Selasa, 04 Desember 2012

Pengajaran Sastra seperti Era Kolonial perlu Dibangkitkan?

I Nyoman Suaka
Bali Post, 22 Sep 2002

Tak semua pendidikan zaman kolonial menjengkelkan. Salah satu bidang pengajaran yang dapat diambil hikmahnya adalah di bidang pengajaran kesusastraan. Di era kolonialisme itu pengajaran sastra di sekolah mendapat prioritas pertama dan utama. Dalam rangka pengajaran yang berbasis kompetensi, maka revisi kurikulum sastra yang sedang digodok saat ini akan meniru pola lama pengajaran sastra zaman Belanda.
Hal itu ditempuh bukan untuk membangkitkan paham kolonialisme di tanah air, tetapi telah teruji keberhasilannya. Pada zaman penjajahan, pengajaran sastra di Hollandsch Inlansche School (HIS) dan Meer Uitgebried Laager Onderwijs (MULO) sangat diperhatikan. Masing-masing siswa di sekolah yang menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar itu wajib membaca 10 buku sastra termasuk karya sastra berbahasa Belanda. Kemudian tamat MULO, siswa dapat melanjutkan sekolah Algemeen Middel baare School (AMS) setingkat SMA sekarang. Di sekolah ini, siswa kembali mendapat pengajaran sastra yang ketat. Bahkan sastra mendapat kedudukan terhormat karena AMS membuka jurusan Sastra Barat untuk A satu dan Sastra Timur untuk A dua, sedangkan siswa yang memilih jurusan pasti alam ditempatkan di jurusan B.

Bagaimanakah hasil pengajaran sastra di sekolah itu? Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh Taufik Ismail ketika berkunjung ke sekolah-sekolah dalam acara "Sastrawan Berbicara, Siswa Bertanya" (SBSB) di SMU Negeri 1 Denpasar, baru-baru ini. Menurut Taufik, siswa tamatan sekolah zaman kolonial menunjukkan kualitas yang luar biasa di bidang kesusastraan, seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Armin Pane, Sanusi Pane, Mohamad Yamin, Abdul Muis, Marah Rusli, Panji Tisna, Chairil Anwar, Amir Hamzah dan lain-lain. Dari mereka itu lahir karya-karya sastra berturut-turut, "Layar Terkembang", "Belenggu", sampai "Sukreni Gadis Bali", puisi "Aku", "Nyanyi Sunyi" dan masih banyak lagi karya terkenal dari pengarang yang sama. Karya-karya sastra itu tidak saja dikagumi di Indonesia, tetapi juga di luar negeri bahkan telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing.

Sastrawan dan karya-karyanya yang disebut itu, menurut Taufik, kualitasnya ketika itu sudah menyamai pujangga-pujangga Amerika dan Rusia. Dengan demikian, pengajaran sastra di Indonesia kini sudah terlambat 76 tahun, kalau dihitung dari tahun 1920-an ketika bermunculan sekolah-sekolah HIS, MULO dan AMS. Untuk menebus ketertinggalan itu sangat sulit, mengingat pengajaran sastra semakin terpuruk baik dari aspek guru, kurikulum, minat siswa, media pengajaran dan evaluasinya.

Kegagalan pengajaran sastra sudah lama dikeluhkan oleh sastrawan dan pemerhati sastra lainnya. Setelah zaman kolonial berakhir dan memasuki alam kemerdekaan, sastra dan pengajaran humaniora kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Perhatian pemerintah lebih setuju mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dipacu dan masyarakat diajak untuk berlomba-lomba meningkatkan kesejahteraan secara lahiriah, tanpa mengisi batiniah. Proses ini berlangsung hampir 30 tahun lamanya. Kondisi ini diperparah lagi dengan memprioritaskan pendidikan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertumpu pada bidang-bidang studi eksakta. Siswa dianggap sebagai robot-robot hasil rekayasa teknologi, tanpa berpikir arti dan makna kehidupan. Ketika terjadi kebebasan berpendapat di era reformasi ini, hubungan manusia menjadi renggang, saling curiga mencurigai, saling tuduh dan fitnah yang berujung pada kekerasan, seperti terjadi di beberapa daerah. Sastra sebagai bagian dari pendidikan humaniora, pasti tidak dapat menyelesaikan masalah itu. Yang penting melalui pemahaman karya sastra, masyarakat diajak merenung dan berpikir lebih luas bahwa hidup itu untuk saling mengasihi, apapun latar belakang kehidupan mereka.

Revisi Kurikulum

Pengajaran sastra yang begitu lemah kini akan ditinjau kembali. Para sastrawan seperti Taufik Ismail, Sutarji, Rendra dilibatkan untuk merevisi kurikulum. Padahal tahun-tahun yang lalu dalam penyusunan kurikulum, sastrawan jarang diikutkan. Salah satu masukan dari Taufik dan kawan-kawan adalah membangkitan kembali pengajaran sastra zaman kolonial untuk diterapkan di sekolah-sekolah, baik di tingkat SD, SLTP, maupun SMU, dan SMK. Seperti juga bidang studi lainnya yang ikut direvisi, pengajaran sastra juga berbasis kompetensi.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi ini, pengajaran sastra yang terhimpun dalam pelajaran bahasa Indonesia, akan menekankan pada materi membaca dan mengarang. Setiap siswa wajib membaca buku-buku sastra sejenis novel, roman, cerpen dan krya puisi lainnya, bukan membaca sinopsisnya, seperti yang banyak dilakukan oleh siswa sekarang. Siswa tingkat SD selama enam tahun harus membaca enam buku sastra, siswa SLTP harus membaca buku sastra sembilan buah selama tiga tahun, dan siswa SMU wajib membaca 15 buku sastra selama tiga tahun. Kewajibannya itu harus dievaluasi oleh gurunya dengan memberikan tugas-tugas yang terkait dengan sastra.

Demikian juga pelajaran mengarang akan diberikan perhatian khusus. Untuk tingkat SD, 24 jam pelajaran dalam satu bulan, SLTP, 44 jam setahun dan SMU 88 jam setahun. Pelajaran penulis lebih memprihatinkan lagi dibandingkan membaca. Minat baca siswa di tanah air sangat rendah. Menurut laporan hasil penelitian International Association for the Education (IAFA) pada 1992 diperoleh gambaran bahwa, minat membaca para siswa SD di Indonesia menduduki peringkat nomor 29 dari 30 negara di dunia yang dijadikan sampel penelitian. Ini berarti para siswa SD kita meraih ranking dua dari bawah. Sungguh merupakan suatu prestasi yang amat memalukan dalam pergaulan internasional.

Minat membaca memiliki hubungan kualitas dengan keterampilan mengarang. Seseorang yang mampu menulis, pada dasarnya memiliki bekal dengan berbagai jenis bacaan. Harapan untuk siswa agar mampu menulis atau mengarang sebagai ciri insan terdidik memang masih jauh. Sebab, kegiatan membaca sebagai pondasinya sangat rapuh. Maka dari itu, pengajaran sastra dengan mewajiban siswa membaca buku sastra seperti zaman kolonial, akan berimbas pada kegiatan membaca secara luas. Membaca karya sastra merupakan jembatan bagi siswa untuk membaca juga buku-buku nonsastra. Dengan tumbuh kembangnya minat baca menjadi budaya baca, maka akan bermuara pada keterampilan mengarang atau menulis. Tidak saja menulis karya sastra sebagai seorang sastrawan, tetapi juga sebagai penulis buku dan sebagai jurnalis dan lain-lainnya. Di manapun seseorang bekerja, sastra tetap penting sebagai penyelaras kehidupan.

Dalam kenyataannya, pelajaran mengarang masih menjadi momok di kalangan siswa. Tugas mengarang ibarat hantu yang menyeramkan sehingga ditakuti oleh siswa. Terlebih lagi Ebtanas sejak tiga tahun terakhir ini, untuk bidang studi bahasa dan sastra Indonesia tidak mencantumkan lagi soal mengarang. Akibatnya, siswa bertambah cuek dalam pelajaran mengarang di kelas. Belum lagi menyusun karya tulis yang merupakan bagian tak terpisahkan dari mengarang. Kondisi ini akan dirasakan lagi ketika mereka melanjutkan kuliahnya karena harus menyusun skripsi untuk mengakhiri studinya. Semoga dengan pengajaran sastra yang berbasis kompetensi dapat mengatasi permasalahan tersebut.

Dijumput dari:  http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2002/9/22/ap1.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar