Dantje S Moeis
Riau Pos, 8 Juli 2012
PERJALANAN dalam kehidupan ini adalah peristiwa, yang tentu pasti pada rangkaian-rangkaian peristiwa itu, ada sesuatu yang boleh dipetik, boleh diambil manfaatnya, lalu kemudian hasil dari petikan itu boleh dimanfaatkan buat kehidupan, boleh ditimbang-timbang, dinilai baik buruknya, boleh buat diri sendiri, ataupun boleh berbagi dengan pihak-pihak lain.
Dalam tulisan ini, ada dua hasil petikan dalam perjalanan berkesenian saya. Kedua-duanya dalam bentuk pameran yang diselenggarakan lembaga formal pengelola kesenian di daerah ini. Lembaga pertama yaitu Dewan Kesenian Riau (DKR) yang menyelenggarakan dan tampaknya sesuai program rutin mereka yaitu peristiwa bertajuk ‘’Bentang Karya Senirupa se-Riau 2007” dan ‘’Pameran Senirupa se-Sumatera’’ sempena Pameran dan Pergelaran Seni se-Sumatera X yang diselenggarakan Balai Kajian dan Pelatihan, Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau di tahun berikutnya.
Dua helat yang cukup besar menurut pengamatan saya dan seyogianya dapat dijadikan tolok ukur sampai sejauh mana perkembangan senirupa Riau atau Sumatera hingga akhir-akhir ini. Namun harapan ini tak serta merta total terpenuhi dan tampaknya berlanjut hingga kini. Ada beberapa hal yang jadi faktor ketidakterpenuhan tersebut, antara lain petikan pertama yang layak buat ditimbang-timbang yaitu, tidak munculnya beberapa nama dengan karya-karyanya yang selama ini cukup kuat dan dapat dijadikan indikator kemajuan, atau paling tidak dapat jadi catatan penting bagi perkembangan senirupa Riau maupun Sumatera. Saya yakin kita semua tak hendak adanya pemiskinan tampilan karya senirupa yang terlihat sudah cukup beragam, lengkap dengan dinamika penampakan dan problematika proses.
Kemudian petikan kedua, ada beberapa faktor yang harus mulai dipertimbangkan penyelenggara kegiatan senirupa di Riau ini, kini dan seterusnya, yang saya anggap baik buat dijadikan catatan atau pertimbangan dari peristiwa perjalanan yang saya lakukan pada tahun-tahun sebelumnya, yang saya rasa mutlak harus dibagi dengan pihak-pihak lain, dalam hal ini rekan-rekan seniman atau penyelenggara senirupa.
Perihal perlunya sistem kuratorial bagi setiap peristiwa penampakan karya-karya senirupa. Banyak orang tentu tahu sesuai makna leksikal dari kata kurator, seperti juga tiap orang dapat memahaminya hanya dengan membalik helai-helai halaman kamus sederhana berbahasa Inggris. Kurator di sana berarti direktur, pegawai, pengurus, pengawas, atau bisa jadi penjaga gudang sebuah museum besar, gedung pameran atau galeri besar yang menajemennya sudah sedemikian terbiasa dengan kesempurnaan.
Khusus untuk kepentingan dunia senirupa, kata kurator memperoleh perluasan makna, dengan tingkatan fungsi jadi lebih tinggi, lebih bergengsi dan menentukan ketimbang direktur, pengawas dan tentu saja, penjaga gudang. Di dunia senirupa modern, perupa diposisikan sebagai kreator kebudayaan. Perupa dengan cap modern, sesuai makna inti kata tersebut, tentu saja beritikad terus menerus melakukan pembaharuan, pencarian, eksplorasi, hingga menemukan sesuatu bentuk baru (kebudayaan) yang kemudian diakui keberadaannya dan berpengaruh luas. Namun kecemerlangan dengan prediket yang disandang, sebenarnya bisa jadi sangat terikat dan tergantung pada komponen-komponen lain. Selain masyarakat seni, komponen-komponen lain itu adalah para pengamat dan pengkaji seni, pelindung seni, sehingga karya seni tak ‘ditafsir-tafsirkan’, diberi makna ‘suka-suka’ atau dibaca dari sisi yang tak terkait, seperti politik, keamanan, kepentingan kelompok, individu dan lain sebagainya. Keterikatan dan ketergantungan itu juga berlaku terhadap para, kolektor, kritikus, sejarawan seni dan kurator.
Boleh mau, boleh tak mau. Di dunia kini, dalam sistem dunia kesenian yang makin rumit, dengan masuknya unsur-unsur global dengan pola kapitalistik tak terelak, peran kurator jadi begitu penting untuk memunculkan, atau menidak-munculkan perupa (kreator) dengan karya tertentu, sehingga kecemerlangan kurator dapat mengangkat atau mungkin sebaliknya, ‘memalapkan’ karya dan senimannya.
Peran penting kurator dan pengaruhnya, dapat dilihat pada pameran-pameran tunggal yang kerap dilakukan Gigih Wiyono, seorang perupa yang pada awal menapakkan jejak senirupanya di Pekanbaru dan kini berkiprah serta punya nama besar di Jakarta. Dari catatan kuratorial, pemerhati, peminat terjembatani ke ruang pemaknaan akan karya-karya senirupa Gigih Wiyono.
Lukisan-lukisan Gigih umumnya memperlihatkan semangat naifis dan beberapa terlihat kecenderungan ke arah primitivisme, yang bermain dalam dunia simbol secara naif. Tapi, terlihat pula beberapa lukisannya yang memperlihatkan abstraksi dari simbol-simbol tertentu, sehingga menyebabkan pencitraan yang sukar dicerna. Beberapa dari simbol-simbol yang tertera pada karya senirupanya (lukisan ataupun patung) berhubungan dengan pengalaman yang sangat personal.
Dari dialog yang dilakukan kurator dengan Gigih, diketahuilah bahwa ia akan mengawali proses berkaryanya jika terlebih dulu tersentuh akan suatu kejadian. Mencoba mendekati kejadian melalui berbagai media, atau datang langsung. Tapi lebih sering ia membaca buku terkait. Katanya, buku itu semata-mata sebagai filter agar karya yang keluar bukanlah perasaan emosional, tapi sebuah karya yang punya nilai. Karya yang terinspirasi kondisi sosial, banyak menggunakan medium instalasi atau performance untuk mempermudah penyampaian gagasannya. Sebab instalasi sebagai medium memiliki kemungkinan lebih besar untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu yang ‘dipikirkan’, tapi memiliki keterbatasan untuk mengabstraksikan sesuatu yang ‘dirasakan’.
Kurator yang menilai karya juga wajib menjelaskan tentang rentang perjalanan berkesenian dari perupa sebagai kelengkapan mutlak dari catatan kuratorialnya. Sehingga masyarakat pemerhati, pengamat dan para kolektor dapat informasi yang jelas di samping penilaian kualitas karya yang ditinjau dari banyak aspek.
Menjadi persyaratan mutlak, sistem kuratorial diberlakukan pada aktivitas-aktivitas besar bentang karya senirupa, seperti Venezia Biennale, Whitney Biennial di New York yang dianggap sebagai cerminan perkembangan senirupa maju Amerika. Begitu pula dengan peristiwa penting, seperti Biennale Havana Cuba, Osaka Triennale Jepang, Gwangju Biennale South Korea. Yang bersifat lokal Nasional seperti Open Biennale Jakarta 2003 dengan kurator Jim Supangkat. Countrybution Biennale Jogjakarta VII, 2003 dengan kurator Hendro Wiyanto. Begitu juga keterpengaruhan besar terhadap kurator dapat dilihat, pada kegiatan-kegiatan besar lelang karya seperti Balai Lelang Christie Singapura, Shothebys Singapura atau Balai Lelang Larasati Jakarta, dimana tugas mereka lebih menukik pada kemampuan penciuman tajam untuk memilih dan memilah karya-karya potensial terjual dengan harga tinggi.
Untuk kepentingan di atas tentulah para kurator senirupa adalah seseorang yang punya kapasitas pengetahuan mengenai isi atau nilai-nilai lebih karya-karya senirupa dalam suatu tempat atau wilayah, baik secara visual ataupun dalam berbagai pemikiran atau muatan makna yang melapisi karya-karya senirupa tersebut.
Lima belas tahun lebih, saya dipercaya atau terpilih sebagai pengurus Dewan Kesenian Riau. Dalam hal ini sesuai kecenderungan minat saya yang berlebih pada satu cabang seni, yaitu senirupa. Kurun waktu 15 tahun adalah rentang waktu yang memadai untuk mempelajari secara empiris, perihal yang berkaitan dengan kurator, pengkurasian atau kuratorial, sesuai bidang tugas yang dipikul walau mungkin masih ada celah-celah kecil yang tak teramati.
Pada kegiatan pengkurasian atau lazim disebut kuratorial, seorang kurator ditunjuk akan bergerak seperti peneliti, dengan basis pengetahuan paling utama yaitu kemampuan menaksir nilai simpanan berharga yang terkandung dalam suatu karya. Sehingga seorang kurator ditunjuk dapat memberi alasan-alasan kuat sebagai landasan pemilihan, mengapa karya itu dapat jadi berharga atau layak ditampilkan. Untuk mencapai ini, ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Pertama, mengumpulkan data referensi baik visual maupun wacana. Kedua, melacak karya-karya dan berinteraksi dengan para senimannya. Dalam proses itulah, kurator bisa menerapkan berbagai macam bingkai acuan atau juga pendekatan yang telah disiapkan sebelumnya atau mungkin juga berkembang, bahkan menemukan ide pendekatan baru untuk menampilkan karya-karya yang diobservasinya.
Kemampuan melacak, kekayaan pendekatan, intuisi yang tajam, serta vitalitas kerja kurator akan menghasilkan penyajian pameran-pameran yang kaya, variatif dan bermakna dalam. Untuk itu, yang bisa dinilai dari kerja kurator adalah bagaimana dia meletakkan pendekatan untuk melihat belantara fenomena kesenian di depannya. Sebagai contoh, belantara fenomena seni rupa bisa dikemas dengan pendekatan sejarah linear. Bisa juga diiris-iris dengan berbagai pendekatan konseptual apalagi yang sedang ‘hangat’ dan punya ‘nilai komersial’ dalam konteks kegiatan lelang. Tak beda jauh dari peruntukan lelang, untuk bentang karya pameran, sistem kuratorial seperti di atas mutlak diperhatikan, disamping hal seperti kecenderungan penggambaran bentuk seumpama, post colonialism, gender dan feminisme, identitas, lokalitas tradisi dan globalisasi dan seterusnya dengan konsep-konsep dicari dan ditemukan, yang bisa diciptakan kurator. Dengan demikian berbagai fenomena seni rupa itu bisa dimaknai lewat penyajian-penyajian pameran.
Dalam kegiatan pameran senirupa se-Sumatera bertajuk ‘’Penampang Senirupa Sumatera-Kekuatan yang Tersembunyi’’ yang diadakan di Galeri Nasional Jakarta, 19-30 Januari 2000, kegiatan ini melalui proses kuratorial bertahap yang dilakukan kurator daerah peserta (termasuk Riau) yang oleh penyelenggara disebut ko-kurator, yang kemudian ditapis lagi oleh kurator tetap Galeri Nasional waktu itu, Suwarno Wisetrotomo. Rambu kuratorial yang dijadikan kendali kurator Suwarno Wisetrotomo, dalam menentukan kelayakan karya yang ditampilkan, walau tak terlalu keras namun punya batasan acuan yang jelas seperti untuk karya-karya yang dianggap sebagai karya pendahulu seperti karya Wakidi, Syamsul Bahar, H A Ramli Dt Rangkayo Sati, Huriah Adam, M Saleh, Aly Umar, MS Hady, A Haris, Noor Saga. Acuan yang dipakai buat karya-karya mereka adalah, menunjukkan ciri lokalitas landscap cantik ranah Sumatera dengan teknik naturalistik khas, kepeloporan dan pengaruh. Selanjutnya untuk karya-karya yang oleh Suwarno Wisetrotomo dikategorikan sebagai pelanjut atau generasi berikut, seperti karya Mangatas Pasaribu, Tety Mirwa, Darvies Rasyidin, Ici Tarmizi, Jafar Rasuh, Zirwen Hazry, Bambang Suroboyo, Dana E Rahmat, Dantje S Moeis, Subarjo dan lain-lainnya. Suwarno Wisetrotomo memperbanyak jumlah rambu kuratorial dan menambah dengan penonjolan problematika proses kreatifitas, menyangkut objek, idiom atau ragam ungkapan, teknik dan lain sebagainya yang lebih kompleks. (Katalogus; catatan Kuratorial).
Yang lebih ideal mendekati kesempurnaan, dalam proses kuratorial ada dialog mendalam antara kurator dan seniman, dengan karya-karya dan konsep-konsep, atau pendekatan yang dipakai kurator. Dengan proses demikian, pameran jadi tak sekadar menampilkan karya apa adanya, atau ajang pameran hanya sebagai penampakan kerja seniman dalam kurun waktu tertentu, namun seyogianya jadi suatu forum produktif makna. Dalam forum demikian, produksi makna akan terus berkembang ketika komponen-komponen dunia seni yang lain dengan antusias ikut menyambutnya. Namun, walau kerja kuratorial meliputi syarat-syarat penelitian, tapi ujung-ujung niatnya, sebenarnya jauh dari sekadar membangun teori. Kerja kuratorial lebih berusaha menggali makna-makna karya seni lewat penyajian pameran. Untuk menandai makna tersebut maka jadi syarat mutlak adanya tulisan pengantar kuratorial dalam pameran. Tulisan itu berfungsi mempertanggungjawabkan pandangan dan pendapat kurator terhadap pendekatan atau konsep, maupun alat-alat analitik yang dipilihnya, sehingga lahir pilihan tema pameran seperti yang disajikan. Dengan demikian kerja kuratorial bukan hanya sekadar menulis pengantar pameran di katalogus atau juga menampilkan karya-karya. Selain itu tentu saja kurator juga bukan juru bicara seniman, art dealer atau sejenis humas galeri atau pameran.
Terlihat jelas dari paparan di atas, tergambar nilai-nilai, cenderung positif dari pola kuratorial buat para kreator perupa, masyarakat peminat senirupa dan pemerhati dan tentu juga pedagang karya seni. Tapi, dalam kerumitan jaringan global yang bisa memaksa dengan kekuatan kapitalismenya, potensi-potensi kuratorial itu bisa mendikte para seniman. Secara sederhana bisa tumbuh suatu selera seni yang dihembuskan para kurator yang berpengaruh. Dengan kondisi demikian, apa benar tak ada upaya sadar seniman supaya karya-karyanya masuk dalam forum-forum biennale bergengsi, dengan cara mempelajari selera para kurator? Bahkan lebih jauh lagi untuk acara pameran-pameran berkala di tingkat daerah sekalipun, seniman-seniman telah didikte dengan tema-tema yang telah dibuat para kurator. Dengan demikian, akhirnya para perupa harus jadi seniman ‘dalam rangka’ menerjemahkan fatwa para kurator. Dalam kondisi yang demikian, ketika semua pameran penting selalu ‘dihadang’ sang kurator, maka bagi seniman yang kehilangan kepercayaan diri akan mati langkah. Apalagi sekarang nilai-nilai sistem globalisasi yang menyeragamkan norma dan ukuran estetik maupun standar penyelenggaraan pameran itu, mulai banyak dianut oleh tiap institusi kesenian di wilayah-wilayah daerah sekalipun. Untuk mengimbangi kecenderungan itu, pihak penyelenggara sebagai pemegang teraju, tentu diharap dapat betul-betul memilih dan menilai sosok kurator yang betul-betul berkemampuan, layak diajak bekerja-sama dan tentu saja sangat dedikatif dalam upaya pemurnian nilai karya-karya seni.
*) Dantje S Moeis, lahir di Rengat, Indragiri Hulu Riau, adalah pekerja seni, redaktur majalah budaya Sagang, dosen Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR) Pekanbaru.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2012/07/memaknai-dua-pameran-besar.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan
A Mustofa Bisri
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Khoirul Anam
A. Kurnia
A. Syauqi Sumbawi
A. Zakky Zulhazmi
A.C. Andre Tanama
A.H. J Khuzaini
A.H.J Khuzaini
A.S Laksana
A.S. Laksana
Abdul Hadi WM
Abdul Kirno Tanda
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acrylic on Canvas
Addi Mawahibun Idhom
Ade P. Marboen
Adib Baroya
Adib Muttaqin Asfar
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agunghima
Agus Aris Munandar
Agus Buchori
Agus Prasmono
Agus Priyatno
Agus R. Subagyo
Agus Setiawan
Agus Sulton
AH J Khuzaini
Ahmad Damanik
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Wiyono
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fitriyah
Ajip Rosidi
Akhmad Marsudin
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al Mahfud
Alex R Nainggolan
Ali Nasir
Ali Soekardi
Alunk Estohank
Amanche Franck Oe Ninu
Aming Aminoedhin
Anakku Inspirasiku
Anang Zakaria
Andhi Setyo Wibowo
AndongBuku #3
Andri Awan
Andry Deblenk
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Antologi Puisi Kalijaring
Antologi Sastra Lamongan
Anton Kurnia
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Syueb Tandjung
Aprillia Ika
Aprillia Ramadhina
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Arif 'Minke' Setiawan
Arim Kamandaka
Aris Setiawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Aryo Wisanggeni G
Asap Studio
Asarpin
Asrizal Nur
Awalludin GD Mualif
Ayu Sulistyowati
Aziz Abdul Gofar
Bale Aksara
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Banyuwangi
Bara Pattyradja
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benni Indo
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Lukisan
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Bidan Romana Tari
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bisnis
Bondowoso
Bre Redana
Brunel University London
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chicilia Risca
Coronavirus
Cover Buku
COVID-19
Cucuk Espe
D. Kemalawati
Dadang Ari Murtono
Dadang Sunendar
Damar Juniarto
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Dedi Gunawan Hutajulu
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak
Desa Glogok Karanggeneng
Dessy Wahyuni
Dewi Yuliati
Dhanu Priyo Prabowo
Dhoni Zustiyantoro
Dian Sukarno
Dien Makmur
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Doddy Hidayatullah
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwijo Maksum
Edeng Syamsul Ma’arif
Efendi Ari Wibowo
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Israhayu
Emha Ainun Nadjib
Endang Kusumastuti
Eni S
Eppril Wulaningtyas R
Erdogan
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Faizal Af
Fajar Setiawan Roekminto
Farah Noersativa
Fathoni
Fedli Azis
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Fikram Farazdaq
Forum Santri Nasional (FSN)
FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo
Galeri Lukisan Z Musthofa
Galuh Tulus Utama
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Ananda
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Golan-Mirah
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Bahaudin
H.B. Jassin
Halim HD
Hamzah Sahal
Handoyo El Jeffry
Happy Susanto
Hardi Hamzah
Haris Firdaus
Haris Saputra
Harun Syafii bin Syam
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hendra Sugiantoro
Hengky Ola Sura
Heri Kris
Heri Ruslan
Herry Mardianto
Heru Maryono
Hilmi Abedillah
Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo)
Holy Adib
htanzil
Hudan Nur
Husin
I Nyoman Suaka
IAIN Ponorogo
Ibnu Wahyudi
Idayati
Idi Subandy Ibrahim
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ilham Yusardi
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Indigo Art Space
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indri Widiyanti
Inti Rohmatun Ni'mah
Inung Setyami
Irfan El Mardanuzie
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Isnatin Ulfah
Isti Rohayanti
Istiqomatul Hayati
Jadid Al Farisy
Jafar M Sidik
Jakob Sumardjo
Janual Aidi
Jawapos
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jember
Jember Gemar Membaca
JIERO CAFE
Jihan Fauziah
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Syahputra
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Jurnalisme Sastrawi
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin
Kabar Pelukis
Kalimat Tubuh
Kang Daniel
Kartika Foundation
Karya Lukisan: Z Musthofa
Kasnadi
Kedai Kopi Sastra
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KH. M. Najib Muhammad
KH. Marzuki Mustamar
Khadijah
Khaerul Anwar
Khairul Mufid Jr
Khansa Arifah Adila
Khawas Auskarni
Khudori Husnan
Khulda Rahmatia
Ki Ompong Sudarsono
Kim Ngan
Kitab Arbain Nawawi
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sablon Ponorogo
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Korban Gempa
Koskow
Kostela
KPRI IKMAL Lamongan
Kritik Sastra
Kue Kacang
Kue Kelapa Pandan
Kue Lebaran Edisi 2013
Kue Nastar Keju
Kue Nastar Keranjang
Kue Pastel
Kue Putri Salju
Kue Semprit
Kurnia Sari Aziza
Kuswaidi Syafi'ie
L Ridwan Muljosudarmo
Lagu
Laksmi Shitaresmi
Lamongan Jawa Timur
Landscape Hutan Bojonegoro
Landscape Rumah Blora
Lathifa Akmaliyah
Legenda
lensasastra.id
Lie Charlie
Linda Christanty
Linus Suryadi AG
Literasi
Lombok Utara
Lucia Idayani
Ludruk Karya Budaya
Lukas Adi Prasetyo
Lukisan Andry Deblenk
Lukisan Karya: Rengga AP
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari
Lukisan Sugeng Ariyadi
Lukman Santoso Az
Lumajang
Lusiana Indriasari
Lutfi Rakhmawati
M Khoirul Anwar KH
M Nafiul Haris
M. Afif Hasbullah
M. Afifuddin
M. Fauzi Sukri
M. Harir Muzakki
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lutfi
M. Mustafied
M. Riyadhus Solihin
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Mahamuda
Mahendra
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Maimun Zubair
Makalah Tinjauan Ilmiah
Makyun Subuki
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Mario F. Lawi
Martin Aleida
Mashdar Zainal
Mashuri
Masuki M. Astro
Masyhudi
Mathori A Elwa
Matroni El-Moezany
Maulana Syamsuri
Media Ponorogo
Media: Crayon on Paper
Media: Pastel on Paper
Mei Anjar Wintolo
Melukis
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mien Uno
Miftakhul F.S
Mihar Harahap
Mila Setyani
Misbahus Surur
Mix Media on Canvas
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh. Jauhar al-Hakimi
Mohammad Ali Athwa
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Alimudin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Subarkah
Muhammad Wahidul Mashuri
Muhammad Yasir
MUI
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukani
Mukhsin Amar
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Musa Ismail
Muslim Abdurrahman
Naskah Teater
Neva Tuhella
Nezar Patria
Nidhom Fauzi
Niduparas Erlang
Ninuk Mardiana Pambudy
Nirwan Ahmad Arsuka
Noor H. Dee
Novel Pekik
Novel-novel bahasa Jawa
Nur Ahmad Salman H
Nur Hidayati
Nur Wachid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyiayu Hesty Susanti
Obrolan
Oil on Canvas
Olimpiade Sastra Indonesia 2013
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Paguyuban Seni Teater Ponorogo
Pameran Lukisan MADIUN OBAH
Pameran Seni Lukis
Pameran Seni Rupa
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Paring Waluyo Utomo
Pasuruan
PDS H.B. Jassin
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Ponorogo Z Musthofa
Pelukis Rengga AP
Pelukis Senior Tarmuzie
Pelukis Unik di Ponorogo
Pemancingan Betri
Pendhapa Art Space
Penerbit SastraSewu
Pengajian
Pengetahuan
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pito Agustin Rudiana
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Probolinggo
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Prof Dr Soediro Satoto
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Purnawan Andra
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putri Asyuro' Rizqiyyah
Putu Fajar Arcana
R.Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Rahmat Sularso Nh
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ranang Aji SP
Rasanrasan Boengaketji
Ratna
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Rengga AP
Resensi
Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992
Reyog dalam Lukisan Kaca
Ribut Wijoto
Ridha Arham
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Ris Pasha
Rizka Halida
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Romi Zarman
Rosi
Rosidi Tanabata
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rx King Motor
S Prasetyo Utomo
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahlan Bahuy
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Samsudin Adlawi
Samsul Bahri
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Shor Zhambou
Santi Maulidah
Sapardi Djoko Damono
Sapto HP
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastri Bakry
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Self Portrait
Senarai Pemikiran Sutejo
Seni Ambeng Ponorogo
Seniman Tanah Merah Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Budhi
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindhunata
Situbondo
Siwi Dwi Saputro
SMP Negeri 1 Madiun
Soediro Satoto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sonia Fitri
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Spirit of body 1
Spirit of body 2
Spirit of body 3
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Stefanus P. Elu
STKIP PGRI Ponorogo
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugeng Ariyadi
Suharwedy
Sujarwoko
Sujiwo Tedjo
Sukitman
Sumani
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Switzy Sabandar
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Tamrin Bey
TanahmeraH ArtSpace
Tangguh Pitoyo
Taufik Ikram Jamil
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater nDrinDinG
Teaterikal
Teguh Winarsho AS
Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tiyasa Jati Pramono
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
To Take Delight
Tosa Poetra
Toto Gutomo
Tri Andhi Suprihartono
Tri Harun Syafii
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
UKM Teater Yakuza '54
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Untung Wahyudi
Usman Arrumy
Usman Awang
Ustadz Chris Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wachid Nuraziz Musthafa
Warih Wisatsana
Warung Boengaketjil
Wawan Pinhole
Wawancara
Widhyanto Muttaqien
Widya Oktaviani
Wisnu Hp
Wita Lestari
Wuri Kartiasih
Yeni Pitasari
Yerusalem Ibu Kota Palestina
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yosep Arizal L
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
YS Rat
Yuditeha
Yuli
Yulia Sapthiani
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Z. Mustopa
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zaki Zubaidi
Zehan Zareez
Zulfian Ebnu Groho
Zulfikar Fu’ad
Zulkarnain Siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar