Minggu, 07 Oktober 2012

GEJALA KEMUNCULAN SAJAK BERALIRAN DEKORATIF

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/?p=291

Seorang penyair diharuskan mencari nilai-nilai hayatnya sendiri, meski tengah belajar pun sudah pelajari keilmuan dari berbagai sumber hikmah lain.

Di kedalaman dirinya, pantas menggali yang dirasakan gejolak sehari-hari, atas pantulan hidup bermasyarakat, serta jalannya sejarah yang menggumuli.

Bukan sekadar menghayati lorong-lorong pernah dilewati para pendahulu. Di sinilah tantangannya, apakah penyair tulen atau sekadar pengekor nilai yang ada, dari agama, filsafat pun keilmuan lain.

Kita tahu Ibnu Arabi, walau mengambil ajaran Islam sebagai sungai menghanyutan jiwanya, tapi dirinya tak sekadar ikuti arus semata, ada usaha keras mengeduk relung terdalam, pada yang bergolak di kedalaman jiwa.

Al-Hallaj juga tokoh-tokoh yang menggenggam suatu nilai dengan khusyuk tawadhuk, namun tetap keimanannya tidak seperti hamba membutakan mata.

Ada pencarian sungguh dari faham dianutnya, hingga memunculkan cahaya syiar cemerlang, menjadi pandangan baru yang ditimbulkan, atas usahanya dalam penelusuran kehakikian hayat di jamannya.

Menengok dunia Barat, kujumput saja perihal kesusastraan Prancis dari pandangan Marcel Raymond, pada De Baudelaire au Surrealisme, Jose Corti 1963, yang dikutip Wing Kardjo:

“Puisi modern Prancis dapat dibilang berawal Charles Baudelaire, atas kumpulan sajaknya Les Fleurs du Mal, yang merupakan sumber inspirasi puisi masa kini, telah melahirkan dua aliran kepenyairan; para seniman dan para terus mata, yang satu mengalir ke Mallarme menuju Valery, satunya lagi menelusup pada Rimbaud menukik ke avontir, kaum surrealis.”

Tampak di sana, kaki-kaki kepenyairan menjejak kukuh perjuangan takdirnya, tidak hanya membaca buku lantas memakan mentah, tapi juga menyinahui letupan jiwanya, menyuntuki alam sekitar sampai temukan bentuk baru, yang dirasai sesuai alam diri dikandungnya.

Tidak sekadar bantahan pemikiran, ada laku atas hasil usahanya; segugus karya sebagai toggak pembenaran terjadinya kehadiran niscaya.

Entah sajak aliran dekoratif sebelumnya sudah tercium apa belum, yang jelas arusnya dari seni kerajinan, atas membiaknya revolusi industri yang sempat dialihkan, bukan dihadang-halangi William Morris (1834-1896).

Lewat mematangkan nilai modern bersentuhan kemanusiaan yang tidak terpatok prodak masal dari pabrik, ada membumikan kerja manusiawi, semisal pabrik rokok kretek yang sebagian karyanya menggunakan tenaga manusia.

Kini kuberanikan memaknai apa itu sajak beraliran dekoratif, sajak ini memperindah nilai yang sudah diterima secara umum, normatif, tepatnya mengukuhkan faham telah ada, apakah hasil keringat nilai puitik penyair pendahulu, atau ajaran agama yang dianut.

Yang terpancang di sana, gemerlap warna-warni, tapi kita mengenal oleh bacaan-bacaan sebelumnya. Sentuhan itu terasa, manakala mendalami corak ruhaniah karya tersebut tidak memiliki greget, atau tiada ruh penciptaan dari kedalaman jiwa penyair, sejenis kelincahan tangan, keahlian merakit keindahan.

Jaman sekarang, di mana informasi berlesatan, dimungkinkan terbentuk aliran sajak dekoratif, karena kurangnya pengendapan jiwa penyair, hanya mengandalkan tambal sulam warna puitis, yang di dalamnya masih mengemban suatu nilai, tapi terlihat jelas karya itu hasil olahan nalar atas jiwa distandarkan, sebab mengikuti gaya puitisasi yang sudah dikenal dalam dunia kepenyairan.

Gejala ini berawal pertemanan satu penyair dengan penyair lain, lebih jelas mencermati gerak sanggar sastra yang menghadirkan antologi puisi, terlihat kesamaan bentuk dalam pencarian cahaya puitis, di sinilah kelemahan pun kelebihannya.

Manfaatnya tentu memudahkan pemula meraup asal-asalan dari pendahulunya, bagi pemula yang cerdas dan lincah, akan mudah meneguk air bening formula puisi. Namun tidak dirasai ia tengah menenggak racun, sebab tidak berusaha mencipta wujud berbeda, dan sungguh tidak memiliki sikap jiwa pencari, karena terpuaskan hasil-hasil gemilang dari polesannya.

Sebelum jauh, kuceritakan keluhan seorang penyair nasional. Di sini tiada niatan merusak pamor yang dibangunnya, sekadar menjumput kegelisahannya. Dia bilang mau berpindah cerpen, sebelum beralih puisi lewat bentuk baru, sebab muridnya telah mengambil bentuk yang sudah dicanangkan sejak awal. Dia pun berbicara, apa yang digagasnya selama bertahun-tahun, diambil alih hanya beberapa bulan saja, begitu kurang lebih perkataannya.

Sketsa di atas dapat dipisahkan, mana penyair karbitan dan yang benar-benar matang oleh pencarian jati dirinya, atas pengalaman berkelana, hingga menemukan wajah puitis berbeda, serta melekat kuat dalam jiwanya, daripada sekadar dicetak menjelma penyair.

Ini kukira tidak mengurangi hukum bersosial, di mana insan saling pengaruh, tapi namanya pencipta, patut berusaha temukan jalan masing-masing. Dan sang pelopor tidak tertarik hasil-hasil yang sudah jadi, tetapi menampiknya sekeras menggali sumber air keindahan, dari perjuangannya merasai kenikmatan berpuisi.

Aku ambil suasana para pencipta seni di atas suara pengamat musik klasik J. Van Ackere yang diterjemahkan J. A. Dungga, dalam buku Musik Abadi:

“Kentara pada kita bahwa dalam seni lukis, sastra dan musik, terdapat aliran-aliran yang sama. Impresionisme, Simbolisme, Debussysme, ialah suara-suara dari jaman dan roh yang satu juga. Ada semacam saling pengaruh antara seniman-seniman. Mereka saling melihat melalui pagar tembok mereka dan saling memetik bunga dalam kebun mereka. Penyair main musik, musikus melukis, pelukis membikin sajak, dan membikin orkestra dengan warna-warna. Seniman-seniman muda dari aliran baru sering bertemu dalam sebuah rumah Stéphane Mallarmé di jalan Roma, Paris. Debussy memainkan preludenya yang paling baru, Whistler memperlihatkan lukisannya yang terakhir, dan Mallarmé membacakan sajaknya yang baru saja dibuatnya.”

Ackere, seakan menyaksikan orkestra atau pesta cahaya dari keindahan bertemunya para seniman itu pada suatu panggung penciptaan yang mampu membius, membuat bulu-bulu para penyimaknya merinding, di mana “saling melihat melalui pagar tembok mereka, dan saling memetik bunga dalam kebun mereka.” Sungguh suatu lukisan agung sebuah pergaulan, musik paling mulia yang tercipta, dan sajak mengharukan jiwa, atas berjumpanya bathin berbeda dalam satuan ruh daya cipta.

Kita tengok pergaulan tiga penyair jaman romantik Inggris yang bersahabat; Byron, Keats dan Shelley, ketiganya sama-sama mati muda, mereka dapat menunjukkan kemampuan masing-masing, mencuatkan jati diri perasaan gemilang dengan pamor berbeda.

Maka sepantasnya para penyair menguliti jiwanya, dari pelepasan kegelandangan pun dalam pertemanan, ialah yang diperjuangkan, digenggam kuat tidak terhanyut, tapi menciptakan sungai-sungai yang menyenangkan dari jiwa-jiwa mereka.

Pada penyair gelisah di atas, sebab dirinya penyair, membuktikan tepat ucapannya, mencipta cerpen dengan wujud lain dari pantulan alam kepenyairannya selama ini, lalu memasuki lorong dunia puisi yang merangsang jiwanya dalam bentuk beda.

Sedang pengekornya tetap semula, malah tampak kemerosotan jiwa, itulah ganjaran atau pantas, sebab jiwa seniman sejati adalah sosok pencari yang tidak puas diri sendiri, keadaan yang melingkupi, pula sejarah menaungi jamannya.

Jika balik membahas kemunculan sajak beraliran dekoratif, kurasa sah mereka, toh itu imbas menanggalkan nilai-nilai adi luhung, yang dihidupi para pencetus kemurnian pandangan, atau faham-faham.

Penyair beraliran dekoratif, hanya menghadapkan dirinya pada suatu keadaan di depan, yakni penyajian sebaik mungkin, meski lemah sisi jiwa penggalian ruh masanya, semacam mengikuti arus perubahan, tidak mencipta sungai bergolak dari kehakikian suara masa sebagai bahan pelajaran, demi terciptanya karya mempuni mewakili jaman.

Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2010/01/gejala-kemunculan-sajak-beraliran-dekoratif/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar