Jumat, 12 Maret 2021

PENGHILANGAN KATA DALAM KRITIK SASTRA INDONESIA (V)

Jawaban untuk bagian A. Pengantar esainya (makalahnya) Sofyan RH. Zaid
 
Nurel Javissyarqi
 
V
Perpindahan bahasa Melayu (Kuno) dengan aksara Pallawa, Kawi, Jawa, Arab (pegon), hingga beraksara Latin di dataran subur Nusantara, tak lebih melalui pelbagai kebijakan para penguasa pada masa-masanya, dibalik kesuntukan para pustakawan, kaum penerjemah, kalangan pujangga dlsb. Namun sayang, harta berlimpah kekayaan pengetahuan sebelumnya itu, banyak diboyong berupa cara upeti maupun paksa atas para penjajah ke negerinya, Belanda, Inggris, dan sangat mungkin sampai Italia. Serupa nasib tragis dialami batuan Candi Borobudur pindah ke negara tetangga. Kita melihat hal usulan kebijakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda J.J. Rochussen, agar bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa pengantar yang dipakai di kepulauan Nusantara, tentu mengekalkan akrasa Latin dengan kehendak kuat menggantikan dari aksara Pallawa, Kawi, Jawa hingga Arab, atau gagasan yang dimunculkan Rochussen kita rasai hingga sekarang, serupa pelajaran bahasa beraksara Jawa tak lagi populer, dan tulisan Arab pegon tinggal bernafas dalam pesantren-pesantren yang pamornya kian meredup.
 
Dan kebijakan itu dipertegas pandangan Van Ronkel: “Berbicara dalam bahasa Melayu merupakan hal biasa bagi kami… sayangnya orang Belanda yang dapat membaca (mengerti huruf Arab) masih sangat langka.” (Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya: Batas-batas Pembaratan. Penerbit Gramedia, 1996: 96, MSM: 21). Di tahun 1818 ditetapkan, bahwa salah satu tugas pemerintahan Hindia Belanda adalah: “Merencanakan langkah yang tepat untuk menyebarluaskan pengetahuan bahasa Melayu, Jawa dan bahasa-bahasa lainnya di antara penduduk bangsa Eropa.” Selepas pemerintahan peralihan Inggris, usaha penyebaran huruf Latin dalam bahasa Melayu diimpelementasikan di hampir semua peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Tujuan lain usaha itu, selangkah pemutusan bahasa Melayu dari asosiasi pengaruh Islam yang terikat pemakaian huruf Arab.
***
 
Perpindahan (peralihan) huruf Pallawa ke Kawi tentu memiliki sejarah kebijakan tersendiri, dan pengalihan huruf Jawa ke Arab (pegon) juga bersimpan riwayatnya masing-masing. Dan bahasa Melayu berkembang di atas aksara-aksara tersebut ditimpai rupa pergeseran maknanya, ada yang mengalami penyempitan, perluasan pula mungkin penyilangan makna perkawinan arti atas kata-kata yang diemban bahasa Melayu di bumi Nusantara. Para guru, ulama,’ kaum cendekia, tidak lebih tangan panjang penguasa oleh kebijakan yang dipatenkan, atau tradisi tulisan terus dirawat, dikembangkan bagi generasi lanjut. Dan rerantai panjang ini telah menghasilkan banyak temuan dari kesuntukan teliti yang merawat malam-malamnya, menajamkan pengertian di waktu siang menerawang dari bentuk perubahan yang selalu mendapati penentu pada masa-masa penulisan.
 
Semua melewati proses panjang tonggak-tonggak peradaban bersegala limpahan kekayaannya, dan dapat dipastikan melalui pelbagai periode, jenjang peraturan. Misal Gubernur Jenderal Van der Capellen (1816-1826) membuat sejumlah peraturan, bertujuan meningkatkan pengetahuan bahasa ambtenar Eropa. Sekolah Marine di Semarang (1819), mengajarkan bahasa Jawa dan Melayu di samping bahasa Belanda, Prancis, dan Inggris. Dan kebijakan pemerintah akan pentingnya penguasaan bahasa Melayu, dilanjutkan Gubernur Jenderal H.M. de Kock (1826-1830) yang mengeluarkan peraturan No. 16, 14 April 1826, bahwa ambtenar sipil dan militer yang bertugas di pos-pos sipil, diberikan kewajiban mempelajari buku tata bahasa Melayu dan kamus Malayu karya W. Marsden.
 
Hal tersebut disusul keputusan peraturan selanjutnya, dan kedudukan bahasa Melayu menjadi semakin penting sebagai bahasa administrasi serta birokrasi pemerintahan, selepas Gubernur Jenderal D.J. de Eerens (1836-1840) mengeluarkan keputusan No. 30, 22 Mei 1837. Kemudian laporan Menteri Koloni J.C. Baud (1840-1849) kepada Raja, 28 Juni 1842, mengenai keberadaan Akademi Delft sebagai lembaga yang diharapkan dapat mencetak tenaga-tenaga ambtenar Hindia Belanda yang punya pengetahuan bahasa secara baik, lantas mengungkap alasan belum perlunya bahasa Belanda diajarkan bagi penduduk pribumi, seperti pendapatnya: “Jika suatu bangsa yang dijajah selalu diajak bicara dalam bahasa asing, mereka akan senantiasa diingatkan… akan kedudukannya sebagai bahawahan” (Historische Note, 1900:23) : MSM: 24.
***
 
Dalam peralihan yang terjadi di atas, tak hanya sebatas bidang kebahasaan, pengetahuan lain turut mempengaruhi; filsafat, psikologi, sejarah, keagamaan juga perihal lain yang memakai tangan panjang kata-kata (bahasa), demikian pun tidak lepas dari kerangka penafsiran yang terikat fenomena; kelahiran, kematian, siklus perubahan musim, perputaran bumi, pasang dan surut air laut, desiran angin gulungan taupan, perjalanan hewan -penyebarannya, pertumbuahan pepohonan, sinar mentari, keteduhan bulan, atau keseluruhan itu terus mengajak dimaknai serta mengikuti kehendak perubahan alam.
 
Kita teringat nama Charles Adriaan van Ophuijsen (Solok, Sumatera Barat, 1856 – Leiden, 19 Februari 1917), seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda, yang pernah jadi inspektur sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat, profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden, yang menerbitkan Kitab Logat Melajoe, dan Maleische Spraakkunst (1910), diterjemahkan T.W. Kamil dengan judul Tata Bahasa Melayu, dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia. Barangkali van Ophuijsen bersama Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan Moh. Taib Sultan Ibrahim (wikipedia), telah meneliti jauh kehadiran pula perkembangan bahasa Melayu dari aksara Pallawa, Kawi, Jawa, Arab (pegon) bersegala yang melingkupi, hingga pilihan akhirnya pada aksara Latin bagi kehendak perubahan jaman yang menaungi. Sampai tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama, atau 7 tahun sebelum cetusan kongres Boedi Oetomo. Sejarah selanjutnya dan pekabaran lain, dapat dibaca di buku MMKI bagian dialog imajiner bersama Muhammad Yamin.
***
 
Kemudian pengetahuan lain yang perlu ditelusuri, Kerajaan Sriwijaya (Srivijaya: Jawa, bahasa Thai: Siwichai), salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera, yang memberi pengaruh besar Nusantara ke daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat, dan mungkin Jawa Tengah. Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti “bercahaya atau gemilang,” dan wijaya bermakna “kemenangan atau kejayaan,” maka Sriwijaya itu “kemenangan yang gilang-gemilang.” Bukti awal keberadaan kerajaan tersebut berasal abad ke 7 ; seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
 
Prasasti tertua Sriwijaya berada dalam abad ke 7, Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682, ditemukan M. Batenburg, 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, di tepian Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti berbentuk batu kecil berukuran 45×80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, bahasa Melayu Kuna, yang sekarang tersimpan di Museum Nasional Indonesia bernomor D.146. Dan mungkin, Prasasti Nalanda berangka tahun 860 berbahasa Melayu Kuno, dari penafsiran manuskrip tampak menyebutkan nama Sri Maharaja di Suwarnadwipa, Balaputradewa anak Samaragrawira, cucu dari Sailendravamsatilaka (mustika keluarga Sailendra) dengan julukan Sriviravairimathana (pembunuh pahlawan musuh), raja Jawa yang kawin dengan Tara, anak Dharmasetu.
 
Prasasti Talang Tuo ditemukan Louis Constant Westenenk (Residen Palembang) 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang (Bukit Siguntang), dan dikenal salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Keadaan fisiknya bidang datar yang ditulisi berukuran 50 cm x 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 Masehi) dalam Aksara Pallawa bahasa Melayu Kuno, terdiri 14 baris. Sarjana pertama yang berhasil membaca dan mengalihaksarakan prasasti adalah van Ronkel dan Bosch, dimuat di Acta Orientalia. Sejak tahun 1920, prasastinya disimpan pada Museum Nasional Indonesia di Jakarta, nomor inventaris D.145.p.
 
Prasasti Kota Kapur, berupa tiang batu bersurat, ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka, di dusun kecil bernama Kotakapur. Di tulis dalam aksara Pallawa menggunakan bahasa Melayu Kuno, merupakan salah satu dokumen tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini dilaporkan penemuannya oleh J.K. van der Meulen, dibulan Desember 1892. Orang pertama menganalisis prasasti, H. Kern, ahli epigrafi bangsa Belanda yang bekerja pada Bataviaasch Genootschap di Batavia. Pada mulanya menganggap Sriwijaya ialah nama seorang raja. George Coedes yang kemudian berjasa mengungkap bahwa Sriwijaya nama sebuah kerajaan. Hingga tahun 2012, prasasti ini berada di Rijksmuseum (Museum Kerajaan) Amsterdam, Belanda, yang berstatus dipinjamkan oleh Museum Nasional Indonesia (Sudah balik di Indonesia kah?). Prasasti inilah satu sedari lima buah batu prasasti kutukan yang dibuat Dapunta Hyang, seorang penguasa dari Kadatuan Sriwijaya.
 
Prasasti Karang Brahi merupakan prasasti dari jaman kerajaan Sriwijaya yang ditemukan tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin, di Dusun Batu Bersurat, Karang Berahi, Pamenang, Merangin, Jambi. Prasasti ini tak berangka tahun, tapi terlihat (teridentifikasi) menggunakan aksara Pallawa bahasanya Melayu Kuno. Isinya mengenai kutukan bagi yang tidak tunduk -setia kepada raja, pun orang-orang berbuat jahat, dan isi kutukannya mirip yang terdapat di Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.
 
Prasasti Sojomerto peninggalan Wangsa Sailendra, ditemukan di Desa Sojomerto, Reban, Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi berbahasa Melayu Kuno. Prasastinya tidak menyebut angka tahun, berdasarkan taksiran analisis paleografi diperkirakan kurun abad ke-7 awal abad ke-8 M. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isinya memuat keluarga sang tokoh utamanya, Dapunta Selendra, ayahnya bernama Santanu, ibunya Bhadrawati, sedangkan istrinya Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat, tokoh bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. Sedang bahan prasastinya batu andesit dengan panjang 43 cm, tebal 7 cm, tinggi 78 cm. Tulisannya terdiri 11 baris yang sebagian barisannya rusak terkikis usia masa.
 
Prasasti Gandasuli peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ketika dikuasai Wangsa Syailendra. Prasasti ini ditemukan pada reruntuhan Candi Gondosuli, desa Gondosuli, Bulu, Temanggung, Jawa Tengah. Yang mengeluarkan itu anak raja (pangeran) bernama Rakai Rakarayan Patapan Pu Palar, juga adik ipar Raja Mataram, Rakai Garung. Prasasti Gandasuli terdiri dua keping, disebut Gandasuli I (Dang pu Hwang Glis), dan Gandasuli II (Sanghyang Wintang), ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno beraksara Kawi (Jawa Kuno), tahun 792 M. Teks prasasti Gandasuli II terdiri lima baris, berisi filsafat, ungkapan kemerdekaan dan kejayaan Syailendra. (wikipedia).
 
Dan penemuan-penemuan muakhir atau ditemukannya kembali prasasti-prasasti lain, kian memperkuat betapa bahasa Melayu (Kuno) menjadi cikal bakal bahasa persatuan Indonesia. Sungguhlah, kata “dalam” yang dihilangkan itu mengajak larut mendalami asal-usul bahasa Melayu. Sedangkan mengenai naskah kuno berbahasa Melayu, pembaca dapat menelusurinya sendiri. Di sini hanya mengharapkan tiada lagi tindak gegabah bin serampangan. Namun boleh tulisan ini masih dianggap akal-akalan, atau upaya permejengan dalam kesusastraan Indonesia mutakhir.
***
 
Lamongan, Jawa, 23 Sep 2019
http://sastra-indonesia.com/2021/03/penghilangan-kata-dalam-kritik-sastra-indonesia-v/

https://pustakapujangga.com/2018/05/kpk-deo-gratias-bedah-buku-mmki-di-fib-universitas-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar