Jumat, 24 Juli 2020

PMII ADALAH TANGGA

Zehan Zareez

Satu kata yang mungkin paling tepat mewakili euforia batin saya tiap kala mendengar kata PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) hari ini; ialah "tangga".

Sekitar akhir 2007 silam, setelah beberapa bulan mengawali ketukan pintu sumpeknya kehidupan di Malang dengan status sebagai mahasiswa, saya berniat ingin mencoba menjadi pribadi yang jujur. 3 tahun dihijrahkan ke Jombang (sejak 2004) tidak lantas membuat semerta-merta kaki saya sanggup bergerak sesuai keinginan. Malang-lah yang akan membuat saya lebih hidup, lebih ganas, lebih garang, lebih luas -- (benak saya waktu itu) -- meskipun diakui atau tidak pada krisisnya, jatuh juga di suaka yang lebih amburadul, bangkit, amburadul lagi, bangkit lagi.

Warung Kuning (Warning) adalah saksi. Miftahul Khoirot (MK) ialah bukti. 2 bangunan yang tunggal lokasi berada di pertigaan Galunggung menuju UM Malang ini menyimpan bayang-bayang sejarah perihal saya pernah lungset dan butuh disetrika di sana. Cukup banyak model canda dan tawa yang bisa saya jumputi satu per satu dari bibir-bibir aktifis muda yang tangguh. Adalah hal yang tidak keliru, upaya mencari benang bening saat hati keruh, bukan? Di sana saya mendapatkan radar deteksi kebahagiaan; melalui salah seorang aktifis garda depan organisasi ahlussunnah wal jamaah ini (hari ini dia sedang duduk di kursi DPRD Kota Malang), asli kelahiran Jombang, yang tentu berkaitan erat dengan sejarah sebelum saya benar-benar sah mukim di Malang. Tapi kiranya tak perlu saya jelaskan panjang di sini. Tidak penting.

Barangkali saya termasuk pribadi yang mendekati durhaka lantaran pernah meremehkan nasihat bapak saat sebelum pamit berangkat. Sebelum berangkat ke Malang, beliau sempat berpesan kepada saya, "nak, ada 3 hal yang mungkin akan mengganggu proses dewasamu dalam berkehidupan di Kota seberang; (1) Aliran sesat, (2) Organisasi dan (3) Perempuan. Poin satu Insyallah kamu bisa melewati. Poin dua bobotnya tengah-tengah. Tapi yang ketiga belum tentu kamu berhasil dengan mulus. Itu saja".

Mendengar nasihat itu, jujur! Saya hanya fokus di poin ke tiga. Karena memang saya sudah kadung menghayal jauh bahwa saya akan merasakan kebahagiaan dengan cara punya kekasih. Dalam mantap saya, poin pertama adalah hal yang haram betul, dengan alasan sejak kecil sudah dididik menapaki jalan yang moderat. Jadi, aman. Poin ke dua tidak begitu mengganggu, sebab secara bingkai, hidup sejatinya tak bisa lepas dari kontak sosial bagaimana pun keadaannya. Poin ke tiga, janggal. Dan fix! Saya mulai mencari alibi dengan membenar-benarkan langkah saya sendiri di setiap keadaan yang teralami, tak terkecuali urusan orgnisasi, pun juga soal perempuan.

Saya hanya ingin mengisah sisi poin ke dua yang pernah saya alami, alias tepat dengan saya resmi mengikuti Mapaba Raya (Proses Legal Memasuki Gerbang PMII). Saya alumnus pesantren, yang bahkan selama 4 tahun di Malang juga masih konsisten menjadi santri di pesantren. Sedikit banyak tanaman akidah yang saya dapat dari kecil, tentu menjadi benteng terbesar yang menguatkan dalam pertimbangan setiap langkah. Walhasil, saya sah tergabung di Rayon Al-Maturidi Komisariat Liga Malang, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, 2007.

Di sini petualangan baru akan dimulai. Saya tinggal di pesantren sejak pertama menginjakkan kaki di Malang. Ini amanat inti orang tua yang wajib saya tunaikan sepenuhnya. Perkara kuliah, adalah sampingan. Asal ikut prosedur, dilaksanakan semampunya dengan tanggungjawab, lulus, selesai. Tapi untuk urusan mondok, bagaimana pun keadaannya ini sudah pijakan hidup. Tidak bisa dibarter dengan badal apa pun.

Penting di sini saya ulas sedikit sejarah peperangan niat batin. Karena setelah beberapa bulan saya akrab dengan sahabat/i, proses mondok sedikit banyak kocar-kacir. Tapi tunggu dulu. Memang, ini (PMII) bukan satu-satunya alasan. Masih banyak alasan-alasan lain yang juga sama kuat. PMII memberi kehidupan baru, lingkungan baru, gaya sosial baru, rutinitas baru, canda tawa baru dan hal-hal baru lain yang memang sangat menyenangkan. Hanya saja, ada hati yang tertinggal saat kecamuk jiwa santri mulai berantakan.

Prinsip bapak, santri itu ya mondok, ya ngaji ke kiai, ya patuh. Tubuh organisasi se-religi apa pun yang saya seberangi, maksimal hanya akan menjadi segelintir dari yang siap mengamal-tunaikan ilmu. Itu pun, jika sudah benar-benar punya sangu ilmu. Sementara disadari atau tidak, keilmuan saya masih minor saat itu. Sangat minor. Apalagi jika disandingkan dengan idealisme, egoisitas, arogansi, dst. Barangkali ini yang menjadikan pada akhirnya saya harus kelimpungan melangkah di pertengahan menjadi musafir muda.

Jika tidak punya ilmu, apa yang diamalkan? Jika belum punya strategi dakwah berkehidupan, apa yang kemudian akan saya gerakkan. Titik ini yang menjadikan kapal batin mogok. Saya linglung, menjadi tidak punya prinsip berjalan gegara memang tak ada modal keilmuan yang lekat di kantung. Tapi PMII memang menyenangkan. Saya suka. Terlebih secara muara garis sejarah tiada yang keliru. Saya-nya saja yang partikular dengan menipu daya dan meremehkan niat amanah awal dari bapak.

Tidak ada santri yang baik-baik saja ketika ia mulai jauh lahir batin dari kiai-nya. Seperti ada doa-doa yang tidak tertangkap. Seperti ada benang yang tidak tersambung. Saya sering bolos ngaji, tidak tidur di pondok, jarang senggama dengan santri-santri di bilik pesantren, dan banyak lagi fitrah-fitrah santri yang pelan-pelan hijrah dari tubuh. Saya malah lebih sering menjumputi canda tawa di warung kopi, ngobrol sana-sini seputar hal-hal yang belum benar-benar saya mengerti. Sekali lagi, ini bukan soal PMII-nya. Tapi saya-nya yang masih culun mengatur skenario langkah sendiri.

Satu tahun setengah berjalan, saya menyerah. Saya tertangis kerap kali menjumpai wajah bapak hadir di mimpi-mimpi malam. Saya malu. Saya terus membenturkan perkelahian antara lahir dan batin. Saya tumbang, kalah, tunduk dan lunglai sepenuhnya. Dengan berat, akhirnya saya mantap untuk merajut kembali niat awal. Saya tahu, usia remaja bukan waktu tepat mencari hal-hal bahagia. Justru sebaliknya, saya harus menjemput kesukaran-kesukaran proses mencari ilmu dikisaran usia ini.

Ketidaknyamanan, rasa sungkan, sadar kebodohan, menjadi pribadi arogan yang memalukan, seluruhnya harus saya bayar sebelum benar-benar terlambat dan menyesal. Cara membayar yang paling mutlak tak lain harus kembali ke pesantren secara utuh. Pesantren adalah rumah. Adalah surga yang selalu siap mengulurkan senyum kepada semua penghuninya dan atau yang ingin menggaris kisah sejarahnya. Ada rantai yang tidak bisa dijelaskan di sini.

Saya memilih tidak aktif di PMII seperti sebelum saya mengenalnya. Harus ada yang ditanggalkan ketika ingin mengawali sesuatu yang baru. Resiko adalah hal yang wajar, pasti dan tidak bisa dihindari. Dampak merupakan bayang-bayang konkrit yang kadang tampil dengan wajah kejam, tapi kadang juga tersenyum. Entahlah, saya ingin kembali nyantri. Di pesantren. Itu saja, sembari memunguti cuilan-cuilan doa kiai yang sudah lama saya biarkan tercecer.

Saya yakin, dengan ataupun tanpa aktif di PMII, saya tetap punya kewajiban menebar kebermanfaatan. Kebermanfaatan itu luas, banyak caranya dan tidak harus melalui satu jalan saja. PMII sudah memberikan hikmah yang luar biasa bagi saya dalam waktu yang terhitung tidak lama. Bahkan saya punya mimpi, suatu saat nanti akan kembali hadir membersamai meski dengan cara dan porsi yang berbeda tentunya.

Saya masih akrab dengan seluruh sahabat/i yang pernah memberi warna baru dalam hidup. Saya masuk gerbang dengan sangat beretika, pun memilih tak aktif dengan tak lantas menanggalkan silaturrahmi ukhuwwah. Mereka sudah tergabung bagian dari perjumpaan hidup, dan saya yakin ada canda tawa saya yang tersisa di hati mereka, hari ini.

Tahun 2011 akhir, saya hengkang pamit dari Kota Malang. Sungkem ke kiai, mita doa sebagai jembatan aisan restu bekal kembali melanjutkan langkah. Menyelesaikan kuliah dalam kurun 3 tahun setengah dan IPK cumlaude harusnya menjadi senjata untuk bisa dibanggakan. Namun lagi-lagi yang demikian terhitung bukan prestasi mahal yang bisa saya persembahkan di depan orang tua. Bapak hanya ingin saya bisa ngaji. Itu dulu, baru sembarang mau berbuat apa. Dan saya paham, itu adalah nasihat baik. Sangat baik malah. Tapi minimal, di sisi lain, saya berhasil menunjukkan hal produktif dari keputusan yang saya ambil, lebih-lebih di hadapan sahabat/i yang ada di barisan aktif PMII hari itu. Harapan saya, prestasi akademis yang demikian setidaknya mampu mereka bungkus sebagai hadiah motifasi, bahwa sekalipun berorganisasi, kuliah tetap menduduki kursi moralitas dan tanggungjawab yang pasti.
***

Tahun 2014 saya mulai resmi pulang kampung. Dan di 2016 saya resmi wisuda pascasarjana. Sudah lumayan dewasa. Mulai di tahun itu lah saya sering ditodong membersamai forum-forum organisasi, baik dalam ruang lingkup kepenulisan, sastra, kemahasiswaan, dlsb (meskipun dengan bekal kesiapan mental dan olah figuritas yang masih acakadut). Sekalipun alakdarnya, saya hanya tidak ingin pura-pura lupa dengan harapan yang pernah saya tanam sendiri, tentang suatu saat nanti saya akan kembali hadir membersamai PMII meski dengan wajah yang sudah bukan lagi mahasiswa.

Saya kerap dipaksa bicara tentang proses, tentang langkah, tentang strategi, tentang motifasi, tentang ilmu, tentang pengalaman, di hadirat adik-adik PMII baru. Tidak jarang juga dipaksa ngoceh tentang ke-PMII-an, ke-agamaan/ke-Islaman, ke-Organisasi-an di acara-acara seperti Mapaba, PKD dan lainnya. Saya juga kadang malu, mengingat proses ber-PMII saya juga sangat tidak matang. Tapi meskipun tidak sempurna, minimal ini sebuah upaya menebus keputusan yang pernah saya ambil dulu. Dan baru hal ini bisa maksimal saya sumbangkan. Saya menyaksikan canda tawa di benak bibir adik-adik hari ini, sedia kala canda tawa saya waktu itu. Dan jujur, saya rindu.

PMII adalah tangga. Orang banyak berpikir bahwa tangga adalah alat untuk menaiki sesuatu. Tapi jarang dari kita yang sadar bahwa di sisi lain fungsi tangga adalah alat untuk menuruni sesuatu. Diagram hidup tidak seluruhnya mengarah pada pandangan langit. Dalam keadaan tertentu, kita butuh sejenak turun, butuh sejenak memunguti hal-hal yang belum tuntas terambil, sebelum kembali memutuskan naik menuju tapakan tangga pertandingan kehidupan selanjutnya. Bergerak tidak harus selalu maju. Mundur sejenak demi menjumputi yang belum tuntas -- juga namanya bergerak. Pergerakan adalah sebuah upaya menuju hal baik yang dicita-citakan. Dan teman terbaik dalam berperjalanan adalah ilmu. Bhakti (amal) adalah sebuah wujud dedikasi sedekah atas ilmu yang didapat. Pergerakan bisa terjadi jika tangga-tangga dilampaui dengan benar.
***

"Ilmu dan Bhakti kuberikan" Bukan "Bhakti dan ilmu kuberikan." Sejauh ini, kutipan mars itu yang saya pegang. Saya hanya ingin berjuang dan bergerak dalam tujuan dituliskannya kalimat Mars tersebut. Peletakan athof (dalam istilah nahwu) selalu punya maksud, bukan? Ilmu dulu baru bhakti. Seperti halnya punya beras dulu baru ada kewajiban zakat fitrah.

Selamat Ulang Tahun, PMII! Tangan terkepal dan maju ke muka.

Salam.

17 April 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar