Rizka Halida
Media Indonesia, 8 Jan 2008
PERNAH dengar ungkapan, ‘Kita tak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangan dia’? Itulah yang kini kita, orang Indonesia, alami dalam bidang seni budaya. Kekayaan seni budaya warisan nenek moyang yang selama ini kita anggap sebagai sebuah keniscayaan tiba-tiba terancam hilang. Sesuatu yang tadinya terlupakan, kini kembali muncul dalam ingatan dan coba dipertahankan.
Tahun 2007 yang baru lewat bisa dikatakan sebagai tahun ’penyadaran seni budaya’. Betapa tidak, pada 2007 ada tiga produk seni budaya kita yang terancam hilang dan bahkan ada yang benar-benar hilang, raib dari tanah asalnya. Ketiganya adalah lagu Rasa Sayange asal Maluku, reog ponorogo, dan lima arca dari abad IX Masehi.
Berebut klaim
Lagu Rasa Sayange ramai diberitakan di media massa setelah pemerintah Malaysia menjadikannya sebagai promosi pariwisata Malaysia. Pemerintah negeri jiran itu bahkan diberitakan mematenkan lagu tersebut. Padahal, masyarakat Indonesia selama ini mengenal Rasa Sayange sebagai lagu asal Maluku.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Hakam Naja meminta pemerintah Indonesia bersikap tegas terhadap Malaysia atas klaim produk Indonesia. Di sisi lain, Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia Datok Seri Doktor Rais Yatim, seperti dikutip kantor berita Malaysia Bernama menyatakan Indonesia tak akan bisa membuktikan pencipta Rasa Sayange.
Polemik itu mendorong sejumlah pihak untuk mengumpulkan bukti kepemilikan Indonesia atas lagu Rasa Sayange. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik mengumumkan pihaknya menemukan bukti yang menunjukkan lagu Rasa Sayange milik Indonesia. “Ada lagu Rasa Sayange dalam piringan hitam yang direkam oleh Lokananta tersebut pada 1958, kemudian dibagi pada 15 Agustus 1962 sebanyak 100 keping bertepatan saat pelaksanaan pesta olahraga Asian Games di Jakarta oleh Presiden Soekarno,” kata Menbudpar sebagaimana dilansir Antara (11/10/07). Presiden Soekarno memberikan piringan hitam tersebut sebagai cendera mata kepada pimpinan kontingen tiap negara peserta Asian Games. Lagu Rasa Sayange menjadi salah satu dari delapan lagu yang ada di piringan hitam itu. Piringan hitam tersebut masih terdokumentasi dengan baik di perusahaan rekaman milik negara, Lokananta Solo.
Masih menurut Menbudpar, pihaknya dibantu musisi Indonesia sedang mencari bukti lain mengenai lagu Rasa Sayange melalui satu Yayasan dari Jepang, Minoru Endo Music Foundation (MEMF), yang pada 1997 mengompilasi lagu pop dan lagu rakyat yang populer dari negara-negara di Asia. Setelah mengompilasi, Yayasan Minoru membukukan 2.000 lagu dalam buku Evergreen Song 2.000 dan menyebarluaskan buku itu. Tapi karena ada pembatasan, tidak semua ditulis, hanya ada 19 lagu Indonesia yang ditulis partiturnya dan ada 50 lagu yang terdaftar di buku itu. Lagu Rasa Sayange tidak terdapat dalam 50 lagu itu. Akan tetapi, Menbudpar masih mencari informasi apakah dari 2.000 lagu yang dikompilasi Yayasan Minoru terdapat lagu Rasa Sayange.
Selain lagu Rasa Sayange, produk seni budaya Indonesia yang juga mengalami polemik serupa adalah reog ponorogo. Kementerian Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia menampilkan gambar reog malaysia yang memiliki banyak kemiripan dengan reog ponorogo. Padahal, masyarakat Ponorogo selama ini mengenal reog sebagai kesenian asli Ponorogo. Reog ponorogo juga telah tercatat sebagai hak cipta milik Kabupaten Ponorogo dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan diketahui langsung oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan.
Akibat tindakan pemerintah Malaysia itu, sekitar 2.000 warga masyarakat, tokoh, dan artis reog ponorogo berunjuk rasa di depan Kantor Kedubes Malaysia, Jakarta Selatan (Antara, 29/11/07). Protes juga disampaikan para perajin kesenian reog di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, yang mengancam tidak mengirim dadak merak reog ke Malaysia jika pemerintah Malaysia terbukti mengklaim reog ponorogo sebagai kesenian asli Malaysia. Selama ini, selain memenuhi permintaan beberapa daerah di dalam negeri, perajin reog ponorogo juga mengirim ke luar negeri, seperti Malaysia dan Suriname.
Kedua kasus tersebut sempat membuat kisruh hubungan Indonesia dengan Malaysia. Survei Litbang Media Group pada 1 November 2007 tentang persepsi masyarakat Indonesia terhadap Malaysia menemukan hampir separuh responden (48%) memersepsi Malaysia sebagai ancaman. Di sisi lain, yang memersepsi Malaysia sebagai sahabat lebih sedikit, 34%. Sisanya, 18%, masih gamang untuk menentukan apakah Malaysia dapat dianggap sebagai ancaman atau sahabat.
Hasil survei juga menunjukkan mayoritas responden (70%) menilai hubungan Indonesia-Malaysia cenderung tidak harmonis. Sementara itu, yang menjawab ‘cenderung harmonis’ hanya kurang dari 20 persen (lihat Grafik 2).
Survei mengambil 480 responden secara random dari daftar pemilik telepon di enam kota besar Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, dan Makassar. Responden adalah orang dewasa berusia di antara 18 dan 60 tahun. Proporsi perempuan dan laki-laki seimbang, masing-masing berjumlah 239 dan 241 orang.
Meski menimbulkan ketegangan, kedua kasus itu seakan membuka mata banyak orang Indonesia bahwa seni budaya kita harus dihargai, diingat, dan dipertahankan. Lalai dalam ketiga hal itu bisa membuat kita kehilangan warisan seni budaya yang amat berharga.
‘Penemuan’ kembali
Kasus lain yang menyadarkan kita adalah ‘penemuan’ kembali dua versi lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh Roy Suryo dan Tim Air Putih. Dalam keterangannya kepada Media Indonesia (5/8/07), Roy Suryo menyatakan hasil penelusuran teknis yang dilakukannya menunjukkan ada tiga versi lagu Indonesia Raya yang semuanya diciptakan WR Soepratman. Menurut Roy, versi yang paling pertama dari lagu Indonesia Raya yang diciptakan WR Soepratman masih berjudul Indonesia dan pertama kali dimuat di harian Sin Po, edisi 27 Oktober 1928. Dalam versi itu, beberapa kata-kata dalam refreinnya berbeda dengan versi yang digunakan saat ini. Misalnya, pada refrein, kata-kata yang digunakan adalah Indones’… Indones’… moelia.. moelia…
Sementara itu, untuk yang versi kedua, lagunya sudah berjudul Indonesia Raya dan sudah dalam format 3 stanza. Pada masa kemerdekaan, naskah lagu versi itu juga pernah dimuat di Harian Asia Raya edisi 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi dibacakan Presiden Soekarno. Refrein pada versi itu sudah menjadi Indonesia Raya… merdeka… merdeka…
Di lain pihak, lagu Indonesia Raya yang kini digunakan secara resmi sebagai lagu kebangsaan, kata Roy, adalah lagu versi ketiga yang berjudul Indonesia Raya, tetapi dalam format 1 stanza. Versi itu tetap diciptakan oleh WR Soepratman, namun digubah ulang oleh Jos Cleber dan Jusuf Ronodipuro pada 1950.
Meski banyak pihak menyatakan temuan Roy ini bukan hal baru, publikasi lagu dan klip Indonesia Raya versi kedua dengan 3 stanza di televisi nasional seolah mengingatkan kembali kekayaan seni budaya kita yang nyaris terlupakan. Penayangan tersebut juga bermanfaat bagi generasi muda yang masih ‘buta sejarah’ agar lebih ‘melek sejarah’ dan menghargai seni budaya Indonesia.
Arca
Penyadaran seni budaya kembali terjadi lantaran terkuaknya kasus pencurian dan pemalsuan lima arca peninggalan abad IX Masehi yang semula tersimpan di Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah pada akhir 2007. Kelima patung kuno itu adalah arca Agustya, Durga Mahesa Sura Madini, Durga Mahesa Sura Madini II, Siwa, dan arca Mahakala. Polisi menangkap Kepala Museum Radya Pustaka, KRT Dahrmodipuro alias Mbah Hadi bersama dua pegawai museum, yaitu Jarwadi selaku juru pelihara museum dan Gatot, petugas keamanan museum. Mereka diduga bekerja sama untuk mencuri dan memalsukan benda purbakala di museum tersebut.
Terkuaknya kasus itu mendorong penyelidikan lebih lanjut. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah mengumumkan tidak hanya lima arca tersebut yang dicuri dan dipalsukan. Ada enam benda koleksi museum itu yang telah hilang dan dipalsukan, yaitu dua arca perunggu, sebuah kap lampu perunggu, dua buah keramik yang salah satunya berasal dari Dinasti Ming, dan sebuah tempat buah-buahan hadiah dari Napoleon Bonaparte kepada Pakubowono X.
Hilangnya arca juga terjadi di beberapa tempat lain. Sebuah arca kuno Gajah Hindu di bangunan Candi Randu Agung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur telah raib dicuri orang. Arca Kudhu Candi Bhima di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah juga hilang dicuri. Sementara itu, tidak kurang dari 100 arca dari situs megalit, Poso, Sulawesi Tengah, dilaporkan hilang dicuri. Sebagian arca dari zaman prasejarah tersebut kini telah diperjualbelikan di Pulau Bali.
***
Berbagai kasus di atas hendaknya menjadi pelajaran bagi kita, bangsa Indonesia, untuk lebih mengetahui, menyayangi, dan menjaga warisan seni budaya. Tahun 2007 menjadi tahun penyadaran seni budaya melalui terjadinya berbagai kasus tersebut. Semoga 2008 menjadi tahun kesadaran seni budaya Indonesia.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/01/analisis-tahun-penyadaran-seni-budaya.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar