Rabu, 10 Oktober 2012

Tahun Penyadaran Seni Budaya

Rizka Halida
Media Indonesia, 8 Jan 2008

PERNAH dengar ungkapan, ‘Kita tak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangan dia’? Itulah yang kini kita, orang Indonesia, alami dalam bidang seni budaya. Kekayaan seni budaya warisan nenek moyang yang selama ini kita anggap sebagai sebuah keniscayaan tiba-tiba terancam hilang. Sesuatu yang tadinya terlupakan, kini kembali muncul dalam ingatan dan coba dipertahankan.

Tahun 2007 yang baru lewat bisa dikatakan sebagai tahun ’penyadaran seni budaya’. Betapa tidak, pada 2007 ada tiga produk seni budaya kita yang terancam hilang dan bahkan ada yang benar-benar hilang, raib dari tanah asalnya. Ketiganya adalah lagu Rasa Sayange asal Maluku, reog ponorogo, dan lima arca dari abad IX Masehi.

Berebut klaim

Lagu Rasa Sayange ramai diberitakan di media massa setelah pemerintah Malaysia menjadikannya sebagai promosi pariwisata Malaysia. Pemerintah negeri jiran itu bahkan diberitakan mematenkan lagu tersebut. Padahal, masyarakat Indonesia selama ini mengenal Rasa Sayange sebagai lagu asal Maluku.

Anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Hakam Naja meminta pemerintah Indonesia bersikap tegas terhadap Malaysia atas klaim produk Indonesia. Di sisi lain, Menteri Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia Datok Seri Doktor Rais Yatim, seperti dikutip kantor berita Malaysia Bernama menyatakan Indonesia tak akan bisa membuktikan pencipta Rasa Sayange.

Polemik itu mendorong sejumlah pihak untuk mengumpulkan bukti kepemilikan Indonesia atas lagu Rasa Sayange. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik mengumumkan pihaknya menemukan bukti yang menunjukkan lagu Rasa Sayange milik Indonesia. “Ada lagu Rasa Sayange dalam piringan hitam yang direkam oleh Lokananta tersebut pada 1958, kemudian dibagi pada 15 Agustus 1962 sebanyak 100 keping bertepatan saat pelaksanaan pesta olahraga Asian Games di Jakarta oleh Presiden Soekarno,” kata Menbudpar sebagaimana dilansir Antara (11/10/07). Presiden Soekarno memberikan piringan hitam tersebut sebagai cendera mata kepada pimpinan kontingen tiap negara peserta Asian Games. Lagu Rasa Sayange menjadi salah satu dari delapan lagu yang ada di piringan hitam itu. Piringan hitam tersebut masih terdokumentasi dengan baik di perusahaan rekaman milik negara, Lokananta Solo.

Masih menurut Menbudpar, pihaknya dibantu musisi Indonesia sedang mencari bukti lain mengenai lagu Rasa Sayange melalui satu Yayasan dari Jepang, Minoru Endo Music Foundation (MEMF), yang pada 1997 mengompilasi lagu pop dan lagu rakyat yang populer dari negara-negara di Asia. Setelah mengompilasi, Yayasan Minoru membukukan 2.000 lagu dalam buku Evergreen Song 2.000 dan menyebarluaskan buku itu. Tapi karena ada pembatasan, tidak semua ditulis, hanya ada 19 lagu Indonesia yang ditulis partiturnya dan ada 50 lagu yang terdaftar di buku itu. Lagu Rasa Sayange tidak terdapat dalam 50 lagu itu. Akan tetapi, Menbudpar masih mencari informasi apakah dari 2.000 lagu yang dikompilasi Yayasan Minoru terdapat lagu Rasa Sayange.

Selain lagu Rasa Sayange, produk seni budaya Indonesia yang juga mengalami polemik serupa adalah reog ponorogo. Kementerian Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia menampilkan gambar reog malaysia yang memiliki banyak kemiripan dengan reog ponorogo. Padahal, masyarakat Ponorogo selama ini mengenal reog sebagai kesenian asli Ponorogo. Reog ponorogo juga telah tercatat sebagai hak cipta milik Kabupaten Ponorogo dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan diketahui langsung oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan.

Akibat tindakan pemerintah Malaysia itu, sekitar 2.000 warga masyarakat, tokoh, dan artis reog ponorogo berunjuk rasa di depan Kantor Kedubes Malaysia, Jakarta Selatan (Antara, 29/11/07). Protes juga disampaikan para perajin kesenian reog di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, yang mengancam tidak mengirim dadak merak reog ke Malaysia jika pemerintah Malaysia terbukti mengklaim reog ponorogo sebagai kesenian asli Malaysia. Selama ini, selain memenuhi permintaan beberapa daerah di dalam negeri, perajin reog ponorogo juga mengirim ke luar negeri, seperti Malaysia dan Suriname.

Kedua kasus tersebut sempat membuat kisruh hubungan Indonesia dengan Malaysia. Survei Litbang Media Group pada 1 November 2007 tentang persepsi masyarakat Indonesia terhadap Malaysia menemukan hampir separuh responden (48%) memersepsi Malaysia sebagai ancaman. Di sisi lain, yang memersepsi Malaysia sebagai sahabat lebih sedikit, 34%. Sisanya, 18%, masih gamang untuk menentukan apakah Malaysia dapat dianggap sebagai ancaman atau sahabat.

Hasil survei juga menunjukkan mayoritas responden (70%) menilai hubungan Indonesia-Malaysia cenderung tidak harmonis. Sementara itu, yang menjawab ‘cenderung harmonis’ hanya kurang dari 20 persen (lihat Grafik 2).

Survei mengambil 480 responden secara random dari daftar pemilik telepon di enam kota besar Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, dan Makassar. Responden adalah orang dewasa berusia di antara 18 dan 60 tahun. Proporsi perempuan dan laki-laki seimbang, masing-masing berjumlah 239 dan 241 orang.

Meski menimbulkan ketegangan, kedua kasus itu seakan membuka mata banyak orang Indonesia bahwa seni budaya kita harus dihargai, diingat, dan dipertahankan. Lalai dalam ketiga hal itu bisa membuat kita kehilangan warisan seni budaya yang amat berharga.

‘Penemuan’ kembali

Kasus lain yang menyadarkan kita adalah ‘penemuan’ kembali dua versi lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh Roy Suryo dan Tim Air Putih. Dalam keterangannya kepada Media Indonesia (5/8/07), Roy Suryo menyatakan hasil penelusuran teknis yang dilakukannya menunjukkan ada tiga versi lagu Indonesia Raya yang semuanya diciptakan WR Soepratman. Menurut Roy, versi yang paling pertama dari lagu Indonesia Raya yang diciptakan WR Soepratman masih berjudul Indonesia dan pertama kali dimuat di harian Sin Po, edisi 27 Oktober 1928. Dalam versi itu, beberapa kata-kata dalam refreinnya berbeda dengan versi yang digunakan saat ini. Misalnya, pada refrein, kata-kata yang digunakan adalah Indones’… Indones’… moelia.. moelia…

Sementara itu, untuk yang versi kedua, lagunya sudah berjudul Indonesia Raya dan sudah dalam format 3 stanza. Pada masa kemerdekaan, naskah lagu versi itu juga pernah dimuat di Harian Asia Raya edisi 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi dibacakan Presiden Soekarno. Refrein pada versi itu sudah menjadi Indonesia Raya… merdeka… merdeka…

Di lain pihak, lagu Indonesia Raya yang kini digunakan secara resmi sebagai lagu kebangsaan, kata Roy, adalah lagu versi ketiga yang berjudul Indonesia Raya, tetapi dalam format 1 stanza. Versi itu tetap diciptakan oleh WR Soepratman, namun digubah ulang oleh Jos Cleber dan Jusuf Ronodipuro pada 1950.

Meski banyak pihak menyatakan temuan Roy ini bukan hal baru, publikasi lagu dan klip Indonesia Raya versi kedua dengan 3 stanza di televisi nasional seolah mengingatkan kembali kekayaan seni budaya kita yang nyaris terlupakan. Penayangan tersebut juga bermanfaat bagi generasi muda yang masih ‘buta sejarah’ agar lebih ‘melek sejarah’ dan menghargai seni budaya Indonesia.

Arca

Penyadaran seni budaya kembali terjadi lantaran terkuaknya kasus pencurian dan pemalsuan lima arca peninggalan abad IX Masehi yang semula tersimpan di Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah pada akhir 2007. Kelima patung kuno itu adalah arca Agustya, Durga Mahesa Sura Madini, Durga Mahesa Sura Madini II, Siwa, dan arca Mahakala. Polisi menangkap Kepala Museum Radya Pustaka, KRT Dahrmodipuro alias Mbah Hadi bersama dua pegawai museum, yaitu Jarwadi selaku juru pelihara museum dan Gatot, petugas keamanan museum. Mereka diduga bekerja sama untuk mencuri dan memalsukan benda purbakala di museum tersebut.

Terkuaknya kasus itu mendorong penyelidikan lebih lanjut. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah mengumumkan tidak hanya lima arca tersebut yang dicuri dan dipalsukan. Ada enam benda koleksi museum itu yang telah hilang dan dipalsukan, yaitu dua arca perunggu, sebuah kap lampu perunggu, dua buah keramik yang salah satunya berasal dari Dinasti Ming, dan sebuah tempat buah-buahan hadiah dari Napoleon Bonaparte kepada Pakubowono X.

Hilangnya arca juga terjadi di beberapa tempat lain. Sebuah arca kuno Gajah Hindu di bangunan Candi Randu Agung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur telah raib dicuri orang. Arca Kudhu Candi Bhima di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah juga hilang dicuri. Sementara itu, tidak kurang dari 100 arca dari situs megalit, Poso, Sulawesi Tengah, dilaporkan hilang dicuri. Sebagian arca dari zaman prasejarah tersebut kini telah diperjualbelikan di Pulau Bali.
***

Berbagai kasus di atas hendaknya menjadi pelajaran bagi kita, bangsa Indonesia, untuk lebih mengetahui, menyayangi, dan menjaga warisan seni budaya. Tahun 2007 menjadi tahun penyadaran seni budaya melalui terjadinya berbagai kasus tersebut. Semoga 2008 menjadi tahun kesadaran seni budaya Indonesia.

Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/01/analisis-tahun-penyadaran-seni-budaya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar