Gita Ananda
harian.analisadaily.com
DONGENG bentuk sastra lama. Bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa, penuh khayalan yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar terjadi. Dongeng merupakan bentuk cerita tradisional atau cerita yang disampaikan secara turun-temurun dari nenek moyang.
Sebelum teknologi berkembang seperti sekarang, dongeng sebelum tidur telah lama menjadi bagian dari rutinitas ibu dan anak pada malam hari. Membacakan dongeng tidak harus selalu dilakukan pada malam hari. Saat akan tidur siang pun, ibu dapat membacakan dongeng untuk anak. Demikian saat menemani anak di waktu luang, ibu bisa membacakan dongeng untuk menambah daya imajinasi anak.
Meskipun terdengar ketinggalan zaman, membacakan dongeng kepada anak merupakan salah satu interaksi penting antara anak dan orang tua, khususnya ibu. Ibu adalah sekolah pertama untuk anak yang dapat membangun dan mempengaruhi perkembangan anak.
Dengan mendengarkan dongeng yang dibacakan akan membantu meningkatkan perkembangan otak anak. Meningkatkan kemampuan bahasa, menumbuhkan minat membaca, dan menambah daya imajinasi anak.
Ada beberapa dongeng yang popular di Indonesia. Seperti Bawangmerah dan Bawang Putih yang menceritakan tentang sepasang saudara yang memiliki sifat sangat bertolak belakang. Ada dongeng Malin Kundang yang menceritakan tentang seorang anak laki-laki durhaka kepada ibunya, lalu dikutuk menjadi batu. Masih banyak cerita dongeng lainnya.
Kehilangan
Seiring berkembangnya zaman, sangat sulit ditemukan kegiatan seorang ibu yang mendongeng untuk anaknya. Saat ini ibu lebih sering menghadapkan anak pada televisi yang menyajikan berbagai macam acara. Mulai dari kartun, berita, acara kuis, hingga sinetron yang kurang pantas untuk anak-anak.
Selain televisi, anak diberikan kebebasan untuk menggunakan gawai, untuk bermain game, hingga menonton video di Youtube. Padahal dengan mendongeng ibu dapat membangun dan mengembangkan kepribadian anak.
Secara naluriah, setiap anak senang mendengarkan cerita atau dongeng. Dengan mendengarkan dongeng anak akan mendapatkan kosa kata baru. Selain itu anak juga suka melihat ekspresi atau mimik muka ibu yang ekspresif ketika membacakan dongeng. Karena mimik sesuai dengan karakter yang sedang diceritakan.
Selain itu, kegiatan membacakan dongeng juga dapat mempererat ikatan komunikasi yang terjalin antara ibu dan anak. Tidak ada batas manusia yang tepat mengenai kapan sebaiknya anak dapat mulai diberi dongeng. Sebaiknya orangtua memberikan dongeng anak sedini mungkin bahkan saat anak masih berada dalam kandungan. Karena pada saat janin dalam kandungan diberi stimulus dengan diajak berbicara melalui cerita.
Untuk anak-anak usia prasekolah, dongeng dapat membantu mengembangkan kosa kata. Cerita yang dipilih adalah cerita yang sederhana dan kerap ditemui anak dalam kesehariannya. Seperti dongeng tentang binatang, Si Kancil dan Buaya, Tupai dan Kelinci Pemalas, dan sebagainya. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang mengandung teladan. Mengadnung nilai dan pesan moral serta penyelesaian masalah.
Harapannya nilai dan pesan yang terdapat dalam dongeng, dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari. Seperti cerita Bawang Merah dan Bawang Putih, Malin Kundang, Sangkuryang, dan cerita lainnya yang mengandung teladan serta pesan moral.
Keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatif sang anak, juga kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu ibu dapat menggunakan berbagai alat bantu. Seperti boneka atau berbagai buku cerita berjenis pop up sebagai sumber yang dapat dibaca sebelum mendongeng.
Dengan alat bantu menarik dan gaya bervariasi anak akan lebih tertarik dan senang saat mendengar dongeng yang diceritakan. Jika ibu hanya menceritakan dongeng saja tanpa alat bantu dan gaya yang berbeda, cerita yang didongengkan tidak akan menarik. Anak akan cepat bosan.
Keistimewaan
Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat yang dapat digali dari pemberian cerita dongeng pada anak. Antara lain, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi.
Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Dia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
Kedua, cerita atau dongeng merupakan media efektif menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak. Bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetia kawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari. Seperti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena dongeng tidak bersikap memerintah atau menggurui. Sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan orang tua, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya. Kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama dan sebagainya.
Para ahli psikologi juga menyarankan agar orangtua, khususnya ibu membiasakan mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern. Hal itu dipenting, mengingat interaksi langsung antara anak dengan ibu dengan mendongeng sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa.
Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tak kalah ampuh dan efektif untuk memberikan human touch (sentuhan manusiawi) dan sportivitas bagi anak. Melalui dongeng pula jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas.
Anak juga bisa memahami hal yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar, juga memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain.
Kesibukan ibu di era globalisasi ini membuat para ibu mulai menghilangkan kebiasaan membacakan dongeng untuk anaknya. Banyak hal yang mempengaruhinya, seperti wanita karir menghabiskan waktunya untuk pekerjaan.
Ada juga yang beralasan tidak percaya diri saat membacakan dongeng. Lebih memilih membiarkan anak menonton video kartun atau hal yang disukai anak. Hal tersebut membuat interaksi antara ibu dan anak berkurang.
Membacakan dongeng tidak memerlukan waktu yang lama, cukup 10-30 menit. Dalam rentang waktu itu, hubungan ibu dan anak akan semakin dekat. Karena itu, mulai sekarang mari kita luangkan waktu sejenak untuk membacakan dongeng untuk anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar