Kamis, 13 Desember 2012

Paradigma Kearifan Lokal

M. Fauzi Sukri *
http://www.solopos.com/

Memang ada perbedaan antara aktualisasi dan, katakanlah, “saintifikasi” dalam diskursus kearifan lokal yang mengemuka beberapa tahun ini. Yang pertama berangkat dari asumsi bahwa sesuatu yang sudah ada akan dikemukakan (kembali) pada publik, katakanlah, sekadar biar tahu atau lebih dipahami. Sedangkan yang kedua, berangkat dari keingintahuan akademis yang mendalam untuk dibuat generalisasi yang bersifat teoritis dan filosofis terhadap yang sudah ada.

Setidaknya, itulah yang saya rasakan dalam mengikuti diskursus kearifan lokal, termasuk ketika Universitas Sebelas Maret Surakarta mengangkat tema Aktualisasi Kearifan Lokal Menuju Universitas Bereputasi Internasional untuk Dies Natalis ke-36 tahun ini. Saya merasa tak ada dorongan yang begitu kuat dalam arus diskursus kearifan lokal yang mengarah atau diarahkan pada kerja-kerja saintifikasi.

Secara historis, diskursus kearifan lokal adalah kelanjutan dari diskursus antara kebudayaan nasional versus kebudayaan daerah dimana sampai pada masa Orde Baru kebudayaan daerah sebisa mungkin mengalah atau direlativir terhadap kebudayaan nasional demi persatuan nasional dan pembangunan ekonomi. Yang terjadi kemudian adalah modernisasi, termasuk kerangka/tradisi keilmuan, yang mengusung kebudayaan Barat dan mengabaikan bahkan menghilangkan kebudayaan daerah dengan segala unsur tradisinya. Memang ada keinginan menjadikan puncak-puncak kebudayaan daerah sebagai unsur pembentuk kebudayaan nasional. Tapi, “Rumusan dan cita-cita ini lebih mengesankan kekuatan teleologisnya, daripada arti strategisnya,” kata Ignas Kleden (1987: 219). Diskursus kearifan lokal adalah semacam kebangkitan kebudayaan daerah pada masa reformasi ini (entah sampai kapan!).

Dalam diskursus kearifan lokal atau kebangkitan kebudayaan daerah ini, saya melihat dua hal yang mengemuka. Yang pertama adalah begitu kuatnya nalar turisme dalam mendekati kearifan lokal. Kearifan lokal didekati seperti sebuah barang, katakanlah batik, bukan pendekatan keilmuan. Aktualisasi pendekatannya adalah “ekonomi kreatif” yang menjadikan kearifan lokal sebagai komoditas (barang atau ilmu) terutama bagi mereka yang datang dari luar negeri khususnya Eropa atau Amerika. Ancaman terbesar dari nalar turisme terhadap kearifan lokal, khususnya pasacakonolianisme, adalah ia sebisa mungkin dipertahankan menjadi semacam museum kebudayaan/kearifan untuk tetap tak berkembang menjadi sistem kognitif dan normatif agar bisa tetap menjual sebagai hal yang unik, eksotik, dan antik.

Kedua, seperti yang mengemuka dalam media massa, kearifan lokal didekati sebagai sistem kognitif (dan normatif) seperti tampak dalam penggunaan namanya yang bukan lagi kebudayaan daerah. Pendekatan ini sayangnya lebih banyak sebagai sebuah gerakan intelektual-akademis yang sporadis dan musiman, dan yang mengarah pada pendekatan utak-atik-gatuk. Yang tampak kemudian adalah lebih terkesan sebagai pencocokan kearifan lokal terhadap tafsir, kesimpulan, atau kepentingan ideologis ilmu-ilmu Barat atau sikap inferior yang ingin menang terhadap ilmu barat dengan satu pukulan kesimpulan yang dicocokkan.

Hampir tidak ada pendekatan nalar epistemologis atau filsafat keilmuan terhadap kearifan lokal. Secara epsitemologis, terutama jika dilihat dengan nalar filsafat ilmu yang dikembangkan dari tradisi Yunani, kearifan lokal masih bisa diperdebatkan apakah itu bisa dikatakan ilmu, pengetahuan, atau apa, dan sudah sampai pada tahap apa. Tak ada pendekatan epistemologis untuk memverifikasinya atau sejarah keilmuan untuk menelusuri jejaknya. Yang mengemuka pada kita, sekali lagi, adalah sebuah konklusi yang sudah jadi dan yang dicocokkan dengan keilmuan Eropa entah ikut membenarkan atau ikut menyalahkan yang disalahkan oleh ilmu Eropa. Tak ada kerangka epistemologis terhadap kearifan lokal yang akan membuat kearifan lokal kokoh sebagai ilmu, sehingga bisa diulangi, diverifikasi, diperbaiki, atau bahkan dibantah yang memungkin seseorang memahami, mengetahuai dan mengambil sikap terhadap yang diketahui itu. Belum jelas apakah kearifan lokal sudah memiliki legitimasi keilmuan yang otonom untuk diterapkan dalam kehidupan kita atau sekadar sebuah cerita bual atau, kalau di Barat, hanya semacam scientific fiction. Apalagi, dalam sejarah ilmu konvensional (Barat), kearifan lokal atau ilmu non-Barat ditampilkan sebagai takhayul, mitos, atau dongeng bukan sebagai ilmu.

Dalam kehidupan kampus, kearifan lokal hampir hanya menjadi embel-embel yang tidak memiliki fungsi terhadap cara pikir dan cara bertingkah laku, meski masih bisa menentukan seseorang atau kelompok orang memperlihatkan diri katakanlah untuk disebut sebagai orang Jawa. Seperti dalam drama, meminjam metafora Ignas Kleden (1987: 239), kearifan lokal “tidak lagi berfungsi sebagai skenario, tidak juga sebagai performance di atas panggung, tetapi hanya sebagai décor theatrical, atau setting yang diperlukan hanya untuk menciptakan suasana”.

Tantangan keilmuan

Di sinilah seharusnya universitas sebagai masyarakat akademis untuk mendirikan lembaga penelitian, perekrutan peneliti-ilmuwan untuk melakukan penelitian, penerbitan buku, atau jurnal ilmiah untuk mengembangkan kearifan lokal sampai pada taraf filsafat yang tentu saja bisa berbeda dengan filsafat Barat. Sehingga dengan itu, kearifan lokal bisa menjadi bidang ilmu tersendiri dan otonom.

Hal ini semakin mendesak, seperti yang terlihat dalam pemikiran Hossein Nasr, bahwa ilmu Barat memiliki konsepsi alam yang berbeda dengan non-Barat. Dalam tradisi ilmu Barat alam adalah objek yang harus disiksa supaya bersedia mengungkapkan rahasianya. Sedangkan dalam China atau Islam, sebagai contoh, alam adalah amanah suci yang harus dipelihara dan dipelajari dengan rasa hormat dan penghargaan. Ilmu modern Barat beroperasi berdasarkan logika Aristotelian (X adalah A atau bukan-A). Sedangkan tradisi pemikiran Hinduisme, logika bisa berlipat empat bahkan berlipat tujuh, termasuk logika simbolik dan kognisi yang sangat terasa pengaruhnya dalam kebudayaan Jawa. Juga, dalam konsepsi ilmu Barat, waktu bersifat linier, bukan siklis seperti dalam Hinduisme, atau seperti sulaman permadani yang mengaitkan masa kini dengan waktu kekal di Akhirat dalam Islam (Ziauddin Zardar, 2002: 51).

Semua perbedaan itu, meminjam pendekatan paradigma Thomas Kuhn (1989), seharusnya memungkinkan para akademisi atau ilmuwan universitas untuk menghindari melakukan kerja keilmuan yang masih dalam lingkup ‘ilmu normal’ yang eurosentrik menuju ke arah ‘ilmu revolusioner’ yang lebih membumi dan lokal. Tapi yang tampak dalam kerja keilmuan universitas yang masuk dalam tri dharma perguruan tinggi selama ini masih masuk dalam kerja ilmu normal yang masih menggunakan metode atau prosedur ilmu normal (Barat). Meskipun pernah ada keinginan untuk melakukan indigenisasi dalam ilmu-ilmu sosial, tampaknya sampai saat ini progresivitas keilmuan kita masih belum berkembang bahkan terjadi involusi keilmuan. Betapa tergantungnya kita pada ilmu Barat!

Yang terdengar dari internasionalisasi atau kehendak untuk menjadi world class university dari perguruan tinggi di Indonesia adalah keinginan berdiri sejajar dengan sejawat mereka yang ada di Barat dengan kaki keilmuan Barat, bukan memberikan alternatif keilmuan sendiri—saya tak hendak menampik keilmuan Barat, tentu saja. Ini bisa dilihat, seperti yang terjadi di UNS, bahwa penerjemahan internasionalisasi bukan dengan mendirikan lembaga penelitian yang fokus pada penelitian dasar dengan menerbitkan jurnal ilmiah bereputasi internasional secara akademis, tapi mendirikan semacam “biro humas” dan kerja sama “ekonomi akademis” (International Office).

Tampaknya, nasib kearifan lokal memang bisa menjadi baju batik dalam forum akademik internasional, tapi cuma sebagai setting, bukan skenario.

*) M. Fauzi Sukri, mahasiswa sastra Inggris UNS. Pegiat Bilik Literasi Solo /13/3/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar