Jumat, 30 Mei 2014

Teater Koma: Merenungkan Sosok Ibu

Aprillia Ramadhina *
Jurnal Nasional, 17 Nov 2013

TAK ada untung dalam perang, tak ada kemenangan di pihak manapun yang bersekutu. Yang ada hanya korban bergelimpangan dan kerugian di sisi yang paling sentral yaitu kemanusiaan.

Ibu Brani layaknya dua sisi mata uang, seperti halnya yang dimiliki manusia lainnya. Ia ingin kedamaian datang, tapi juga berharap perang tak berhenti, karena ia juga mencari keuntungan. Sebuah hal yang sangat paradoks, tapi bisa jadi, itulah potret kebanyakan masyarakat kita sekarang. Mencari aman, berada di antara. Terkadang ibu Brani memasang bendera Matahari Hitam di keretanya, kadang ia ganti menjadi bendera Matahari Putih. Baginya hal itu tidak terlalu penting, ia benci perang, sekaligus menikmatinya.

Di tengah suasana perang, ada saja yang mencoba mengambil keuntungan. Itu yang dilakukan oleh Ibu Brani, ia menjual barang-barang bekas dari perang yang terjadi antara Resimen Matahari Hitam dan Resimen Matahari Putih. Tidak peduli kawan atau lawan, uang dari musuh pun yang penting bisa dipakai untuk makan. Dengan ketiga anaknya dan kereta kesayangannya, Ibu Brani berkeliling menjajakan barang dagangannya seperti bir dan baju. Tapi dua anak laki-lakinya yang menarik kereta, Fejos dan Elip kemudian direkrut menjadi tentara, tinggalah Ibu Brani dengan anak bungsunya yang bisu bernama Katrin

Tidak bisa dihakimi soal karakter mendasar dari sosok ibu di tokoh ini, Ibu Brani, apakah ia baik, atau buruk. Tampaknya dalam pementasan ini tidak bicara soal itu. Meski ada matahari “hitam” dan matahari “putih”. Tidak ada kebaikan atau keburukan yang diwakili dari dua elemen warna tersebut. Dalam perang, hanya ada pihak yang merasa pihak lain lebih buruk, hanya ada kata musuh di kubu yang berbeda, atau di kubu sendiri jika menjadi pengkhianat.

Dalam diri Ibu Brani, sekilas kita melihat perjuangan seorang ibu, kesedihan karena harus kehilangan ketiga anaknya. Tapi, itu takdir yang sudah ia ketahui sejak awal, melalui ramalannya sendiri. Karena itu, ketika Elip dan Fejos direkrut menjadi tentara, ia tak bisa banyak berkutik. Ketika ia terlalu lambat dalam tawar menawar sampai Fejos harus ditembak, ia pun terima. Pun ketika Katrin, si bungsu yang bisu harus ditembak juga saat ia tinggalkan ke kota untuk mencari barang yang bisa dijual.

Di satu sisi Anda akan disajikan kepedulian seorang ibu menjaga anak-anaknya. Ia tidak membolehkan Katrin terlihat cantik, dan memakai sepatu dan topi milik Ipit karena takut nantinya jadi pelacur tentara. Di sisi lain, Anda akan melihat Ibu Brani yang hanya ingin mengambil keuntungan dari perang yang ada, tanpa mau terlibat di dalamnya. Hingga disindir oleh seorang tentara resimen Matahari Hitam, “Tidak ikut menanam tapi ingin ikut panenan. Takut perang tapi berharap perang terus berlangsung.”

Tak ada yang bisa dipercaya dalam peperangan, kawan terkadang hanya menjadi musuh yang tertunda termasuk pendeta, dan juru masak. Keduanya pada akhirnya pergi begitu saja dari hidup Ibu. Di akhirnya Ibu pun tetap sendiri. Peperangan selalu menyisakan ketidakpastian, ketidakpastian kapan kedamaian datang.

Sari Madjid, memerankan ambiguitas sosok Ibu Brani itu dengan sangat maksimal. Ia memang bukan nama baru di Teater Koma, ia telah memerankan tokoh Engtay sebanyak 80 kali di lakon Sampek Engtay sejak 1998 sampai 2004.

Rangga Riantiarno yang berperan sebagai Elip, Muhammad Bagya (Fejos), dan Ina Kaka (Katrin) memiliki kualitas akting yang juga mengimbangi ibu mereka, Ibu Brani. Sosok pelacur Ipit Poter yang diperankan oleh Daisy Lantang juga sukses mencuri perhatian. Budi Ros pun apik berperan menjadi pendeta yang unik, pendeta yang doyan minum anggur. Selain didukung pemain-pemain yang mumpuni, setting dan properti juga sangat tepat dalam melengkapi pementasan. Terlebih kostum dari rancangan Samuel Wattimena yang menggunakan kain-kain tradisional.

“Kita tahu cerita ini dari negara asing, tapi saya kemudian diberikan ruang untuk berekspresi menggunakan kain tradisional, ini merupakan rekreasi yang menyenangkan. Secara konsep besar kita tidak lari dari tahun tersebut, tapi secara eksekusi dan penerapan, saya menggunakan ulos, lurik, batik, endek bali, rajut, tenunan gedogan, rangkuman tersebut membuktikan bahwa kain-kain tradisional Indonesia bisa dibawa ke ranah apa saja,” ujar Samuel Wattimena beberapa waktu lalu dalam jumpa pers lakon “Ibu”

“Kain tradisional, bukan kekayaan masa lalu saja, tapi bisa dibawa untuk cerita teater, mengenai masa lalu, tapi kekinian terasa. Kalau kita lihat lebih mendalam, merasakan lebih, kostum-kostum pementasan ini ada kedekatan dengan kita. Dan menurut saya kedekatan itu tercipta karena kita memang dari lahir terbiasa berada di lingkungan kain-kain tradisional tersebut,” lanjut Samuel.

Penata musik Fero A. Stefanus juga ciamik mengolah lagu-lagu menjadi iringan yang sangat sesuai dengan isi cerita dari pementasan berdurasi 3 jam 20 menit itu. Dan yang tak kalah menarik juga urusan senjata dan efek dari Ledy Yoga, Moelyono, dan Gagah Tridharma yang mencipta efek ledakan yang mampu membuat penonton kaget. Pementasan ini melibatkan 45 pemain, 11 pemain, dan 50 kru tim.

Potret Indonesia dalam Analogi “Perang”

Pementasan Teater Koma ke-131 ini menurut sang sutradara Nano Riantiarno, akan berhubungan dengan karya selanjutnya yang berjudul “Demonstran” yang rencananya akan tampil di bulan Maret 2014. Di waktu itu, tentu akan ada peristiwa “perang” cukup besar di Indonesia, yakni Pemilu. Itulah mengapa Nano mempertanyakan siapa sosok “Ibu” di negara Indonesia sekarang ini.

Menurut Ratna Riantiarno, teater selalu memiliki pesan melalui kesatuan unsur seni yang ditampilkannya, tari, musik, visual, nyanyian, dan tentu akting dari para pemainnya. Pesan ini senantiasa membuat bercermin, untuk melihat ke dalam diri dengan lebih jujur. Cerminan yang ingin disampaikan itu berasal dari pengamatan Nano akan kondisi Indonesia sekarang ini.

“Naskah ini sudah diterjemahkan sejak Mei 1987, setelah saya menggelar The Threepenny Opera tahun 1983, saya ingin mementaskan lakon “Ibu” ini, tapi ada banyak kendala. Dan tahun ini adalah tahun yang saya rasa tepat.” ujar Nano.

Naskah Mother Courage and her Children ini merupakan naskah ketiga dari Bertolt Brecht yang diadaptasi. Pementasan berlangsung dari tanggal 1-17 November 2013, di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini. Sebelumnya Teater Koma telah lebih dulu mementaskan adaptasi dari dua karya Brecht yang berjudul The Threepenny Opera dan The Good Person of Shechzwan)

Meski perang di sini berlatar Jerman pada abad ke-17, nilai-nilai yang terkandung masih relevan untuk dikaji. Dan layaknya naskah adaptasi, ada yang juga dikondisikan agar penonton tidak terlalu berjarak dengan cerita dan bisa menjadi refleksi tersendiri dalam situasi yang tengah melanda negeri ini. Perang selalu identik dengan kekuasaan yang diperebutkan, demi hal tersebut, segala cara seolah boleh dilakukan bahkan termasuk menggadaikan sisi kemanusiaan. Terutama “perang” kepentingan yang senantiasa berlangsung di Indonesia, perang yang mengabaikan akal sehat dan nurani.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

20 Tahun Kebangkitan Sastra-Teater Lamongan A Mustofa Bisri A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Khoirul Anam A. Kurnia A. Syauqi Sumbawi A. Zakky Zulhazmi A.C. Andre Tanama A.H. J Khuzaini A.H.J Khuzaini A.S Laksana A.S. Laksana Abdul Hadi WM Abdul Kirno Tanda Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acrylic on Canvas Addi Mawahibun Idhom Ade P. Marboen Adib Baroya Adib Muttaqin Asfar Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adu Pesona Sang Wakil Cawapres RI Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agunghima Agus Aris Munandar Agus Buchori Agus Prasmono Agus Priyatno Agus R. Subagyo Agus Setiawan Agus Sulton AH J Khuzaini Ahmad Damanik Ahmad Farid Yahya Ahmad Wiyono Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fitriyah Ajip Rosidi Akhmad Marsudin Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al Mahfud Alex R Nainggolan Ali Nasir Ali Soekardi Alunk Estohank Amanche Franck Oe Ninu Aming Aminoedhin Anakku Inspirasiku Anang Zakaria Andhi Setyo Wibowo AndongBuku #3 Andri Awan Andry Deblenk Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Antologi Puisi Kalijaring Antologi Sastra Lamongan Anton Kurnia Anugerah Ronggowarsito Anwar Syueb Tandjung Aprillia Ika Aprillia Ramadhina APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Arafat Nur Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Arif 'Minke' Setiawan Arim Kamandaka Aris Setiawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Aryo Wisanggeni G Asap Studio Asarpin Asrizal Nur Awalludin GD Mualif Ayu Sulistyowati Aziz Abdul Gofar Bale Aksara Bambang Kempling Bandung Mawardi Banyuwangi Bara Pattyradja Bayu Agustari Adha Beni Setia Benni Indo Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Lukisan Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Bidan Romana Tari Binhad Nurrohmat Biografi Bisnis Bondowoso Bre Redana Brunel University London Budi P. Hatees Budi Palopo Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cerbung Cerpen Chicilia Risca Coronavirus Cover Buku COVID-19 Cucuk Espe D. Kemalawati Dadang Ari Murtono Dadang Sunendar Damar Juniarto Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Dantje S Moeis Darju Prasetya Dedi Gunawan Hutajulu Den Rasyidi Deni Jazuli Denny Mizhar Depan Mts Putra-Putri Simo Sungelebak Desa Glogok Karanggeneng Dessy Wahyuni Dewi Yuliati Dhanu Priyo Prabowo Dhoni Zustiyantoro Dian Sukarno Dien Makmur Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Doddy Hidayatullah Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwijo Maksum Edeng Syamsul Ma’arif Efendi Ari Wibowo Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Israhayu Emha Ainun Nadjib Endang Kusumastuti Eni S Eppril Wulaningtyas R Erdogan Esai Esha Tegar Putra Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faiz Manshur Faizal Af Fajar Setiawan Roekminto Farah Noersativa Fathoni Fedli Azis Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Fikram Farazdaq Forum Santri Nasional (FSN) FPM (Forum Penulis Muda) Ponorogo Galeri Lukisan Z Musthofa Galuh Tulus Utama Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Ananda Goenawan Mohamad Gola Gong Golan-Mirah Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Bahaudin H.B. Jassin Halim HD Hamzah Sahal Handoyo El Jeffry Happy Susanto Hardi Hamzah Haris Firdaus Haris Saputra Harun Syafii bin Syam Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hendra Sugiantoro Hengky Ola Sura Heri Kris Heri Ruslan Herry Mardianto Heru Maryono Hilmi Abedillah Himpunan Mahasiswa Penulis (STKIP PGRI Ponorogo) Holy Adib htanzil Hudan Nur Husin I Nyoman Suaka IAIN Ponorogo Ibnu Wahyudi Idayati Idi Subandy Ibrahim Idris Pasaribu Ignas Kleden Ilham Yusardi Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Indigo Art Space Indra Intisa Indra Tjahyadi Indri Widiyanti Inti Rohmatun Ni'mah Inung Setyami Irfan El Mardanuzie Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Isnatin Ulfah Isti Rohayanti Istiqomatul Hayati Jadid Al Farisy Jafar M Sidik Jakob Sumardjo Janual Aidi Jawapos Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jember Jember Gemar Membaca JIERO CAFE Jihan Fauziah Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Syahputra Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Jurnalisme Sastrawi K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin K.H. Ma’ruf Amin Kabar Pelukis Kalimat Tubuh Kang Daniel Kartika Foundation Karya Lukisan: Z Musthofa Kasnadi Kedai Kopi Sastra Kemah Budaya Panturan (KBP) KH. M. Najib Muhammad KH. Marzuki Mustamar Khadijah Khaerul Anwar Khairul Mufid Jr Khansa Arifah Adila Khawas Auskarni Khudori Husnan Khulda Rahmatia Ki Ompong Sudarsono Kim Ngan Kitab Arbain Nawawi Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sablon Ponorogo Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Korban Gempa Koskow Kostela KPRI IKMAL Lamongan Kritik Sastra Kue Kacang Kue Kelapa Pandan Kue Lebaran Edisi 2013 Kue Nastar Keju Kue Nastar Keranjang Kue Pastel Kue Putri Salju Kue Semprit Kurnia Sari Aziza Kuswaidi Syafi'ie L Ridwan Muljosudarmo Lagu Laksmi Shitaresmi Lamongan Jawa Timur Landscape Hutan Bojonegoro Landscape Rumah Blora Lathifa Akmaliyah Legenda lensasastra.id Lie Charlie Linda Christanty Linus Suryadi AG Literasi Lombok Utara Lucia Idayani Ludruk Karya Budaya Lukas Adi Prasetyo Lukisan Andry Deblenk Lukisan Karya: Rengga AP Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari Lukisan Sugeng Ariyadi Lukman Santoso Az Lumajang Lusiana Indriasari Lutfi Rakhmawati M Khoirul Anwar KH M Nafiul Haris M. Afif Hasbullah M. Afifuddin M. Fauzi Sukri M. Harir Muzakki M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lutfi M. Mustafied M. Riyadhus Solihin M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Mahamuda Mahendra Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Maimun Zubair Makalah Tinjauan Ilmiah Makyun Subuki Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Mario F. Lawi Martin Aleida Mashdar Zainal Mashuri Masuki M. Astro Masyhudi Mathori A Elwa Matroni El-Moezany Maulana Syamsuri Media Ponorogo Media: Crayon on Paper Media: Pastel on Paper Mei Anjar Wintolo Melukis Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mien Uno Miftakhul F.S Mihar Harahap Mila Setyani Misbahus Surur Mix Media on Canvas Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh. Jauhar al-Hakimi Mohammad Ali Athwa Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Alimudin Muhammad Antakusuma Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Subarkah Muhammad Wahidul Mashuri Muhammad Yasir MUI Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukani Mukhsin Amar Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Musa Ismail Muslim Abdurrahman Naskah Teater Neva Tuhella Nezar Patria Nidhom Fauzi Niduparas Erlang Ninuk Mardiana Pambudy Nirwan Ahmad Arsuka Noor H. Dee Novel Pekik Novel-novel bahasa Jawa Nur Ahmad Salman H Nur Hidayati Nur Wachid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyiayu Hesty Susanti Obrolan Oil on Canvas Olimpiade Sastra Indonesia 2013 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Paguyuban Seni Teater Ponorogo Pameran Lukisan MADIUN OBAH Pameran Seni Lukis Pameran Seni Rupa Parimono V / 40 Plandi Jombang Paring Waluyo Utomo Pasuruan PDS H.B. Jassin Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Ponorogo Z Musthofa Pelukis Rengga AP Pelukis Senior Tarmuzie Pelukis Unik di Ponorogo Pemancingan Betri Pendhapa Art Space Penerbit SastraSewu Pengajian Pengetahuan Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pito Agustin Rudiana Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Probolinggo Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Prof Dr Soediro Satoto Proses Kreatif Puisi Puisi Menolak Korupsi Purnawan Andra Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pusat Grosir Kaos Polos Ponorogo Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putri Asyuro' Rizqiyyah Putu Fajar Arcana R.Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Rahmat Sularso Nh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ranang Aji SP Rasanrasan Boengaketji Ratna Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Reiny Dwinanda Rengga AP Resensi Reuni Mts Putra-Putri Simo Sungelebak angkatan 1991-1992 Reyog dalam Lukisan Kaca Ribut Wijoto Ridha Arham Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Ris Pasha Rizka Halida Robin Al Kautsar Rodli TL Romi Zarman Rosi Rosidi Tanabata Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rx King Motor S Prasetyo Utomo S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahlan Bahuy Sajak Sakinah Annisa Mariz Samsudin Adlawi Samsul Bahri Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Shor Zhambou Santi Maulidah Sapardi Djoko Damono Sapto HP Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastri Bakry Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Self Portrait Senarai Pemikiran Sutejo Seni Ambeng Ponorogo Seniman Tanah Merah Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Budhi Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindhunata Situbondo Siwi Dwi Saputro SMP Negeri 1 Madiun Soediro Satoto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sonia Fitri Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Spirit of body 1 Spirit of body 2 Spirit of body 3 Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Stefanus P. Elu STKIP PGRI Ponorogo Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugeng Ariyadi Suharwedy Sujarwoko Sujiwo Tedjo Sukitman Sumani Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Switzy Sabandar Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Tamrin Bey TanahmeraH ArtSpace Tangguh Pitoyo Taufik Ikram Jamil Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater nDrinDinG Teaterikal Teguh Winarsho AS Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo 1910 Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tiyasa Jati Pramono Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari To Take Delight Tosa Poetra Toto Gutomo Tri Andhi Suprihartono Tri Harun Syafii Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S UKM Teater Yakuza '54 Universitas Indonesia Universitas Jember Untung Wahyudi Usman Arrumy Usman Awang Ustadz Chris Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wachid Nuraziz Musthafa Warih Wisatsana Warung Boengaketjil Wawan Pinhole Wawancara Widhyanto Muttaqien Widya Oktaviani Wisnu Hp Wita Lestari Wuri Kartiasih Yeni Pitasari Yerusalem Ibu Kota Palestina Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yosep Arizal L Yoseph Yoneta Motong Wuwur YS Rat Yuditeha Yuli Yulia Sapthiani Yusri Fajar Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Z. Afif Z. Mustopa Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zaki Zubaidi Zehan Zareez Zulfian Ebnu Groho Zulfikar Fu’ad Zulkarnain Siregar