Kamis, 27 September 2012

Barongsai, Barong, Reog, Dst

Viddy AD Daery *
Seputar Indonesia, 9 Des 2007

PROTES sekelompok masyarakat Indonesia yang reaktif terhadap dugaan ”Reog dipulung Malaysia” berakhir antiklimaks dan memalukan karena Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta yang mewakili pemerintah negeri jiran itu menjawab bahwa tidak benar Malaysia mengambil alih Reog Ponorogo menjadi milik asli mereka.

Yang terjadi adalah sekelompok besar masyarakat Jawa—sebagian besar asal Ponorogo yang pernah disewa pemerintah penjajah Inggris 1870-an untuk membangun Malaysia sebagai kuli kontrak penggarap hutan menjadi perkebunan kopi dan karet, membawa juga kesenian reog dan wayang kulit, Marhabanan, Ludruk, Ketoprak dan, sebagainya.

Hanya saja,ludruk dan ketoprak kini sudah tidak lagi eksis di Malaysia. Malah, keputusan Pemerintah Malaysia yang terbaru seperti dikatakan Menteri Pariwisata/ Pelancongan Malaysia Tengku Adnan Mansur yang beristri artis Indonesia Enny Beatrice menyatakan bahwa semua kesenian Indonesia akan dihentikan ”penayangannya” oleh pemerintah Malaysia.

Hal itu tentu justru akan merugikan masyarakat Jawa di Malaysia, guru-guru seni Indonesia yang disewa Malaysia,dan para perajin seni yang banyak mendapat pesanan dari Malaysia, sedangkan pesanan dari pemerintah Indonesia sendiri sangat kurang kalau tidak nol besar.

Kesenian Dibawa dan Dikreasi Baru

Kasusnya adalah ada ”mukimin” alias imigran Jawa yang membawa kesenian reog ikut hijrah ke Malaysia. Seperti imigran Jawa dikontrak penjajah Belanda untuk hijrah ke Suriname (Amerika Selatan) sebagai kuli kontrak, mereka membawa kesenian ludruk, melahirkan ”Kabaret Captain Does”.

Selain itu,tahanan tentara sewaan Jawa semasa Perang Banten yang dibuang Belanda ke Sri Lanka dan Afrika Selatan. Di dua tempat itu mereka membawa kesenian debus dan pencak silat. Ada juga imigran Jawa hijrah ke Pulau Christmas dan Pulau Cocos Keeling (di Samudera Indonesia, tetapi masuk wilayah Australia) sebagai kuli kontrak penambangan dolomit dan fosfat, juga hijrah ke New Caledonia (di Samudera Pasifik) sebagai kuli perkebunan tebu.

Mereka membawa wayang kulit.Tetapi, karena yang hijrah adalah para kuli,bukan pakar dalang, mereka ”memodifikasi” wayang kulit versi mereka,hasilnya agak penceng-pencengdan waguserta ceritanya agak sederhana dan ngawur. Kenapa para reaktifis Indonesia tidak memprotes Suriname, Sri Lanka,Afrika Selatan,Australia,New Caledonia, dan sebagainya?

Padahal, jelas-jelas Australia mencetak wayang-wayang versi Melayu-Jawa Samudera Indonesia itu di prangko-prangko filateli Australia.Juga, buku-buku panduan turisme Afrika Selatan selalu menonjolkan masyarakat Melayu-Banten-Jawa sebagai obyek wisata budaya yang mempunyai kesenian debus dan makanan rijstaffel atau nasi campur ala Belanda-Afsel.

Kasus Reog Ponorogo dikreasi imigran Ponorogo menjadi Tari Barong saya kira amat mirip dengan proses wayang kulit Jawa dikreasi menjadi wayang wagu di Pulau Christmas dan Pulau Cocos Keeling. Toh, wayang Indonesia juga mengkreasi wayang India. Untung India tidak pernah memprotes Indonesia di zaman Kerajaan Kediri atau zaman Majapahit dulu. Reog Ponorogo mungkin juga ”diilhami”seni Barongsai dari daratan China karena orang-orang China sudah banyak yang mengembara di Nusantara sejak zaman Singosari, ketika utusan Kubilai Khan disuruh mengancam raja-raja Singosari.

Jadi, benar pepatah ”tak ada yang baru di bumi ini.” Namun,yang perlu kita banggakan, meskipun kita juga bangsa peniru (pemulung juga), kita mampu mengkreasi baru dengan lebih indah dan lebih artistik dari aslinya. Konon, Borobudur meniru Angkor Wat di zaman Raja Campa Indrawarman (kini Kamboja dan Vietnam) yang bersahabat baik dengan raja-raja Mataram kuno.

Tetapi, banyak budayawan yang menilai bahwa Borobudur lebih indah dan lebih halus daripada Angkor Wat. Tentu bisa jadi, orang Campa menilai sebaliknya . Wayang Indonesia sangat luar biasa detail sunggingannya dibanding wayang India dan wayang Thailand, dua sumber yang menjadi inspirasi wayang Indonesia/ Jawa.

Juga kesenian yang diimpor dari Arab dan Turki di zaman pasca-Sunan dan abad sultan-sultan (sekitar abad 16 dan 17 M),misalnya Tari Zapin dan Teater Indra Bangsawan. Toh, Tari Zapin Melayu/Indonesia lebih rumit dan indah daripada zapin asli Arab yang sangat sederhana dan cuma meloncat-loncat.

Tari Zapin ini populer di seluruh wilayah kesultanan Melayu, mulai Jambi, Palembang, Riau, sampai Johor, Malaka, dan seluruh semenanjung Malaya. Maka, orang-orang Jambi, Palembang, dan Riau tidak pernah memprotes Malaysia, mungkin karena mereka lebih sadar keserumpunan ketimbang orang Jawa.

Psikologi Orang Kalah?

Mengapa orang-orang Jawa memprotes Malaysia mulai lagu Rasa Sayange sampai Reog Ponorogo, sementara mereka tidak takut diprotes Amerika waktu para artis Indonesia menyanyi lagu rap dan tari hip-hop serta break dance? Saya kira, penyebabnya, bangsa kita mengidap sindrom ”anti menggaruk kuduk sendiri” dan juga mengalami psikologi orang kalah.

Karena sekian lama dikhianati pemerintahnya sendiri,mereka mencari pelampiasan dengan memusuhi saudaranya yang dikiranya lebih yunior atau lebih lemah. Malaysia adalah murid Indonesia sejak zaman Kerajaan Malaka berguru kepada Majapahit di abad 15, sampai zaman merdeka, bahkan sampai zaman modern karena sampai 1970-an, antara lain di daerah Sabah, ada serombongan petani Indonesia di bawah koordinasi Cak Kadar, budayawan dari Surabaya, yang ditugasi pemerintah Indonesia untuk memberi pelajaran budi daya tanaman kelapa sawit kepada petani Sabah, Malaysia Timur.

Apa yang terjadi sekarang? Kelapa sawit Indonesia jeblok karena mismanagement sehingga dibeli dan dikelola perusahaan kelapa sawit Malaysia. Malaysia memang banyak mendapatkan devisa utama dari perdagangan global minyak bumi, kelapa sawit,dan turisme. Menurut budayawan M Sobary, para wartawan senior Malaysia pernah berguru ke kantor berita Antara Indonesia.

Hanya saja, perlu disayangkan karena kini Sobary menuduh Malaysia maling. Suatu tuduhan yang berbahaya sebelum dibuktikan di pengadilan. Apalagi, Sobary seorang budayawan yang mestinya amat berwawasan luas.Tapi siapa tahu, Sobary juga sedang mengidap psikologi pecundang.

Maka, kondisi sekarang dibalik, Indonesialah yang kini banyakberguruke Malaysia, dengan banyaknya mahasiswa Indonesia belajar di Malaysia dan sangat banyak TKI mengais rezeki ringgit di negeri itu. Meski mereka sangat sering disiksa majikan-majikan etnis China dan India, toh tetap saja mereka ke sana mencari hidup karena Indonesia sendiri tidak bisa memberi harapan hidup karena kekayaan negara dirampok para pemimpin dan komplotannya.

Psikologi orang kalah inilah yang menjadikan sebagian rakyat Indonesia menjadi sensitif dan reaktif dengan proporsi yang kurang mendahulukan akal dan nalar. Memang amat disayangkan, Indonesia yang dipuji secara tepat oleh Koes Plus sebagai ”Kolam Susu” telah memberi manfaat kepada banyak bangsa mulai Arab, China, India, Barat, bahkan sesama rumpun Melayu, sejak zaman awal Masehi bahkan mungkin sebelum Masehi (seperti diceritakan dalam karya sastra Arab kuno ”Sindbad Si Pelaut”), sampai zaman modern kini.

Namun, rakyatnya justru dimiskinkan kezaliman para pemimpinnya sendiri, bagai peribahasa ”Anak ayam mati di lumbung padi”.

Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2007/12/barongsai-barong-reog-dst.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar