Minggu, 30 September 2012

Tentang Seniman Kaya

Mathori A Elwa *
http://teraspolitik.com/

Pada tulisan saya sebelumnya, “Tentang Seniman Miskin”, Kamis (8/3/2012), saya menjelaskan duduk perkara hubungan antara seniman dengan kekayaan (material) atau sebutlah itu penghasilan uang.

Ada yang sepakat, ada yang tidak. Hal itu sudah saya sadari dan saya pahami sebelumnya. Bagi saya yang terpenting adalah menyampaikan pendapat itu secara obyektif. Adapun jika ada yang tersinggung, saya sekali lagi, maaf lahir-batin.

Apa yang saya sampaikan semata karena pengetahuan yang saya miliki dan tentu kebutuhan untuk menyatakan pendapat di ruang publik secara bebas.

Sekarang saya tertarik bicara tentang seniman kaya. Maksudnya,membuka wacana hubungan antara seniman dengan kekayaan. Perihal ada seniman yang kaya (materi), itu jelas fakta. Adapun yang kemarin saya ungkap sebagai seniman miskin juga banyak.

Seniman kaya, sebagaimana manusia pada umumnya, biasanya dikondisikan oleh beberapa sebab. Pertama, harta warisan. Kedua, karena mampu mengomodifikasikan hasil karyanya yang idealis itu kearah komersialisasi atau karena karyanya ditakdirkan memiliki pulung komersial. Ketiga, karena sang seniman itu punya sambilan usaha, artinya sebagai seniman sekaligus sebagai wirausahawan.

Perihal harta warisan, jelas tidak menarik dikaji mengingat itu mudah terjadi pada siapapun. Tetapi padahal yang kedua danketiga, agaknya memang patut dibahas.

Karya seni, entah lukisan, sastra, atau yang lain,biasanya bertahan pada aspek independensi atau kemurnian. Atau bahasa gaul anak aktivis, sebagai karya idealis. Artinya karya itupada proses penciptaannya tidak diniati atau diseting sebagai karya komersial.

Sekalipun mutunya setinggi langit kadang tak bernilai secara materi. Tidak bernilainya karya itu secara materi bisa disebabkan beberapa hal; di antaranya tidak ada konsumen yang tertarik atau karena bisa jadi sang seniman tidak mahir menjual kepada segmen yang membutuhkannya. Tinggal tunggu waktu. Ironisnya, karya demikian seringkali menemukan momentum komersialnya justru setelah sang seniman pergi meninggalkan kadonyan menuju kehidupan spiritual yang abadi yang secara tradisi kita sebut “mati”.

Adapun seniman yang sering meraup materi dari hasil kreasi idealisnya biasanya peka bermarket-ria, atau mahir berhubungan denganjejaring “konsumen seni” sehingga produk idealismenya menghasilkan materi.

Perihal yang ketiga ialah karena sang seniman mahir berwirausaha atau pandai menjalin hubungan dengan wirausahawan, minimal EO atau person/lembaga yang cakap menraup untung dari karya kreatif. Seniman seperti ini biasanya menjaga karyanya sebagai bentuk pencapaian kepuasaan batin murni.

Karena ia sadar, bertahan pada idealism seperti ini tidak memungkinkan untuk hidup makmur dengan hasil karyanya, ia membagi waktu dan pikiran untuk mencari kebutuhan materinya sebagai wirausahawan atau menjalin silaturahim dengan individu atau lembaga yang memiliki potensi market. Dengan kata lain ia memerankan dirinya menjadi setengah seniman, setengah wirausahawan.

Mujurnya yang bisa doble gardan seperti ini, terkadang karya seninya bisa terjual sejalan ia melakukan kegiatan bisnisnya. Kedua hal tersebut merupakan pembagian kategori. Pastinya Anda tertarik memilih salahsatunya bukan?

Bagaimana caranya?

Itu yang mudah diwicarakan, tetapi sulit setengah mati dilakukan. Tak bisa direncanakan seketika, melainkan butuh proses panjang sejalan panjangnya melakoni hidup. Sekalipun sulit, bukan berarti hal itu sesuatu yang mustahil. Bisa dan boleh direncanakan. Syaratnya ialah konsistensi, kemauan, kerjakeras dan tentu sikap tabah. Ya, sekali lagi, konsistensi, kemauan, kerjakeras, dantabah, “vitamin langka” yang kini agak susah kita temukan pada diri seniman zaman serba instan dan cepat ini.

Pertanyaannya kini, mengapa kini muncul anak-anak muda genius tanpa terlebih dahulu susah payah “mengonsumsi vitamin langka” yang saya sebut tadi?

Kunci jawabannya adalah, anak-anak muda genius itu tidak mendapatkan hadiah secara gratis begitu saja.

Orangtua, kakek/nenek, atau keluarga,dimana gen anak-anak itu bersemayam, jauh-jauh hari telah mengonsumsi kepahitan hidup dan tak pernah melepaskan diri dari perjuangannya mendapatkan “vitamin langka”.

Laku prihatinnya membekas dalam diri sang dzurriyyah, anak, cucu, cicit dan seterusnya. Tibet, yang merupakan hasil dari berjalannya hukum sebab akibat, menitis kedalam diri anak-anak muda genius. Tak ada dalam sejarah, manusia genius, sukses atau katakanlah dinilai melebihi orang rata-rata tanpa peran leluhurnya melakoni duka-derita terlebih dahulu dalam meraih impiannya.

Sebaiknya seniman, terutama kepada seniman muda adik-adik saya, pemikiran di atas bisa Anda gunakan sebagai peta untuk meraih tujuan hidup di masa mendatang. Sebaik-baiknya seniman ialah mereka yang tidak berlaku ekstrem.

Menjaga kebutuhan spiritual (dalam hal ini dengan melakoni kesenian), sekaligus menjaga kebutuhan material adalah sesuatu yang wajar, manusiawi dan itu lebih baik ketimbang sok suci dari materi tetapi -mohon maaf lahir batin- bermalas-malasan bekerja dan baru menghasilkan karya yang belum seberapa bernilai, tapi gemar bermimpi rekeningnya kemasukan uang sebanyak Mafioso pajak.

Tapi, ngomong-ngomong, “setelah” kaya mau apa? Itu merupakan pertanyaan penting. Patut diajukan, terutama kepada seniman-seniman yang masuk golongan Orang Kaya Baru (OKB). Tak salah menjadi OKB. Justru kita selaku masyarakat turut bersyukur dan senang melihat banyaknya OKB, sehingga negara nggak usah turut memikirkan bagaimana mereka terentas dari kemiskinan sampai akhirnya para seniman ikut antre beras miskin.

Yang jadi soal adalah: lalu untuk apa? What next?

Titik tekannya bukan pada kayanya, akan tetapi saya member tanda petik pada kata setelah sebagai cara memaknai “proses menjalani hidup itu yang lebih utama, dan bukan pada hasil akhirnya.

Sebagai pelaku, kita hendaknya menyadari bahwa siklus kehidupan itumesti terus berlangsung entah sampai kapan.

Bahkan dalam terminologi Jawa, lakon itu punya arti khusus: subyek terpenting dalam peristiwa atau cerita.
Kita sebagai pelaku utama, subyek terpenting, hendaknya menghayati secara penuh apa yang kita perankan dan apa yang telah, tengah dan akan terjadi di lingkaran kehidupan ini. Bukankah berpikir, merenung, tafakur itu nilainya melebihi ibadah lainnya bahkan punya nilai tertinggi di hadapanTuhan?

Banyak di antara OKB di kalangan seniman tak memiliki konsep yang jelas untuk apa kekayaan yang mereka dapat, sehingga kehadiran sebagai OKB seakan sama artinya dengan saat sebelum menjadi OKB.

Lingkungan tak berubah, saudaranya yang miskin tetap, semua berjalan tanpa ada perubahan. Lebih celaka lagi, jika kehadiran OKB ini melah merepotkan banyak pihak, atau minimal menimbulkan tanda tanya tetangga.

Jika begitu, apa maknanya kekayaan yang tak punya daya mengubah? Bukankah kekayaan itu sarana, bukan tujuan?

Lebih repot lagi, jika sang OKB telah pergi meninggalkan semua yang dimilikinya. Masih “beruntung” jika sang OKB tidak menyaksikan ahli warisnya berantakan, kasak-kusuk berebut calon warisan dan hakcipta peninggalan calon almarhum.

Masih “beruntung” sang OKB tidak menyaksikan ahliwarisnya rapuh, tanpa pegangan spiritual, ngepil, mabok, melacur dan judi. Molimo. Kelak jika sang OKB telah tak bisa melakukan apa pun alias tewas, kisah atau sinetron yang mengerikan akan lebih seru, saru, bengis, dan memalukan kerap kita tonton atau perdengarkan bagai sebuah mahakarya kehidupan dunia yang memilukan. Karyanya agung, tapi ironisnya; sebagai manusia ia jatuh dan menyeret banyak orang ke jurang tragedi.

“Yang Maha Ironi” telah memperdayakannya hingga keliang kubur tanpa ampun! Semoga kita terhindar dari yang demikian.
Waspadalah !

*) Mathori A Elwa adalah Penyair dan Editor Buku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar