat nafas terengah-engah.
Untuk menghidupkan lampu, dulu nelayan menggunakan “petromaks” (lampu tekan) yang dimodifikasi agar tahan terhadap terpaan angin kencang. Caranya, jarum untuk mengalirkan minyak tanah ke lampu dibesarkan. Lampu tekan itu kemudian diikat dengan tali dan diturunkan sekitar satu meter dari permukaan air laut di bagian tengah bagan.
Lampu petromaks ini berfungsi ganda. Ia juga digunakan sebagai kompor memasak ikan hasil tangkapan untuk keperluan “sarapan” pada dini hari. Rantang berisi ikan dengan bumbu super sederhana –irisan bawang merah dan garam dicampur air– diletakkan di atas kap petromaks. Panas lampu itulah yang menjadi kompor.
Perkembangan terus berjalan. Lampu tekan harus rela hati meninggalkan dunia tengah laut yang sudah dilakoninya dengan setia puluhan tahun bersama nelayan bagan.
Lampu tekan harus menerima kenyataan regenerasi digantikan lampu listrik bertenaga disel. Lampu yang digunakan berkekuatan 400 hingga 500 Waat, lebih terang dari petromaks.
Petromaks menjadi “korban” program konversi energi yang digulirkan pemerintah. Apalagi setelah itu harga minyak tanah sebagai energi utama petromaks membumbung tinggi melampaui harga bensin. Untuk memasak, nelayan juga menggunakan kompor listrik atau kompor LPG.
Bukan hanya penggunaan lampu yang berubah. Dalam beberapa tahun terakhir, nelayan tak lagi bertahan dengan bagan tancap. Mereka beralih ke bagan apung yang bisa dibawa kemana nelayan suka.
Bagan apung itu diletakkan di suatu tempat yang diperkirakan banyak ikan. Agar tidak terbawa arus bagan itu menggunakan sauh yang biasa digunakan pada perahu atau kapal.
Satu hal yang tidak mampu diatasi oleh nelayan. Bagan apung selalu bergoyang mengikuti irama ombak. “Kalau tidak kuat, kita bisa mabuk. Saya dulu pernah ikut, semalaman mabuk, sampai keluar cairan kuning dari perut,” ungkap Karyo, warga yang pernah ikut melaut.
Awalnya hanya satu dua kelompok nelayan yang menggunakan bagan apung. Lama-lama, bagan tancap yang ada hanya satu dua kelompok nelayan. Semua beralih ke apung.
Bagan tancap itu tetap ada karena alasan biayanya yang lebih murah dari apung.
Kalau bagan apung membutuhkan biaya sekitar Rp15 juga untuk pembelian bambu, tali, drum pengapung dan upah pekerja maka bagan tancap hanya membutuhkan biaya sekitar Rp3 juta. Bagan tancap murah, tapi tidak bisa mengejar tempat ikan berkumpul.
Sawi dan temannya adalah nelayan bagan di perairan Selat Madura di Kabupaten Pamekasan yang memanfaatkan sarana seluler untuk berbagi informasi berkumpulnya ikan.
Pengunaan telepon seluler di kalangan nelayan merupakan dampak dari berlomba-lombanya operator mengeluarkan paket telepon dan SMS serta kartu perdana murah. Sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat di negeri ini memiliki komunikasi nirkabel tersebut. Sejalan dengan itu produk HP juga memanjakan masyarakat dengan harga sangat murah dan terjangkau.
“Sekarang sudah biasa berbagi informasi di mana tempat yang banyak ikannya. HP ini sangat membantu kami untuk menangkap ikan,” paparnya.
Namun demikian, ia mengaku tidak selamanya perpindahan bagan ke lokasi bagan nelayan lain yang mendapatkan banyak ikan itu berhasil. “Kadang setelah bagan dipindah ke dekat nelayan yang bagannya dapat ikan banyak, kita malah tidak mendapatkan apa-apa,” keluh Sairi, nelayan lainnya.
Nelayan di perairan Selat Madura itu memang belum sepenuhnya bisa tersenyum lega. Ketika Sawi dan kawannya satu kelompok bagan tersenyum dengan tangkapan tujuh keranjang ikan itu sebetulnya hasil yang diperoleh tidak terlalu besar juga.
Dengan harga teri Rp14 ribu perkilogram, malam itu mereka hanya menghasilkan sekitar Rp600 ribu. Penghasilan itu akan dibagi tiga, termasuk untuk pemilik bagan. Sawi sendiri bukan pemilik bagan, melainkan hanya pekerja.
Terkadang mereka tidak mendapatkan apa-apa, bahkan merugi karena tidak menutupi biaya operasional yang dalam semalam bisa mencapai Rp100 ribu.
“Itu tidak mesti. Kadang seminggu bisa dapat banyak, kadang tidak mendapatkan apa-apa. Kalau untung semalam bisa mendapatkan di atas satu juta. Malam berikutnya kadang hanya mendapatkan Rp200 ribu atau Rp300 ribu,” paparnya.
Mengenai posisi untuk memindah bagan yang ditarik dengan perahu, Sairi mengumpamakan laut itu merupakan halaman bagi para nelayan. Dengan menyebut sejumlah nama tempat, misalnya “Takat”, mereka sudah tahu posisi yang harus dituju. Mereka tidak mengenal koordinat atau posisi bintang.
Selain bertukar info kumpulan ikan, telepon seluler juga dimanfaatkan oleh nelayan untuk menghubungi keluarganya di darat. Keluarga di darat bisa diminta menyediakan keranjang tambahan atau pemikul ikan, kalau hasil tangkapan melimpah.
Seluler cerdas
Pengamat telekomunikasi Herry Setiadi Wibowo mengemukakan bahwa banyak hal yang bisa dioptimalkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan lewat layanan seluler.
“Kalau operator seluler cerdas, sebetulnya bisa menggaet potensi nelayan itu lewat paket `close user group` (CUG). Misalnya, dengan tarif Rp25 ribu setiap bulan dengan fasilitas telepon dan SMS gratis. Katakanlah di suatu tempat ada 100 nelayan, sudah berapa setiap bulannya,” tukasnya.
Peneliti masyarakat pesisir yang juga dosen Universitas Jember (Unej) Drs Kusnadi, MA mengemukakan bahwa sesuai data 2007, di Indonesia saat ini ada 8.090 desa pesisir dengan 4.015.320 nelayan, masyarakat pembudi daya perairan 2.671.400 orang dan pengolah serta pedagang ikan 9.733.280 orang. “Kalau sekarang jumlah itu bisa bertambah,” katanya.
Menurut Herry, selain keuntungan tetap setiap bulan, operator seluler bisa mengikat kesetiaan para nelayan lewat paket itu.
“Dengan demikian, kalau ada beberapa nelayan yang tidak menggunakan kartu paket CUG atau tidak sama dengan kartu nelayan kebanyakan di wilayah itu maka mereka akan merasa ketinggalan,” tutur penulis masalah seluler ini.
Untuk yang lebih tinggi lagi, nelayan bisa menggunakan perangkat “smartphone”, termasuk “android” dan “blackberry”. Meskipun terkesan terlalu tinggi untuk nelayan, namun Herry yakin bahwa perangkat seluler cerdas itu bisa dimanfaatkan oleh warga yang umumnya mendiami kawasan pesisir tersebut.
“Saya berpikir positif saja. Nelayan pasti bisa diajari untuk menggunakan perangkat smartphone ini. Lewat aplikasi `Google Latitude`, nelayan bisa berbagi info titik kordinat, posisi dan lainnya saat di tengah laut,” kata lelaki yang akrab dipanggil Herry SW ini.
Mengenai harga smartphone, ia mengemukakan bahwa saat ini sudah ada yang di bawah Rp1 juta, sehingga akan terjangkau. Namun menurut dia, akan lebih optimal kalau perangkat itu harganya di atas Rp1 juta.
Menurut dia, sebetulnya ada perangkat lain yang bisa dimanfaatkan untuk penangkapan ikan di laut, namun diakui Herry, hal itu terlalu rumit untuk diterapkan, apalagi untuk nelayan tradisional.
“Peluang ini bukan berarti memanfaatkan nelayan sebagai komoditas barang dagangan semata, tapi ada hubungan yang saling menguntungkan. Nelayan juga akan terbantu dalam usahanya meningkatkan hasil tangkapan ikan,” ujarnya.
Selain peluang bagi operator seluler, menurut Herry, potensi jumlah nelayan ini juga dimanfaatkan oleh pembuat aksesoris telepon seluler. Misalnya, membuat selubung (casing) yang kedap air bagi nelayan atau selubung telepon seluler yang bisa mengapung.
Sementara Drs Kusnadi MA mengemukakan bahwa kehidupan nelayan di Indonesia selama ini selalu memenuhi semua keperluan dan urusannya secara sendiri.
“Dalam keadaan susah maupun senang, semua mereka urusi sendiri. Karena itu, nelayan itu merupakan `masyarakat tanpa negara`. Negara ada untuk keperluan nelayan itu, tapi sangat terbatas,” kata mahasiswa S3 Universitas Brawijaya, Malang ini.
Lewat kepedulian pihak lain, termasuk operator maka nelayan tidak lagi sendiri dalam mengurusi hajat hidupnya. Dalam batas tertentu, operator bisa mengisi “kekosongan” negara bagi para nelayan ini.
Selain berbagi informasi dengan nelayan sewilayah, nantinya mereka juga dapat saling berbagi informasi dengan nelayan di daerah lain, terutama mengenai harga ikan terkini.
“Selama ini nelayan kan hanya tunduk pada tengkulak untuk menentukan harga karena mereka tidak tahu harga ikan di tempat lain,” kata Kusnadi.
Sairi, nelayan di Pamekasan mengaku senang jika ada operator seluler memberikan layanan khusus kepada nelayan. Apalagi jika dalam fasilitas itu nelayan bisa mengakses lokasi-lokasi yang menjadi konsentrasi atau tempat berkumpulnya ikan.
(M026)
Dijumput dari: http://www.antaranews.com/berita/1325045831/nelayan-dan-telepon-seluler
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar