Kamis, 09 Januari 2020

KEMURNIAN DALAM PUISI “KEBENARAN TANPA RASA TAKUT” SASTRI BAKRY

Indra Intisa *

“Sesungguhnya kebenaran itu adalah mata tombak. Ke arah mana kau tusukkan” (Ompi).

Apa yang kau pikirkan tentang telanjang? Apakah itu bebas? Tanpa penghalang? Semua terlepas? Atau bagaimana? Atau bagaimana dengan anak-anak yang asyik bermandikan air hujan dengan wajah ceria, berlarian di jalan tanpa sendal, kecipak bunyi air, tanah-tanah basah (berlumpur), memenuhi kaki mereka, lalu air kembali mengikisnya, apa yang kau lihat? Apa yang kau rasa? Apakah itu sebuah kebebasan? Kebahagiaan? Dan tanpa kau sadar, di tengah ketelanjangan mereka, ada wajah polos, murni dan tulus. Mereka membunuh hingar-bingar dunia dengan sikap positif. Dan bahkan jika mereka terjatuh, menangis. Dan kembali tertawa. Mereka akan melupakan kembali luka yang merobek. Begitulah hakikat puisi diafan, yang ditulis oleh penyair Sastri Bakry.

Puisi diafan adalah puisi polos dengan pemaknaan yang tidak berbelit dan pecah. Puisi diafan sering disebut juga sebagai puisi telanjang, yaitu puisi yang terlepas dari simbol-simbol gelap, bercabang yang kadang menimbulkan multitafsir–yang menyebabkan banyak makna–bisa pula menyebabkan orang tersesat di jalan yang benar atau benar di jalan yang sesat? Kajiannya ini luas sebab-akibatnya. Itu berbeda dengan puisi gelap yang penuh dengan metafor dan simbol gelap sehingga sulit ditafsirkan oleh orang-orang awam yang tidak paham sastra khususnya puisi itu sendiri.

Sebagaimana kita tahu, sebagian orang di zaman now masih berpikir bahwa puisi gelap jauh lebih baik dan istimewa dibandingkan puisi diafan. Itu seperti membandingkan sesuatu yang abstrak dari sudut pandang masing-masing. Di dalamnya bisa berbalut ego, prinsip, cara pandang, kesukaan, dan sebagainya. Padahal, jika kita bisa berdiri di tengah, kesemuanya punya pakem dan tempat masing-masing. Jika ada kurangnya, bukan terkait diafan atau gelapnya. Tetapi pada puisi itu sendiri.

Sebenarnya, puisi kontomprer di tahun 70-an, era puisi diafan juga mulai meledak, sebagaimana kita simak beberapa puisi naratif yang sifatnya prosais. Ditambah pula lahirnya puisi-puisi nakal yang lebih kita kenal sebagai puisi mbeling. Puisi mbeling yang dibawa oleh Remy Sylado, Jeihan dan kawan-kawan melalui majalah Aktuil ini, awalnya ingin memberikan angin segar dan lawan dari puisi mapan yang terlanjur besar di zaman itu. Puisi yang awalnya disebut sebagai puisi awam dan puisi lugu ini memang tidak banyak memainkan metafor, kecuali bermain-main dengan puisi itu sendiri, mengandung humor dan kritik cerdas. Tetapi pada hakikatnya juga termasuk puisi diafan. Pantang membuat kening pembaca berkerut. Di era-era modern, puisi diafan juga banyak dirasuki oleh puisi-puisi yang bersifat prosais. Tetapi apakah sepuh besar lebih cenderung puisinya gelap dan prismatis? Jika mau disimak dalam-dalam, beberapa puisi Taufik Ismail dan Rendra yang termasuk tokoh sastra yang paling berpengaruh ini, juga dalam bentuk diafan dan sedikit lugas. Tetapi sebenarnya, di zaman lampau pun, tradisi puisi diafan juga terdapat ruhnya dalam syair dan gurindam. Hanya keterikatannya yang kuat menjadinya putik yang khusus.

Kembali ke Sastri Bakri, yaitu penyair yang pernah mendapatkan Anugerah Srikandi Tun Fatimah dari Ketua Menteri Melaka yang disematkan oleh PM Abdullah Badawi (Melaka, 2007), ini adalah penyair yang teguh dan konsisten dalam menulis karya sastra. Salah satu ciri khas dari puisi-puisi Sastri Bakry adalah bentuknya (pemaknaannya) yang diafan—terlihat lugas, jelas dan tidak bertele-tele. Terkait hal ini, mengingatkan saya juga kepada penyair yang aktif di Facebook beberapa tahun belakangan, saya mengenalnya sebagai Ibu sekaligus tempat diskusi sastra dan perkembangannya di Indonesia dan dunia—adalah Riri Titronegoro Vadim atau dikenal dengan Roro Mendut (merujuk nama di Facebook). Beliau termasuk penyair yang teguh dalam mempertahankan dan memperjuangan puisi-puisi diafan. Penyair yang sudah mendunia ini, pernah tercatat juga sebagai salah satu penyair yang puisinya tersimpan di salah satu museum—menjadi rujukan di negeri asing. Dan Sastri Bakry punya kekhasan lain dari bentuk puisi-puisi diafannya, adalah kemurnian dari setiap isi puisinya.

Menurut KBBI, murni adalah: 1) tidak bercampur dengan unsur lain; tulen: cincin itu terbuat dari emas –; 2) belum mendapat pengaruh luar; polos; lugu: sikap anak itu masih — , belum dipengaruhi oleh kehidupan kota besar; 3) tulus; suci; sejati (tentang cinta): cinta ayah dan ibu kepada anaknya adalah cinta yang –; 4_ ki belum terpengaruh oleh dunia luar; asli: kebudayaan masyarakat itu masih –; 5) ki dalam keadaan yang masih suci (perawan); belum ternoda; belum pernah menikah. Sedangkan makna dari kemurnian adalah 1) perihal murni; keaslian: – hutan tropis harus dilestarikan; 2) kesucian; kebersihan. Ada beberapa kata penting di dalam kata murni itu, seperti “suci”, “polos”, “tulus”, “lugu”, dan “bersih”. Unsur-unsur ini mengingatkan kita kepada tingkah polah anak-anak ketika bermain—anak-anak berlarian di saat hujan turun? Betapa bahagia di dalamnya tanpa ada niat apa-apa selain bermain, menyenandungkan hari, dengan sikap iklas dan jujur. Poin penting ketika orang dipercaya adalah sikap ini. Seperti pada puisi berikut ini:

KEBENARAN TANPA RASA TAKUT

Kebenaran tanpa rasa takut
Mestinya kita suarakan bersama
Tetapi kenapa kalian tinggalkan aku
Padahal kemaren kalian dengan lantang bersuara
Mendorong dan menertawakan aku karena tak berani
Bersuara demi kebenaran
Hari ini aku jadi corongmu
Dengan lantang aku suarakan kebenaran yang kau sampaikan
Tanpa rasa takut
Tapi kenapa sekarang kalian tidak hendak menyarakannya lagi?

Kalian bersembunyi di ketiak mereka

Dan aku masih di sini
Memperjuangkan kebenaran tanpa rasa takut
Di manapun aku
Entah sampai kapan

(Padang, Maret 2009)

Puisi di atas pada hakikatnya adalah puisi yang sifatnya mengajak dalam bentuk kritik. Dianggap murni sebagai dasar sifat manusia ketika melihat ketidakbenaran, kebobrokan dan kesalahan yang dibiarkan semena-mena, tentu saja akan memunculkan keadaan baru, sebuah ketidakadilan yang memimpin di sebuah negeri, tempat atau di mana saja tempat yang nyaman tentang pembiaran ini. Lihatlah, ada banyak orang-orang yang terjepit, meresa ketidakadilan menjepit negeri ini, ketika mereka menyuarakan kebenaran, merasa seperti kehilangan ekor yang berdiri (dalam artian, hilangnya ruh perlawanan). Ketakutan dan kecemasan yang muncul kadang tidak sewajarnya. Ada orang takut karena a, b, c, dst. Ada pula hanya karena segan, “Kenapa harus mengurus orang lain?”, “Selagi tidak mengganggu diriku”, “Tidak apa mengalah asal selamat.” Padahal ketika pembiaran itu terjadi maka kita sendiri sudah ikut membesarkan kesalahan itu sendiri. Bayangkan saja ketika kita melihat anak-anak yang diperkosa, lalu kita mengabaikan dengan banyak alasan. Keberanian itu adalah ruh yang murni. Sekalipun dalam keberanian bisa saja ditumpangi oleh niat-niat yang tidak baik—untuk tujuan politik, uang, kekuasaan, dan sebagainya. Untuk menciptakan sesuatu yang bersih, maka diperlukan sebuah keberanian. Hanya orang-orang yang jujur, polos dan lugu yang berani menyuarakan ketidakbenaran tanpa ada rasa takut tanpa embel-embel x di belakangnya. Lihatlah anak-anak yang bermandi hujan, mereka terus bernyanyi dan tertawa tanpa takut akan sakit dan demam. “Anakku, jangan kalian mandi. Nanti demam.” Toh mereka terus saja berlalu. Atau anak-anak yang mandi di sungai, sekalipun sungai tersebut deras, ada buaya, dan sebagainya. Dan kita sebagai orang dewasa akan berpikir, “Untuk apa? Karena apa? Kenapa harus? Untungnya apa?”
***

Ke mana jiwa-jiwa suci dan murni yang masih terus menyuarakan kebenaran? Apa kau sudah terlalu dewasa sehingga takut untuk membela dan menyuarakan yang benar? Atau tulang ekormu sudah putus dipotong oleh mereka di sana?

Dharmasraya, 2018

*) *) Indra Intisa, penikmat puisi yang tinggal di Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Buku-bukunya: Puisi Mbeling “Panggung Demokrasi” (2015), Puisi Lama—Syair, Gurindam, Pantun, Seloka, Karmina, Talibun, Mantra “Nasihat Lebah” (2015), Puisi Imajis “Ketika Fajar” (2015), Putika (Puisi Tiga Kata) “Teori dan Konsep” (2015), Dialog Waktu (2016), dan sebuah Novel: “Dalam Dunia Sajak” (2016).
http://pilarbangsanews.com/2018/04/23/kemurnian-dalam-puisi-kebenaran-tanpa-rasa-takut-sastri-bakry-oleh-indra-intisa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar