Sabtu, 15 Mei 2021

MELONGOK DIRI, MENEMU ILAHI

Djoko Saryono *
 
Teks adalah tenunan kisah dan berita-pikiran yang galibnya dijaga akal dan atau hati. Pada dasarnya ia otonom dan mandiri. Kendati tak terpisahkan, namun ia tak selalu dan melulu bergantung pada penulisnya, apalagi orang lain – pembaca awam ataupun orang ahli. Beda dengan tuturan atau omongan yang hidup dalam dunia kegaduhan banyak orang, teks lebih memilih hidup dalam dunia kebeningan, ketenangan, keheningan, kekhusyukan, bahkan kesenyapan yang bermakna. Justru di situlah teks dapat terus hidup berbiak, melintasi waktu dan zaman. Seolah memiliki kaki, ia bergerak dan berderap hingga jauh sekali, menyapa sekian banyak anak manusia sebagai subjek pembaca, penafsir dan atau penggubah.
 
Tak heran, teks-teks yang agung, indah, bermakna dan berguna bagi kehidupan manusia senantiasa awet, bahkan langgeng, melintasi zaman dan gugusan kebudayaan dan peradaban manusia. Teks-teks yang bernas, elok, dan memukau selalu dicari, dibaca, ditafsirkan, digali, dan didulang oleh banyak orang. Begitulah, setiap teks yang mencahayakan keagungan, keindahan, kecemerlangan, dan kegemilangan akan selalu digali, ditafsir, dirujuk, dan diteladani oleh banyak orang dari pelbagai lintasan zaman dan budaya berbeda.
 
Tentulah semua sepakat bahwa semua itu telah dibuktikan oleh teks al-Asmaul al-Husna atau kerap dieja Asmaul Husna. Teks Asmaul Husna adalah sebuah kisah dan berita-pikiran menakjubkan tentang nama-nama Allah yang agung, indah, cemerlang, dan gemilang yang perlu diketahui dan dijaga oleh setiap muslim. Jelaslah ia bukan pulungan atau comotan gagasan atau pikiran orang lain;  jelas pula ia juga bukan jahitan gagasan atau pikiran orang lain. Ia adalah sebuah teks ilahiah atau religius yang orisinal dan otentik yang tiada duanya yang berhulu sekaligus bermuara pada kitab suci. Tak heran, teks tersebut mampu bergerak dan berderap melintasi masa-masa yang mengagungkannya dan menyepelekannya; menyapa sekian banyak generasi manusia yang berhasrat mengkhatamkan kisah dan berita-pikiran di dalamnya, sekian banyak anak manusia yang justru hendak melupakan, bahkan meninggalkannya. Ini semua lantaran horison harapan tiap anak manusia berbeda-beda dalam melihat teks Asmaul Husna.
 
Tak ayal, dalam sepanjang keberadaannya hingga sekarang, teks Asmaul Husna dirujuk dan dipedomani sekaligus dilupakan dan ditinggalkan oleh anak manusia; diawetkan dan diabadikan sekaligus dicoba dilupakan dan ditinggalkan. Tapi, kita tahu, teks adalah dunia keberaksaraan, yang tak gampang dilupakan, juga tak gampang dihilangkan atau dilenyapkan oleh siapapun makhluk. Telah terbukti, dunia keberaksaraan menjadi tempat berkubu dan bertiwikrama teks. Dengan gamblang sekarang kita melihat teks Asmaul Husna selalu bertiwikrama: kian lama kian membesar, menjelma beribu-ribu, bahkan berjuta teks. Ini membuktikan ia benar-benar awet, bahkan langgeng.
 
Kenapa sebuah teks dapat awet atau langgeng? Sebuah teks dapat awet atau langgeng lantaran keterbukaan teks itu. Ketertutupan sebuah teks hanya mengakibatkan kematian teks. Kita tahu, teks Asmaul Husna adalah sebuah teks terbuka, bukan tertutup. Sebagai teks terbuka, ia selalu siap dan bebas dibaca dan ditafsirkan, bahkan dirujuk dan dipedomani untuk berbagai-bagai kepentingan atau maksud, mulai penyembuhan sampai dengan puitik-estetik. Hingga sekarang, sudah barang tentu, telah ada beribu-ribu hasil pembacaan dan penafsiran teks Asmaul Husna.
 
Kumpulan puisi religius Tadjudin Nur bertajuk Senandung Sanubari ini adalah sebuah hasil pembacaan dan penafsiran terhadap bentuk, isi, dan fungsi teks Asmaul Husna. Kumpulan puisi religius Tadjudin Nur ini telah menjadikan teks Asmaul Husna sebagai rujukan dan pedoman tunggal puitika/estetika: teks Asmaul Husna adalah lautan yang diciduk puitika/estetikanya oleh Tadjudin untuk menghasilkan puisi-puisi dalam teks Senandung Sanubari. Kumpulan puisi ini tak lain adalah teks penerimaan puitis/estetis atas teks Asmaul Husna. Teks penerimaan puitis/estetis ini bisa menjadi energi kehidupan baru bagi teks Asmaul Husna pada satu sisi dan pada sisi lain teks Asmaul Husna menjadi energi utama kehidupan teks Senandung Sanubari. Begitulah, teks Asmaul Husna dan teks Senandung Sanubari senantiasa bersama menari-nari dalam permainan teks.
 
Kenapa teks Asmaul Husna awet atau langgeng dalam permainan teks yang terus-menerus dan malah melahirkan teks penerimaan yang demikian banyak, di antaranya teks Senandung Sanubari karya Tadjudin Nur ini? Pertama-tama, sebab ia teks religius atau ilahiah yang menyelamatkan kelangsungan hidup anak manusia yang membeberkan bukan saja keagungan dan keindahan nama-nama Allah, tetapi juga memberitahukan janji keselamatan manusia bilamana menjaga Asmaul Husna. Maka, tak heran, manusia senantiasa lebur atau sirna dalam pukau Asmaul Husna.
 
Tadjudin Nur adalah anak manusia yang juga lebur atau sirna dalam pukau Asmaul Husna yang kemudian menggerakkan pikir, hati, dan tangannya untuk menggubah teks Senandung Sanubari. Kedua, sebagai teks ilahiah yang bersumbu keagungan dan keindahan nama Allah, ia sungguh menyegarkan, menggugah, memberdayakan, dan bahkan mentransformasikan diri pembaca. Tadjudin Nur adalah anak manusia yang menikmati kesegaran, ketergugahan, keberdayaan, dan daya transformasi Asmaul Husna sehingga mampu menorehkan puisi-puisi dalam Senandung Sanubari. Selain itu, ketiga, teks Asmaul Husna ditenun dengan halus dan mulus sekaligus penuh-kuasa sehingga mampu memancarkan keagungan dan keindahan asma-asma Allah: tenunan kata-kata, kalimat-kalimat, dan gaya-gaya tutur yang hidup-bertenaga, cerdas-berdaya, dan membimbing pembaca untuk berdiam berlama-lama dalam teks.
 
Kuasa kata-kata, kalimat-kalimat, dan gaya-gaya tutur yang ada di dalam teks Asmaul Husna demikian otentik, orisinal, ekspresif, dan inspiratif sehingga mampu menggiring atau menggerakkan orang untuk bertindak menyusuri jalan-jalan kebenaran, keagungan, dan keindahan hingga tiba di palung diri. Tadjudin Nur pun mendulang hal tersebut secara total sehingga teks Senandung Sanubari gubahannya ini memanifestasikan puitika/estetika Asmaul Husna. Tegasnya, kumpulan puisi Senandung Sanubari ini berwajah puitika/estetika Asmaul Husna.
 
Puitika/estetika Asmaul Husna adalah puitika/estetika ketauhidan yang bersendikan ketuhanan dan kemanusiaan. Tak heran, puisi-puisi Tadjudin dalam teks Senandung Sanubari ini menyeru kepada pembacanya untuk melakukan perjalanan spiritual atau religius dan melakukan penelusuran jalan-jalan ketuhanan dengan cara membatinkan dan menghayatkan keagungan dan keindahan asma-asma Allah dalam diri manusia sekaligus mewujudkan dan menyosokkan tindakan-tindakan kemanusiaan dalam hidup bersama manusia.
 
Perjalanan ketuhanan beserta tindakan kemanusiaan tersebut harus dilakukan dengan penuh kelapangan, keriangan, dan kebahagiaan, bukan keterpaksaan, kesenduan, dan kesedihan. Sebagaimana tersurat jelas dalam judul kumpulan puisi ini, yaitu Senandung Sanubari, perjalanan ketuhanan beserta tindakan kemanusiaan itu perlu dilakukan dengan bersenandung yang keluar dari hati sanubari setiap anak manusia: senandung keagungan dan keindahan asma Allah, bukan teriakan-teriakan dan serapah-serapah kasar disertai acungan senjata dan kata-kata berbisa. Perjalanan ketuhanan beserta tindakan kemanusiaan itu akan berujung atau berakhir pada diri sanubari manusia sebab Tuhan ada di dalam diri sanubari manusia yang telah sempurna kemanusiaannya, bukan taman-taman indah buatan manusia, gedung-gedung megah ciptaan manusia, dan permainan menawan karya manusia.
 
Itulah sebabnya, demikian pesan pokok teks Senandung Sanubari, manusia yang telah menemukan Tuhan atau menemu ilahi adalah manusia yang telah mampu menghuni palung sanubarinya sendiri dan dari situ selalu mampu menyenandungkan keagungan dan keindahan asma Allah. Di sinilah kita menemukan sebuah tesis: manusia yang telah mampu melongok diri sanubari sendiri niscaya menemu ilahi; manusia senantiasa bersama Tuhan dan Tuhan senantiasa bersama manusia. Dalam istilah spiritualitas Jawa, inilah wujud warongka manjing curiga (curiga manjing warongka), bungkus bertemu isi (isi bertemu bungkus).
 
Teks Senandung Sanubari tampaknya hendak mewartakan kepada pembaca bahwa puitika/estetika Asmaul Husna bersumbu pada keselarasan, kebersatuan, dan keleburan, bukan bersumbu pada kekacauan, keretakan, dan keberjarakan antara teks spiritual/religius dan manusia yang mencerap dan mencecap pengalaman puitik/estetik. Dengan keselarasan, kebersatuan dan keleburan hati sanubari dengan objek puitik/estetik berupa keagungan dan keindahan ilahi, maka hati sanubari pembaca dengan tulus selalu mampu menyenandungkan keagungan dan keindahan ilahi.
 
Hati sanubari Tadjudin Nur juga telah selaras, bersatu, dan lebur dengan Asmaul Husna sehingga dia mampu menyenandungkan keagungan dan keindahan ilahi dalam teks puisi Senandung Sanubari ini. Tak mungkin Tadjudin Nur mampu menggubah teks Senandung Sanubari bilamana hati sanubarinya masih kacau, retak, dan berjarak dengan Asmaul Husna. Jadi, puitika/estetika Asmaul Husna yang dipraktikkan Tadjudin Nur merupakan sebuah puitika/estetika holistik (utuh) antara subjek dan objek puitik/estetik.
 
Sejalan dengan itu, dapat dikatakan, teks Senandung Sanubari adalah candi puitika/estetika Asmaul Husna yang ditawarkan oleh Tadjudin Nur kepada dunia puisi Indonesia. Tentu saja, harus diakui bahwa dalam dunia puisi Indonesia, Tadjudin Nur dengan teks Senandung Sanubari hanyalah salah seorang, bukan satu-satunya orang, yang memperkaya taman puitika/estetika Asmaul Husna. Sebelumnya telah ada berbagai penyair dengan teks Asmaul Husna masing-masing yang mengisi dan memenuhi taman puitika/estetika Asmaul Husna, di antaranya Emha Ainun Najib dengan 99 Nama Tuhanku.
 
Sekalipun demikian, Tadjudin Nur dengan teks Senandung Sanubarinya telah memberi arti penting puitika/estetika Asmaul Husna dalam dunia puisi Indonesia di tengah perkembangan puisi Indonesia yang kian beragam. Oleh karena itu, selamat kepada Tadjudin Nur yang telah mengumumkan teks puisi Senandung Sanubari kepada publik sastra. Semoga Allah memberkahi, semoga pembaca dapat mencecap keagungan dan keindahan ilahi yang disenandungkan Tadjudin Nur, bahkan mandi cahaya keagungan dan keindahan ilahi. Sekian. Allah Mahaagung dan Mahaindah dan puisi selalu dicinta Allah karena mencahayakan keagungan dan keindahan. Terima kasih.
***

*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd., Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional. http://sastra-indonesia.com/2021/05/melongok-diri-menemu-ilahi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar