Minggu, 30 September 2012

Memaknai Dua Pameran (Besar)

Dantje S Moeis
Riau Pos, 8 Juli 2012

PERJALANAN dalam kehidupan ini adalah peristiwa, yang tentu pasti pada rangkaian-rangkaian peristiwa itu, ada sesuatu yang boleh dipetik, boleh diambil manfaatnya, lalu kemudian hasil dari petikan itu boleh dimanfaatkan buat kehidupan, boleh ditimbang-timbang, dinilai baik buruknya, boleh buat diri sendiri, ataupun boleh berbagi dengan pihak-pihak lain.

Dalam tulisan ini, ada dua hasil petikan dalam perjalanan berkesenian saya. Kedua-duanya dalam bentuk pameran yang diselenggarakan lembaga formal pengelola kesenian di daerah ini. Lembaga pertama yaitu Dewan Kesenian Riau (DKR) yang menyelenggarakan dan tampaknya sesuai program rutin mereka yaitu peristiwa bertajuk ‘’Bentang Karya Senirupa se-Riau 2007” dan ‘’Pameran Senirupa se-Sumatera’’ sempena Pameran dan Pergelaran Seni se-Sumatera X yang diselenggarakan Balai Kajian dan Pelatihan, Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau di tahun berikutnya.

Dua helat yang cukup besar menurut pengamatan saya dan seyogianya dapat dijadikan tolok ukur sampai sejauh mana perkembangan senirupa Riau atau Sumatera hingga akhir-akhir ini. Namun harapan ini tak serta merta total terpenuhi dan tampaknya berlanjut hingga kini. Ada beberapa hal yang jadi faktor ketidakterpenuhan tersebut, antara lain petikan pertama yang layak buat ditimbang-timbang yaitu, tidak munculnya beberapa nama dengan karya-karyanya yang selama ini cukup kuat dan dapat dijadikan indikator kemajuan, atau paling tidak dapat jadi catatan penting bagi perkembangan senirupa Riau maupun Sumatera. Saya yakin kita semua tak hendak adanya pemiskinan tampilan karya senirupa yang terlihat sudah cukup beragam, lengkap dengan dinamika penampakan dan problematika proses.

Kemudian petikan kedua, ada beberapa faktor yang harus mulai dipertimbangkan penyelenggara kegiatan senirupa di Riau ini, kini dan seterusnya, yang saya anggap baik buat dijadikan catatan atau pertimbangan dari peristiwa perjalanan yang saya lakukan pada tahun-tahun sebelumnya, yang saya rasa mutlak harus dibagi dengan pihak-pihak lain, dalam hal ini rekan-rekan seniman atau penyelenggara senirupa.

Perihal perlunya sistem kuratorial bagi setiap peristiwa penampakan karya-karya senirupa. Banyak orang tentu tahu sesuai makna leksikal dari kata kurator, seperti juga tiap orang dapat memahaminya hanya dengan membalik helai-helai halaman kamus sederhana berbahasa Inggris. Kurator di sana berarti direktur, pegawai, pengurus, pengawas, atau bisa jadi penjaga gudang sebuah museum besar, gedung pameran atau galeri besar yang menajemennya sudah sedemikian terbiasa dengan kesempurnaan.

Khusus untuk kepentingan dunia senirupa, kata kurator memperoleh perluasan makna, dengan tingkatan fungsi jadi lebih tinggi, lebih bergengsi dan menentukan ketimbang direktur, pengawas dan tentu saja, penjaga gudang. Di dunia senirupa modern, perupa diposisikan sebagai kreator kebudayaan. Perupa dengan cap modern, sesuai makna inti kata tersebut, tentu saja beritikad terus menerus melakukan pembaharuan, pencarian, eksplorasi, hingga menemukan sesuatu bentuk baru (kebudayaan) yang kemudian diakui keberadaannya dan berpengaruh luas. Namun kecemerlangan dengan prediket yang disandang, sebenarnya bisa jadi sangat terikat dan tergantung pada komponen-komponen lain. Selain masyarakat seni, komponen-komponen lain itu adalah para pengamat dan pengkaji seni, pelindung seni, sehingga karya seni tak ‘ditafsir-tafsirkan’, diberi makna ‘suka-suka’ atau dibaca dari sisi yang tak terkait, seperti politik, keamanan, kepentingan kelompok, individu dan lain sebagainya. Keterikatan dan ketergantungan itu juga berlaku terhadap para, kolektor, kritikus, sejarawan seni dan kurator.

Boleh mau, boleh tak mau. Di dunia kini, dalam sistem dunia kesenian yang makin rumit, dengan masuknya unsur-unsur global dengan pola kapitalistik tak terelak, peran kurator jadi begitu penting untuk memunculkan, atau menidak-munculkan perupa (kreator) dengan karya tertentu, sehingga kecemerlangan kurator dapat mengangkat atau mungkin sebaliknya, ‘memalapkan’ karya dan senimannya.

Peran penting kurator dan pengaruhnya, dapat dilihat pada pameran-pameran tunggal yang kerap dilakukan Gigih Wiyono, seorang perupa yang pada awal menapakkan jejak senirupanya di Pekanbaru dan kini berkiprah serta punya nama besar di Jakarta. Dari catatan kuratorial, pemerhati, peminat terjembatani ke ruang pemaknaan akan karya-karya senirupa Gigih Wiyono.

Lukisan-lukisan Gigih umumnya memperlihatkan semangat naifis dan beberapa terlihat kecenderungan ke arah primitivisme, yang bermain dalam dunia simbol secara naif. Tapi, terlihat pula beberapa lukisannya yang memperlihatkan abstraksi dari simbol-simbol tertentu, sehingga menyebabkan pencitraan yang sukar dicerna. Beberapa dari simbol-simbol yang tertera pada karya senirupanya (lukisan ataupun patung) berhubungan dengan pengalaman yang sangat personal.

Dari dialog yang dilakukan kurator dengan Gigih, diketahuilah bahwa ia akan mengawali proses berkaryanya jika terlebih dulu tersentuh akan suatu kejadian. Mencoba mendekati kejadian melalui berbagai media, atau datang langsung. Tapi lebih sering ia membaca buku terkait. Katanya, buku itu semata-mata sebagai filter agar karya yang keluar bukanlah perasaan emosional, tapi sebuah karya yang punya nilai. Karya yang terinspirasi kondisi sosial, banyak menggunakan medium instalasi atau performance untuk mempermudah penyampaian gagasannya. Sebab instalasi sebagai medium memiliki kemungkinan lebih besar untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu yang ‘dipikirkan’, tapi memiliki keterbatasan untuk mengabstraksikan sesuatu yang ‘dirasakan’.

Kurator yang menilai karya juga wajib menjelaskan tentang rentang perjalanan berkesenian dari perupa sebagai kelengkapan mutlak dari catatan kuratorialnya. Sehingga masyarakat pemerhati, pengamat dan para kolektor dapat informasi yang jelas di samping penilaian kualitas karya yang ditinjau dari banyak aspek.

Menjadi persyaratan mutlak, sistem kuratorial diberlakukan pada aktivitas-aktivitas besar bentang karya senirupa, seperti Venezia Biennale, Whitney Biennial di New York yang dianggap sebagai cerminan perkembangan senirupa maju Amerika. Begitu pula dengan peristiwa penting, seperti Biennale Havana Cuba, Osaka Triennale Jepang, Gwangju Biennale South Korea. Yang bersifat lokal Nasional seperti Open Biennale Jakarta 2003 dengan kurator Jim Supangkat. Countrybution Biennale Jogjakarta VII, 2003 dengan kurator Hendro Wiyanto. Begitu juga keterpengaruhan besar terhadap kurator dapat dilihat, pada kegiatan-kegiatan besar lelang karya seperti Balai Lelang Christie Singapura, Shothebys Singapura atau Balai Lelang Larasati Jakarta, dimana tugas mereka lebih menukik pada kemampuan penciuman tajam untuk memilih dan memilah karya-karya potensial terjual dengan harga tinggi.

Untuk kepentingan di atas tentulah para kurator senirupa adalah seseorang yang punya kapasitas pengetahuan mengenai isi atau nilai-nilai lebih karya-karya senirupa dalam suatu tempat atau wilayah, baik secara visual ataupun dalam berbagai pemikiran atau muatan makna yang melapisi karya-karya senirupa tersebut.

Lima belas tahun lebih, saya dipercaya atau terpilih sebagai pengurus Dewan Kesenian Riau. Dalam hal ini sesuai kecenderungan minat saya yang berlebih pada satu cabang seni, yaitu senirupa. Kurun waktu 15 tahun adalah rentang waktu yang memadai untuk mempelajari secara empiris, perihal yang berkaitan dengan kurator, pengkurasian atau kuratorial, sesuai bidang tugas yang dipikul walau mungkin masih ada celah-celah kecil yang tak teramati.

Pada kegiatan pengkurasian atau lazim disebut kuratorial, seorang kurator ditunjuk akan bergerak seperti peneliti, dengan basis pengetahuan paling utama yaitu kemampuan menaksir nilai simpanan berharga yang terkandung dalam suatu karya. Sehingga seorang kurator ditunjuk dapat memberi alasan-alasan kuat sebagai landasan pemilihan, mengapa karya itu dapat jadi berharga atau layak ditampilkan. Untuk mencapai ini, ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Pertama, mengumpulkan data referensi baik visual maupun wacana. Kedua, melacak karya-karya dan berinteraksi dengan para senimannya. Dalam proses itulah, kurator bisa menerapkan berbagai macam bingkai acuan atau juga pendekatan yang telah disiapkan sebelumnya atau mungkin juga berkembang, bahkan menemukan ide pendekatan baru untuk menampilkan karya-karya yang diobservasinya.

Kemampuan melacak, kekayaan pendekatan, intuisi yang tajam, serta vitalitas kerja kurator akan menghasilkan penyajian pameran-pameran yang kaya, variatif dan bermakna dalam. Untuk itu, yang bisa dinilai dari kerja kurator adalah bagaimana dia meletakkan pendekatan untuk melihat belantara fenomena kesenian di depannya. Sebagai contoh, belantara fenomena seni rupa bisa dikemas dengan pendekatan sejarah linear. Bisa juga diiris-iris dengan berbagai pendekatan konseptual apalagi yang sedang ‘hangat’ dan punya ‘nilai komersial’ dalam konteks kegiatan lelang. Tak beda jauh dari peruntukan lelang, untuk bentang karya pameran, sistem kuratorial seperti di atas mutlak diperhatikan, disamping hal seperti kecenderungan penggambaran bentuk seumpama, post colonialism, gender dan feminisme, identitas, lokalitas tradisi dan globalisasi dan seterusnya dengan konsep-konsep dicari dan ditemukan, yang bisa diciptakan kurator. Dengan demikian berbagai fenomena seni rupa itu bisa dimaknai lewat penyajian-penyajian pameran.

Dalam kegiatan pameran senirupa se-Sumatera bertajuk ‘’Penampang Senirupa Sumatera-Kekuatan yang Tersembunyi’’ yang diadakan di Galeri Nasional Jakarta, 19-30 Januari 2000, kegiatan ini melalui proses kuratorial bertahap yang dilakukan kurator daerah peserta (termasuk Riau) yang oleh penyelenggara disebut ko-kurator, yang kemudian ditapis lagi oleh kurator tetap Galeri Nasional waktu itu, Suwarno Wisetrotomo. Rambu kuratorial yang dijadikan kendali kurator Suwarno Wisetrotomo, dalam menentukan kelayakan karya yang ditampilkan, walau tak terlalu keras namun punya batasan acuan yang jelas seperti untuk karya-karya yang dianggap sebagai karya pendahulu seperti karya Wakidi, Syamsul Bahar, H A Ramli Dt Rangkayo Sati, Huriah Adam, M Saleh, Aly Umar, MS Hady, A Haris, Noor Saga. Acuan yang dipakai buat karya-karya mereka adalah, menunjukkan ciri lokalitas landscap cantik ranah Sumatera dengan teknik naturalistik khas, kepeloporan dan pengaruh. Selanjutnya untuk karya-karya yang oleh Suwarno Wisetrotomo dikategorikan sebagai pelanjut atau generasi berikut, seperti karya Mangatas Pasaribu, Tety Mirwa, Darvies Rasyidin, Ici Tarmizi, Jafar Rasuh, Zirwen Hazry, Bambang Suroboyo, Dana E Rahmat, Dantje S Moeis, Subarjo dan lain-lainnya. Suwarno Wisetrotomo memperbanyak jumlah rambu kuratorial dan menambah dengan penonjolan problematika proses kreatifitas, menyangkut objek, idiom atau ragam ungkapan, teknik dan lain sebagainya yang lebih kompleks. (Katalogus; catatan Kuratorial).

Yang lebih ideal mendekati kesempurnaan, dalam proses kuratorial ada dialog mendalam antara kurator dan seniman, dengan karya-karya dan konsep-konsep, atau pendekatan yang dipakai kurator. Dengan proses demikian, pameran jadi tak sekadar menampilkan karya apa adanya, atau ajang pameran hanya sebagai penampakan kerja seniman dalam kurun waktu tertentu, namun seyogianya jadi suatu forum produktif makna. Dalam forum demikian, produksi makna akan terus berkembang ketika komponen-komponen dunia seni yang lain dengan antusias ikut menyambutnya. Namun, walau kerja kuratorial meliputi syarat-syarat penelitian, tapi ujung-ujung niatnya, sebenarnya jauh dari sekadar membangun teori. Kerja kuratorial lebih berusaha menggali makna-makna karya seni lewat penyajian pameran. Untuk menandai makna tersebut maka jadi syarat mutlak adanya tulisan pengantar kuratorial dalam pameran. Tulisan itu berfungsi mempertanggungjawabkan pandangan dan pendapat kurator terhadap pendekatan atau konsep, maupun alat-alat analitik yang dipilihnya, sehingga lahir pilihan tema pameran seperti yang disajikan. Dengan demikian kerja kuratorial bukan hanya sekadar menulis pengantar pameran di katalogus atau juga menampilkan karya-karya. Selain itu tentu saja kurator juga bukan juru bicara seniman, art dealer atau sejenis humas galeri atau pameran.

Terlihat jelas dari paparan di atas, tergambar nilai-nilai, cenderung positif dari pola kuratorial buat para kreator perupa, masyarakat peminat senirupa dan pemerhati dan tentu juga pedagang karya seni. Tapi, dalam kerumitan jaringan global yang bisa memaksa dengan kekuatan kapitalismenya, potensi-potensi kuratorial itu bisa mendikte para seniman. Secara sederhana bisa tumbuh suatu selera seni yang dihembuskan para kurator yang berpengaruh. Dengan kondisi demikian, apa benar tak ada upaya sadar seniman supaya karya-karyanya masuk dalam forum-forum biennale bergengsi, dengan cara mempelajari selera para kurator? Bahkan lebih jauh lagi untuk acara pameran-pameran berkala di tingkat daerah sekalipun, seniman-seniman telah didikte dengan tema-tema yang telah dibuat para kurator. Dengan demikian, akhirnya para perupa harus jadi seniman ‘dalam rangka’ menerjemahkan fatwa para kurator. Dalam kondisi yang demikian, ketika semua pameran penting selalu ‘dihadang’ sang kurator, maka bagi seniman yang kehilangan kepercayaan diri akan mati langkah. Apalagi sekarang nilai-nilai sistem globalisasi yang menyeragamkan norma dan ukuran estetik maupun standar penyelenggaraan pameran itu, mulai banyak dianut oleh tiap institusi kesenian di wilayah-wilayah daerah sekalipun. Untuk mengimbangi kecenderungan itu, pihak penyelenggara sebagai pemegang teraju, tentu diharap dapat betul-betul memilih dan menilai sosok kurator yang betul-betul berkemampuan, layak diajak bekerja-sama dan tentu saja sangat dedikatif dalam upaya pemurnian nilai karya-karya seni.

*) Dantje S Moeis, lahir di Rengat, Indragiri Hulu Riau, adalah pekerja seni, redaktur majalah budaya Sagang, dosen Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR) Pekanbaru.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2012/07/memaknai-dua-pameran-besar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar