Sabtu, 29 September 2012

Tradisi Sastra Jawa Timur

Tjahjono Widarmanto
_Majalah Bende No: 87 Jan 2011

Sastra bisa dibayangkan sebagai sebuah organisme yang lahir, tumbuh, berkembang, mencapai puncak pertumbuhan hingga (bisa) mencapai kepunahan. Oleh karena itu, mustahil sebuah tradisi sastra tiba-tiba muncul begitu saja sebagai causa prima, namun sastra tumbuh dan dimulai dari sebuah tradisi yang sudah ada dan terbentuk bertahun-tahun lamanya. Teeuw pernah berucap bahwa sastra tidak lahir dari kekosongan. Pendapat tersebut mengacu pada kaitan antara sastra dengan realitas dan fakta kemanusiaan. Namun, pernyataan Teeuw tersebut bisa ditafsirkan dalam konteks lain yaitu dalam konteks pertumbuhan karya sastra. Bisa ditafsirkan bahwa sebuah tradisi penciptaan sastra lahir dari tradisi penciptaan sastra sebelumnya.

Sastra yang baik adalah sastra yang mampu menciptakan tradisi penulisan sastra. Dengan demikian sebuah tradisi sastra merupakan sebuah mata rantai yang panjang yang mengaitkan tradisi-tradisi sastra sebelumnya. Tradisi sastra yang baik hanya bisa dibangun dari gagasan-gagasan sastra yang cemerlang dan kepribadian sastrawan yang tangguh. Dengan kata lain teks dan pengarang menjadi pertaruhan penting dalam terciptanya tradisi sastra.

Tradisi sastra (dalam pengertian ini sastra tulis) kita diawali sejak abad ke-5 masehi setelah bersinggungan dengan tradisi tulis India (Hindu-Budha) yang dibuktikan dengan dipakainya huruf Palawa dalam berbagai yupa, di antaranya Yupai Kutai dan Tarumanegara. Tradisi sastra kita diawali dengan kesadaran untuk mencatatkan berbagai peristiwa, mewariskan berbagai macam nilai, kepercayaan dan budayanya ke dalam bentuk sarana tulis berupa yupa, keropak, daun lontar, dan kitab.

Tradisi sastra kita di awali dengan kerangka kehidupan politik. Yaitu kepentingan kerajaan/kekuasaan untuk mengumumkan silsilah keluarga kerajaan, meneguhkan citra penguasa, menuliskan peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan politik dan acuan-acuan hukum. Misalnya Yupa Kutai yang berisikan silsilah keluarga maharaja Kudungga yang mempunyai anak Aswawarman yang mempunyai putera gagah perkasa bernama Mulawarman yang melakukan upacara persembahan 20.000 ekor sapi di alun-alun suci waprakecwara. Demikian juga pada prasasti Kedukan Bukit yang meriwayatkan penaklukan beberapa daerah oleh Dapunta Hyang (Sriwijaya), Prasasti Telaga Batu yang menuliskan kutukan dan hukum kepada siapa saja yang tidak setia pada Sriwijaya. Demikian juga pada prasasti-prasasti yang meriwayatkan kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat seperti prasati Pasir Awi, prasasti Ciaruteun, prasasti Tugu, dan prasasti Jambu. Prasasti dan isinya semacam itu juga dijumpai di Jawa misalnya pada kerajaan Mataram Kuno yang meninggalkan prasasti Canggal, prasasti Matyasih, prasasti Ritihang dan pada kerajaan Syailendra yang meninggalkan prasasti Kalasan dan prasasti Klurak.

Karena pada awalnya lahirnya tradisi sastra kita dilatarbelakangi dengan kerangka kehidupan dan kepentingan politik, maka pusat pertumbuhan sastra kita bermula dari pusat kekuasaan. Di Jawa, baik di Jawa belahan timur, tengah dan barat, pertumbuhan sastranya di awali dari pusat kerajaan atau keraton. Pada zaman itu, yang sering disebut sebagai zaman kapujanggan atau zaman sastra klasik, lahir, tumbuh, pemekaran dan penyebaran teks sastra bermula dari pusat kekuasaan yaitu keraton. Lahirnya pengarang/pujangga sangat dipengaruhi oleh pusat kekuasaan dengan tendesi politik yang kuat.

Di Jawa Timur, tumbuhnya tradisi sastra berawal dari pusat kerajaan mulai dari era Sri kameswara, Airlangga, Jayabaya, hingga Hayam Wuruk yang pada selanjutnya mengalami perubahan besar akibat pengaruh Islam. Berbeda dengan Jawa Tengah yang teks-teks sastranya di zaman kapujanggan tersebut berbentuk puisi, teks-teks sastra Jawa Timur di era kapujanggan kebanyakan berbentuk kitab yang ditulis dalam bentuk gancaran atau berbentuk prosa.

Di zaman keemasan Kediri bertebaran teks-teks sastra yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa tradisi keberaksaraan telah terbentuk dengan baik. Misalnya saja Kitab Arjunawiwaha yang ditulis Mpu Kanwa yang dilaunching pada tahun 1030 pada zaman raja Airlangga yang meriwayatkan Arjuna yang bertapa untuk mendapatkan senjata untuk melawan kurawa, kitab Kresnayana karya Mpu Triguna yang ditulis pada rezim kekuasaan Jayabaya yang menceritakan kisah Kresna di masa kecil, kitab Hariawangsa karya Mpu Panuluh di era yang sama yang tampaknya kelanjutan kitab Kresnayana yaitu episode kisah Kresna pada bagian pernikahan Kresna dengan Dewi Rukhmini.

Kitab sastra yang lain adalah kitab Smaradhana karya Mpu Dharmaja yang ditulis di zaman pemerintahan Sri Kameswara yang berkisah tentang hilangnya Dewa Kama dan Dewi Ratih karena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa, kitab Baratayudha ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang mengadopsi ‘pethilan’ Mahabarata India yang menceritakan pertempuran besar keluarga Pandawa dan Kurawa di padang Kurusetra selama 18 hari, kitab Gatot kacasraya karya Mpu Panuluh yang juga ditulis di masa pemerintahan Jayabaya yang meriwayatkan perkawinan Abimanyu dengan Siti Sundhari dengan bantuan Gatotkaca. Selain berakar dari kisah-kisah Mahabarata, teks-teks sastra di era itu juga meriwayatkan cerita-cerita asli dari tanah Jawa, misalnya, berbagai kitab Panji, yang isinya merupakan roman percintaan Panji Asmara Bangun dengan Candra Kirana (Panji Asmaradhana, Panji Semirang Asmarataka) yang mengagungkan ketampanan raja Kediri. Yang paling legendaris adalah kitab Jangka Jayabaya yang konon ditulis oleh Raja Jayabaya sendiri yang isinya berupa jangka atau ramalan-ramalan sosial politik nusantara di masa depan.

Tradisi sastra di zaman keemasan kediri tersebut berlanjut pada zaman keemasan Singasari dan Majapahit. Sebagai sebuah negara besar, Majapahit memiliki tradisi kesastraan yang kuat yang dibuktikan dengan diproduksinya teks-teks sastra yang berbobot. Teks-teks sastra itu di antaranya kitab Pararaton atau juga dikenal sebagai Katuturanira Ken Arok yang kalau dilihat berdasar isinya yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama meriwayatkan Ken Arok dan raja-raja Singasari dan bagian kedua mengisahkan kerajaan Majapahit mulai dari Raden Wijaya, Jayanegara, pemberontakan Ranggalawe dan Sora, perang Bubat hingga daftar raja sesudah Hayam Wuruk, dapat diterka bahwa penulisan Pararaton dilakukan di dua masa rezim yaitu rezim Singasari dan Majapahit. Yang menarik dari kitab Pararaton ini adalah dengan disisipkannya dongeng-dongeng lama seperti Tantu Panggelaran, Bubuksah Gagang Aking, Sundayana, dan carita parahiyangan.

Teks sastra lainnya misalnya kitab Negarakertagama yang sering disebut kitab Desawarnana. Kitab ini merupakan kitab yang paling masyhur dan paling banyak diteliti bahkan diakui oleh UNESCO sebagai memori dunia. Kitab ini ditulis di tahun 1365 M (1287 Saka) oleh Mpu Prapanca di zaman kekuasaan Hayam Wuruk. Negarakertagama berarti “Sebuah negara dengan tradisi (agama)” disebut pula Desawarnana yang artinya “Penulisan tentang daerah-daerah”. Kitab ini menceritakan masa pemerintahan Hayam Wuruk dan puncak kejayaan Majapahit. Sebagian besar teks meriwayatkan Hayam Wuruk sebagai penguasa yang sangat adil dalam memerintah dengan perdana mentrinya yang perkasa bernama Gajah Mada yang berhasil menaklukan kerajaan-kerajaan nusantara lainnya hingga ujung sumatra, Brunai sampai Papua. Kematian Gajah Mada pun diceritakan dalam kitab ini. Kitab ini pun secara detil mendeskripsikan perjalanan raja Hayam Wuruk ke beberapa daerah taklukannya. Yang menarik dalam kitab ini disebutkan bahwa Majapahit di era itu sudah mengenal kitab hukum (KUHP) yang disebut sebagai Kutara Manawadarmasastra (beberapa ahli menyebutkan Kutara Sastra atau Munawasastra) dengan salah satu pasalnya yang disebut dengan Astadusta.

Tak kalah pentingnya adalah Kitab Kuntaramanawa yang konon ditulis sendiri oleh Gajah Mada. Kitab ini merupakan kitab hukum yang disusun berdasarkan kitab hukum yang sudah ada (Munawasastra) yang disesuaikan dengan hukum adat. Kitab sastra lainnya yang ditulis pada masa Majapahit adalah Kitab Sutasoma karya besar Mpu Tantular. Menceritakan Sutasoma sang putra raja Majapahit yang mendalami agama Budha. Dalam kitab ini digambarkan pula adanya toleransi yang kuat yang menyikapi keberagaman beragama dalam kerajaan Majapahit yang dirumuskan dalam kalimat Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Mpu Tantular juga menulis sebuah kitab yang diadopsi dari ramayana yaitu Arjunawijaya yang mengisahkan peperangan raja Arjuna Sasrabahu dan patihnya Sumantri melawan raksasa Rahwana.

Setelah kejayaan Majapahit surut bahkan runtuh, masuklah kebudayaan Islam ke Jawa. Ketika tradisi sastra yang sudah ada bersentuhan dengan Islam dan dipengaruhi pula dengan berakhirnya masa kerajaan di Jawa Timur (yang ditandai dengan pindahnya pusat kerajaan ke Jawa Tengah tepatnya di Demak), maka tradisi sastra yang ada diwarnai dengan bentuk-bentuk sastra yang bercorak magis religius, yaitu kitab-kitab suluk seperti Suluk Sukrasa yang menceritakan perjalanan rohani Ki Sukrasa dalam mencapai ilmu kesempurnaan hidup, Suluk Wujil yang berisikan wejangan-wejangan Sunan Bonang kepada siswanya bernama Wujil yang bekas abdi raja majapahit, ada juga kitab suluk Malang Sumirang yang beisikan pujian, keinginan mencapai kesempurnaan dan keinginan bersatu dengan Tuhan.

Berakhirnya masa kejayaan kerajaan di Jawa Timur mengakibatkan pula tradisi penulisan sastra pertumbuhan dan penyebarannya bergeser ke pesisir-pesisir. Peran Mpu dan pujangga digantikan oleh para sunan yang mengembangkan Islam sekaligus mengembangkan dan melanjutkan tradisi sastra yang sudah ada dengan memberi warna yang lebih beragam.

Tradisi sastra di Jawa Timur sekarang bukanlah hadir sebagai sebuah “ketiba-tibaan” namun merupakan buah dari pohon tradisi besar yang telah tumbuh sebelumnya. Tradisi sastra Jawa Timur merupakan mata rantai yang tersambung dari tradisi sastra sebelumnya. Tradisi sastra yang sudah ada sejak zaman klasik menjadikan Jawa Timur merupakan lahan yang subur bagi tumbuh dan pemekaran karya sastra. Tradisi sastra yang sudah berakar menjadikan Jawa Timur menjadi sebuah provinsinya para sastrawan yang sangat diperhitungkan dalam konstelasi sastra Indonesia. Saya tidak pernah menyoal apakah Jawa Timur merupakan negeri prosa atau negeri penyair. Namun saya berkeyakinan bahwa Jawa Timur adalah tanah sastra, kebun sastra yang jauh lebih subur dari tanah sastra atau kebun sastra provinsi lain. Dengan kata lain, baik prosa dan puisi tumbuh sangat subur di Jawa Timur karena tradisi penulisan sastranya telah terbangun dengan kokoh.

Yang perlu menjadi titik perhatian adalah bagaimana tradisi dan bentuk-bentuk sastra klasik Jawa Timur dapat menjadi spirit dan inspirasi pada penulisan satra Jatim modern. Ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh para sastrawan Jatim terkini. Yang pertama, naskah-naskah klasik tersebut ditulis kembali dengan pengucapan dan orientasi baru. Yang kedua, ruh dari sastra-sastra klasik tersebut ditangkap dan dijadikan inspirasi penciptaan baru. Yang ketiga, naskah-naskah klasik tersebut ditulis ulang dengan tak hanya dengan sikap mereknstruksi, namun juga mendekonstruksikannya.

Ada sesuatu yang menarik dalam perbincangan sastra Jatim saat ini yaitu adanya sinyalemen yang ditengarai oleh beberapa kawan bahwa genre puisi tampak lebih mendominasi dibanding genre prosa, menurut hemat saya, hal tersebut tak lain hanyalah sekedar persoalan ‘mode’ saja. Ibaratnya, kalau sastra itu merupaka mode pakaian, maka puisi sedang menjadi mode yang trend sehingga berbondong-bondonglah puisi ditulis dan dibicarakan, namun bukan berarti prosa sebagai mode sastra yang lain menjadi mati.

Di paruh tahun 2000-an di Jatim (hingga sekarang (?)), puisi memang mencapai boomnya dan hingar bingar dibicarakan, namun bukan berarti prosa ditinggalkan. Masih banyak prosais Jatim yang tetap menulis, bahkan tercatat Jatim melahirkan nama-nama prosais yang mengejutkan dunia sastra Indonesia, tarulah beberapa nama sebagai contoh, seperti, Sony karsono, Lan Fang, Mashuri, Wina Bojonegoro, di samping nama-nama prosais yang lebih awal seperti Suparto Brata, Budi Darma, M. Shoim Anwar, Bonari, Wawan Setiawan, Zoya Herawati, Ratna Indraswari Ibrahim, Beni Setia, R.Giryadi, dsb.

Kalau kita tengok jauh ke belakang, prosa pernah menjadi trend dan menjadi booming. Misalnya, saat sastra koran menjadi panglima dalam pertumbuhan sastra Indonesia yang menjadikan cerita pendek primadona, maka Jawa Timurlah gudangnya cerpenis, mulai dari Alwan Tafsiri, Muhamad Ali, Suripan Sadi Hutomo, Suparta Brata, Budi Darma, hingga generasi Ratna Indraswari Ibrahim, Shoim Anwar, Tan Sin Tjiong dan berlanjut di era sekarang. Dengan kata lain tradisi penulisan cerpen Jawa Timur tidak pernah stagnasi. Bahkan kalau kita memelototi media massa Jatim selalu tampil wajah-wajah cerpenis baru. Kalau saat ini kita merasa puisi dan penyair mendominasi kancah sastra Jawa Timur itu hanya karena cerpen dan genre prosa sedang tidak ada yang membicarakannya (mungkin karena para pengulas sastra Jatim sedang malas berpanjang-panjang membaca, mungkin para pengulas sastra Jatim sebagian besar penyair sehingga lebih birahi pada puisi, atau jangan-jangan kita memang tidak punya kritikus prosa). Semua sedang asyik memperguncingkan penyair dan puisi, namun di sekelilingnya cerpen bertebaran, novel masih di tulis, prosais baru terus dilahirkan.

Yang paling utama saat ini bagaimana mempertahankan bahkan mengembangkan tradisi sastra kita. Yang penting bagaimana tradisi menulis sastra kita terus tumbuh subur. Yang penting kita memikirkan bagaimanakah membangun tradisi tradisi membaca sastra yang baik. Yang penting bagaimanakah kita membangun tradisi kritik sastra yang baik. Dan itu semua tugas kita bersama.***

*) Penulis adalah sastrawan tinggal di Ngawi
Dijumput dari: http://www.dikbangkes-jatim.com/?p=40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar